BAB 3: SEMANGAT YANG BARU

96 6 0
                                    

Ku mengadah ke langit. Mata ini menunjukkan hilangnya harapan. Badan ini memberikan bukti semangatku mulai pudar. Sekali lagi ku berdoa lalu tersenyum miris.

"Diriku ini tidak apa-apanya dibandingkan mereka." Gumamku tersenyum. Senyum yang sangat prihatin jika dilihat baik-baik.

"Tapi, apa salahnya berharap satu persen saja. Lakukan yang terbaiklah." Nada perkataanku sudah tidak memiliki arti lagi.

Aku benar benar kehilangan semangat menjadi Paskibraka.

"Kamu itu, Lala! Kamu ini serius atau tidak?!"

"Calon paskibraka nasional begini? Lemah begini?"

.....

Tidak kusadari pandanganku sudah menunduk. Perkataan mereka terngiang-ngiang difikiranku.

Ku coba untuk berdiri kembali dan mengambil posisi istirahat.

Fakta berkata lain, faktanya aku belum bisa berdiri dengan baik. Badanku masih saja terasa melayang-layang.

"Sialan!" keluh ku.

Kakak-kakak senior menyuruhku untuk duduk saja. Aku seperti di daratan dan mereka ada diatas langit. Jauh sekali dariku. Entah masih bisa ku gapai atau tidak.

"Adik Lala silakan tampil ke depan dan berdiri di posisi yang sudah ditentukan."

Ku tarik nafasku lalu menghembuskannya panjang. Ku berdiri. Ku buat mata ini menunjukkan pancaran semangat walau sebenarnya sangat susah mengembalikan semangat ini.

"Siap tampil ke depan, Kak!" Suaraku masih terdengar lantang. Aku tidak pusing, sungguh. Hanya saja mataku yang tiba tiba kehilangan pandangannya.

Kakak kakak PPI menungguku. Dia melihatku ragu. Walau aku minus dan samar samar melihat ekspresi mereka. Tapi, aku tahu mereka ragu denganku.

"Ku tampilkan yang terbaik."

"Baik, langkah tegap maju, jalan!"

Ku langkahkan kaki ini pasti. Tapi, sorotan mataku sepertinya berkata lain.

"Berhenti!"

Ku diam. Dan sorotan mata ini segera ku perbaiki.

"Sini kamu."

"Siap iya, Kak!"

Ku maju dan ekspresi mereka semakin jelas dan ya, pancaran wajah ragu mereka terlihat jelas.

Pupus sudah harapanku ini.

"Kamu sakit?"
"Siap tidak, Kak!"
"Pusing? Itu kamu pucat."
"Siap tidak, Kak!"
"Grogi?"
".. Ii.. Siap, iya kak!"

Kakak PPI itu menghembuskan nafasnya. Sepertinya sedang memaklumi ku.

"Timbang berat badanmu dan tinggimu."

Aku pun mengukur tinggi juga berat badan yang dibantu kakak PPI.

"Tinggi 164 cm dan berat badan 54."

Mereka mengangguk lalu menatapku dalam.

Aku pun seperti itu, memberikan sisa-sisa semangatku melalui tatapam mata yang seakan tidak mau lepas dan berteriak,
"SAYA BISA MEMBUATMU BANGGA, KAK"

"Berikan semangat terbaikmu!" Tegasnya.

"Kamu ini masih bisa dipoles.."

Sungguh?
Aku seperti menemukan titik cahaya terang di ruangan yang gelap pekat.

Sungguh? Masih ada kesempatan untukku?

"Semangat. Jaga kesehatanmu" sarannya.

Kakak PPI lainnya tersenyum padaku lalu mempersilahkanku kembali.

"Siap terima kasih, kak!"

Aku kembali dengan perasaan bimbang.

Kawan-kawanku yang lain telah selesai dan duduk dipinggir lapangan.
Ku hampiri mereka.

"Bagaimana hasilnya?"
"Seperti itulah."

Di seleksi ini aku seperti pohon rapuh yang siap tumbang kapan saja. Tapi, ternyata ada pohon lain yang tumbang duluan. Salah satu temanku pingsan. Ku meneguk air ludahku. Takut.

"Jika tadi aku berakhir seperti itu. Kesempatan tadi tidak ku dapati lagi."

Seleksi pun selesai. Kami semua diperintahkan untuk kembali berbaris ke lapangan.

Dan... Pengumuman pun datang.

"Terima kasih adik-adik sekalian. Walaupun ada kekeliruan tapi sudah menampilkan yang terbaik. Saya harap kalian yang tidak terpilih jangan berkecil hati. Tetap semangat di paskibra. Kesempatan selalu ada. Dan untuk yang terpilih sebentar, jaga kesehatan lakukan yang terbaik persiapkan fisik juga mental."

"Kami akan mengumumkan tiga putri yang lolos seleksi hari ini."

DEG DEG DEG

"Wina mustika, Lala Naila dan Mauliy Rahmadani."

"Saya.. lolos?" Gumamku.

Perasaan ini? Semangatku yang hilang? Bisa datang tiba-tiba begini. Tunggu sebentar...

Sorak-sorakan terdengar di telingaku. Aku melihat mereka yang gagal. Heran..
Mengapa tidak ada wajah kecewa yang kulihat dari wajah mereka?

Ku bayangkan jika diposisi mereka. Ekspresiku pasti mudah ditebak.

"Lalu untuk Putra, Jerry michael dan Alan Syahputra."

Sorak-sorakan mengelilingi kami berlima.

"..oh tidak.."

Perjuanganku seleksi membawa nama sekolahku ternyata belum selesai.

"Untuk kali ini, harusnya ada 2 pasang. Tapi, karena putri ada tiga orang. Akan ada seleksi kembali untuk 3 orang tersebut. Jadi, satu putri akan keluar lagi."

Perasaan deg-degan dan perasaan ingin mulai melewati berkembang.

Akan ku lakukan berbagai macam cara untuk menyingkirkan secara baik kawanku ini.

Mengaku Paskibraka!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang