BAB 5: MENJADI PRODUKTIF

85 5 0
                                    

Hari ini adalah hari esok yang kemarin.

Aku terbangun dengan tulang betis yang sedikit ngilu.

Wajar saja karena kemarin tiba-tiba disuruh melakukan gerakan sempurna, jadi oleng dan hampir pingsan.

Sungguh perasaan yang tidak baik untuk kesehatan.

Setelah menuntaskan kewajiban sebagai seorang muslim, ku lanjutkan dengan sarapan.

Ku ingat bahwa seleksi kemarin adalah hari pertamaku baru sembuh dari penyakit yang paling ku jengkel sekarang, yaitu maagh.

Bisa jadi boomerang untukku karena dulu aku selalu melihat temanku maagh dan berfikir bagaimana rasanya juga bersumpah janji untuk tidak akan merasakannya.

Toh, ternyata aku kena juga.

"Uhh..uhhh.. uhhhh" gerutu Hikmah
"Kamu kenapa Hikmah?" Tanyaku
"Ahh? Ini... aku sedang sakit perut. Maaghh. Tidak enak rasanya. Mual dan sakit nyeri secara bersamaan." Jelasnya.
"Lah bisa gitu?" Tanyaku heran setengah mati.
"Iyaa.." gerutunya sembari memegang perutnya
"Makanya jangan telat makan lohh.." jelasku.

"Mau makan apa nih? Pesan grab yuk"
"Ayuk"
"Yukk"
"Aku bakso yaa? Kalau kamu Hikmah?" Pintaku.
"Aku enggak deh. Selain gak mau.. aku gak bisa makan. Dilarang. Lagi maagh." Jelasnya sedih. Aku tau kalau Hikmah itu pecinta bakso.
"Yah malah gitu? Hmm yaudah deh" jawabku yang masih terheran.

Pft, akhirnya ku kena juga kan.
Selama sakit maagh yang ku makan hanyalah bubur bubur dan bubur, juga susu hilo sebagai asupan energiku.

Fikiranku kembali ke seleksi paski antara aku, Mauliy dan Wina.

Ah, tidak. Ini hanya antara aku dan Mauliy. Kini Wina ada di posisi teratas. Walau berbeda tipis, kulihat dia masih unggul dari diriku.

Aku sih belum apa-apa dibanding dirinya.

Aku semakin bingung saja, memangnya kapan kabar-kabar seleksinya.

Aku seakan latihan buta.

Apa ada seleksi ditanya soal materi paskibraka?
Atau kesehatan?

Demi apapun sepertinya aku tidak siap.

Setelah lama berfikir soal itu perutku keroncongan, sudah saatnya aku bergegas sarapan.

"Bagaimana? Kapan latihannya?" Tanya bunda dan nenekku yang hampir bersamaan.

"Belum tahu.." jawabku

Sesudah sarapan. Aku melihat mamiku sudah mengurusku dengan lebih baik dalam artian menunjang latihan paskibra ku nanti.

Sepertinya mulai hari, saat ini...
Hidupku dan semua pola nya akan berubah secara teratur.

Misalnya bangun pagi, bangun ku pun teratur.

Bangun jam lima pagi lalu bergegas seperti shalat dan beres-beres, saat keluar kamar untuk sarapan, susu dan sarapan nasi yang cukup sudah ada di atas meja.

Sepertinya ku sudah mulai tahu mengapa keluargaku sangat menginginkanku menjadi seorang paskibraka, dan yang diincar adalah paskibraka nasional.

Setelah menuntaskan sarapan, aku juga dibelikan suplemen sehat yang terbuat dari sayur. Sebagai penambah energiku setiap harinya.
Lalu, aku pun dimanja dan diperhatikan sedikit lebih sering daripada biasanya. Walau sebenarnya aku ingin semua seperti biasa saja.

Ah, perjuangan memang perlu sekeras ini agar hasilnya sesuai. Semoga saja timbal baliknya seperti itu.

Jangan lupa setiap sebelum dan baru bangun tidur ku sempatkan olahraga kecil seperti push up, sit up juga peregangan.

Tidak lupa dengan google kumencari cara agar ku baik-baik saja di penyeleksian nanti.

Bu Erna memanggil...

Eh? Bu Erna, inilah buguru pembina telfonku.
Tapi, tiba-tiba telfon kenapa yah?

"Assalamu alaikum, Bu?"
"Waalaikumussalam, nak.."
"Iya buguru ada apa?"
"Jadi begini nak, setelah berdiskusi.. yang akan mewakili sekolah kita adalah kamu dan Wina."

Demi apapun serius?!

"Ohh...oh iya bu.."
"Nah lusa Mauliy tetap ikut. Mauliy bisa menjadi cadangan jikalau tinggi salah satu dari kalian tidak mencapai."

Ahh.. begitu.

"Ohiyaa buguru.."
"Nah, jangan lupa kamu panggil Ira juga ya. Ira juga ikut, Maya juga."
"Iyaa bu, siap."

Setelah ku tutup telfon akhirnya ku mengerti.

Buguru-ku ini berjuang sekali ya untuk perwakilan sekolah ini.

Mengaku Paskibraka!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang