A.°1

69 10 39
                                    

Lift itu masih terus melaju menuruni bukit. Gaya gravitasi yang di timbulkannya seolah menarik tubuhku keluar,entah telah berapa orang yang jatuh ke bawah sana. Seingatku, ketika aku masuk kedalam lift ini tak kurang dari 8 orang telah berada di dalam nya, 3 diantara mereka adalah seorang wanita karir jika kulihat dari jas yang di pakai nya.

Untuk kesekian kalinya tubuhku tertarik ke arah pintu lift yang terbuka,jurang langsung terlihat dihadapanku,tubuhku semakin tertarik. Beberapa senti lagi,tanganku semakin erat memegang, meremas, menahan beban tubuh. Ketika itu pula,saat tanganku kebas dan aku bersiap menutup mata,seseorang menarik ku kedalam dekapan. Menyelamatkan ku dengan tarikan tangannya.

Entah dari mana muncul perasaan nyaman ini,aku merasa sangat familiar dengan pemuda di hadapanku

"Colt?" nama itu terucap begitu saja dari bibirku.

Dia menundukkan wajahnya menatapku, sayang sekali pada detik itu pula cahaya matahari menabrak bola mataku. Membuatku tak dapat melihat parasnya.

Beberapa menit kemudian,lift sampai di tujuan nya. Selama itu pula dia memelukku,menjagaku.

Aku keluar,menapakkan kaki ku di tanah. Lihatlah,didepan sana dengan indahnya matahari siap tenggelam, memancarkan warna jingga yang memukau mata.

Refleks,aku mengambil telepon genggam dari saku, berniat memberi- kan nya pada Colt dan memintanya memfotoku. Sebelum aku menyadari aku sendirian disini.

"Colt! Colt! Colt!"

Sia-sia,teriakanku hanya menggema di tempat ini. Aku benar-benar sendiri.

~puk~

Tepukan itu membuatku menoleh kebelakang. Dan lihatlah,itu kakak ku tengah berdiri bersama keluargaku lainnya.

"Cha.."

_ _ _ _ _ _ _

"Cha,bangun Cha!"

Mama tengah membuka korden ketika aku membuka mata.

"Ayo bangun,Cha. Ini hari pertama kamu sekolah."

Aku meregangkan otot otot sebentar, lalu turun dari kasur dan berjalan meraih handuk serta baju seragam di lemari, lantas menuju kamar mandi.

Aku mandi seperti biasa, meski masih memikirkan mimpi yang baru saja kualami. Baru kali ini aku merasakan perasaan senyata itu. Namun,entah mengapa otakku mencoba untuk menjauhkan semua pikiran-pikiran tersebut, menggantinya dengan membuatku memikirkan sekolah baruku hari ini. Guru baru,teman baru, dan kisah yang baru. Tanpa sadar aku mulai merapalkan doa agar semua akan menjadi baik-baik saja sampai akhir.

Selesai bersiap,kutatap pantulan diriku sendiri di cermin. Dengan seragam baru, aku siap memulai hari baru. Dengan segera aku melangkahkan kaki menuju dapur di lantai bawah untuk sarapan.

_ _ _ _ _ _ _

"Ayo silahkan perkenalkan diri kamu didepan teman teman kamu."

Aku mengangguk,berjalan ketengah dan mulai mengenalkan diri. Mulai dari nama,asal sekolah dan kota, di akhiri dengan permintaan bantuan untuk berteman-selayaknya perkenalan biasa.

"Baiklah,kamu bisa duduk di pojok belakang sana,Callisya."

Guru wanita itu menunjuk sebuah bangku dibelakang sana. Ku sapu pandanganku ke seluruh kelas, mereka duduk berpasang pasangan, lalu apakah aku akan sendirian? Seolah mengerti arti gerak gerik ku, guru itu membisikkan sesuatu

colt.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang