#1

1K 105 5
                                    

"Kakak hati-hati ya,ini bahaya" Teriak Alex seorang anak STM yang mengikuti demo menyuruh para mahasiswa mundur karena kondisi tidak kondusif dan aparat pun sudah melakukan aksi lebih.

"Awas kak!ini bahaya tolong mundur!"Alex masih terus memperingati kepada banyaknya kumpulan pen demo.

Alex yang melihat aparat yang semakin menjadi pun semakin khawatir apalagi melihat beberapa mahasiswa yang ditarik paksa oleh polisi teman-temannya yang akan datang pun masih lama untuk datang.

"Woi bro!bantu tu mahasiswa!aparat sial-"

Alex yang melihat satu mahasiswa tengah bertengkar dengan aparat hingga Alex sadar dan langsung berlari ketika sangat polisi memukul pipi mahasiswa itu, dengan sigap tangan Alex menampung tubuh yang hampir tumbang karena dipukul begitu keras.

"Polisi sialan lo!enaknya nyelakain orang!belajar moral dulu sono biar otak l-"

"Udah dek udah.. Ngejauh aja"

"Gak!ni polisi gak becus harus dikasih pelajaran biar gak terus-terusan buat korban karena kaum lu semuaa!"Alex berteriak dengan menunjuk wajah pak polisi itu tapi Alex mendapatkan tepukan dari mahasiswa Itu untuk berhenti.

"Udah lah berhenti,ayo mundur"

Alex mendecih dengan menggotong tubuh lelaki itu kepingir agar aman.

"Kamu anak SMA kah?"

Alex menurunkan tubuh itu lalu menatap wajah mahasiswa itu.

"Bukan mas aku STM,mas nya kenapa bisa berantem sama aparat coba udah tau makin ganas tuh aparat. Aneh-aneh aja"

Mahasiswa itu malah tersenyum,tidak tau kenapa membuat pipi Alex memanas, wajah lelaki itu terbilang manis dengan kulit putih hidung mancung dan rupa yang sempurna.

"Lagipula, aku ngebela temen-temenku yang digituin juga sama polisi lah terus kamu ngapain kesini,kamu tau tujuannya?"

Alex tampak berpikir sebentar sebelum menjawab.

"Aku disuruh buat nertib in demo, soalnya ntar banyak anak STM buat demo juga yang mungkin kelakuannya diluar akal,aku sih gatau soal demo ini,jadi niatnya sesudah ini mau cepet pulang"Alex merasa gemas ingin mengusap pipi pemuda itu yang terlihat membiru.

"Sebaiknya jangan deh,kalo gak tau tujuan eh taunya ditangkap polisi ya kan?"

"Iya mas,oh ya namanya siapa mas biar enak mau manggil apa"

"Radjean adi,panggil aja Adi "

"Oke mas Adi,mas haus gak? Takut gak ada minum hehe"

"Udah tadi, oh ya maaf jadi ngerepotin"tangan Adi mengelus pipinya yang lebam pelan membuat Alex makin gemas ingin mengusapnya juga.

"Engga sama sekali mas,malah senang kok.kalo engga ngebantu ntar lukanya bukan dipipi lagi yang itu aja kayaknya sakit banget"Alex tersenyum lebar sedangkan Adi hanya mengangguk.

"Iya,sampe gak bisa senyum ini "

Dipikiran Alex membayangkan kalo lelaki ini tersenyum pasti lebih manis.

"anu...mas boleh liat lukanya gak?"Alex menunjuk pipi Adi yang terluka.

"Boleh" Tangan Alex ter ulur untuk menyentuh pipi Adi,tapi entah kenapa tangannya bergetar.

"Loh kenapa?"

Alex tersenyum kecil lalu dengan cepat menangkup wajah itu ke genggamannya mengelus luka lebam itu, sumpah Demi apapun yang ia lakukan hal yang paling berani membuatnya semakin malu.

'Halus banget Anj*ng'teriak Alex dalam hati tapi wajahnya mencoba tenang mengelus lebamnya.

"Lebam nya jelas banget ini mas, birunya juga makin tebe-"

"Aww.. Pelan-pelan"tangan Adi menepuk tangan Alex, tak sengaja menekan luka itu.

"Hei!Alex!lo ngapain?" Seseorang menepuk pundaknya membuat Alex terlontak kaget melihat kebelakang.

"Ini loh Dan,mahasiswa ada yang luka jadi gue bantuin"setelah berkata itu pundaknya ditarik begitu saja.

Orang itu adalah temannya dengan rupa yang garang,bahkan sempatnya ada yang memegang celurit.

"Ayo ikut lo lex!semua udah mau dateng jangan kek banci"seorang temanya menepuk dahi Alex.

" Santai dong anj**g!iya gue ikut nih,tapi bentar ye..."

Alex mendekati Adi.

"Aduh mas maaf banget aku harus pergi-"

"Itu temen kamu jangan bawa celurit ntar kepergok polisi,aku saranin aja biar kelompok kamu gak jadi sasaran"mata Alex mengikuti arah pandang Adi yang mengarah kepada teman Alex yang memegang celurit.

"Hoi Rud!jangan bawa celurit ntar kepergok polisi,mau lu disergap?ini bukan tawuran lah,beda lagi tempatnya ini"Alex memperingati dengan menunjuk celuritnya.

"Lah gapapa kali yang bawa celurit bukan dari kita doang"

"Pala mu gapapa, simpen!"sifatnya menjadi lebih tegas dari biasanya,karena dia belum pernah percaya pada orang yang belum dekat tapi entah kenapa kepada mahasiswa ini rasanya berbeda.

"Yaudah mas,aku pergi ya siapa tau ketemu lagi ntar.mas ke garis belakang aja,pasti bahaya"setelah berkata itu Alex mengusap lebam itu lagi membuat yang diusap menjadi salah tingkah.

"Ntar lebamnya hilang kok"

Alex pergi bersama teman-temannya dengan senyum terakhir,Adi yang melihat itu hanya tersenyum begitu kecil.

'Udah main berani aja,tapi kok gue tersentuh ya?'batin Adi menatap kepergian Alex yang semakin menjauh.

Bad RomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang