Stay healthy di rumah ya gaes.
.
.
.
11082020
_______________"Dan akhirnya saya mengirim surat lewat adik saya untuk menghubungi kamu."
Setelah penjelasan atau lebih tepatnya cerita itu selesai, Callisya tak bisa untuk menahan diri agar tidak tersenyum. Ah, dia suka tipe lelaki seperti ini namun sayangnya mereka baru kenal dan baru bertemu.
Walau bagaimanapun, mereka harus saling mengenal kan?
"So? Apa ada maksut tersendiri dari surat yang kamu kirimkan?" tanya Callisya.
Wajah pemuda dihadapannya kini menyiratkan rasa terkejut, "kurang jelaskah?" tanya dia.
Callisya terkekeh. Bukannya ia tak paham, tapi ia butuh sebuah kata untuk memastikan.
"Tentu saja ada."
"Oh ya?" goda Callisya.
"Tentu, saya lihat kamu punya dua teman kan?"
Callisya terdiam, apakah maksud nya Fia dan Elsa?
"Iya, aku punya banyak teman sekarang.""Maksud saya mereka berdua yang kemarin pergi bersama kamu."
Ah Callisya merasa tersindir. "Fia dan Elsa?"
Rasya mengangguk, "saya rasa saya tertarik ke teman mereka itu."
Callisya terdiam ditempat. Mata coklat terang lelaki didepannya menatap lekat mata biru tua miliknya. Ia merasa gelisah sendiri sekarang.
Tak ada keraguan yang terpancar dari manik coklat itu, begitupun dihati nya. Sejak ia memutuskan mencari tahu tentang gadis ini ia pun langsung bertekad mendapatkannya.
Mereka terdiam cukup lama hingga akhirnya sang pria bergumam,
"Bagaimana?"Callisya berfikir sejenak, dia ragu. Entah apa yang membuatnya ragu, tapi jelas ia merasakan keraguan di sudut hatinya.
Meski begitu ia tetap tersenyum, dan menjawab
"tak ada yang menghalangi kurasa."
Rasya tersenyum sumringah, dadanya berdesir. Ia bahkan harus menunduk untuk menyembunyikan wajahnya.
Ia meminum minumannya untuk menghilangkan grogi. Ah,ia bahkan sampai tersedak.
"Sudah larut sore, ayo saya antar pulang" ajak Rasya.
Callisya hanya mengangguk, dan mereka keluar bersama dari cafe kecil tersebut.
_ _ _ _ _
Tak ada yang spesial setelah kejadian itu. Mereka hanya saling mengenal satu sama lain. Lebih meluangkan waktu untuk berdua dan berbicara dengan menikmati makanan atau minuman.
Meski begitu, mereka masih canggung untuk melakukan interaksi lebih disekolah. Bahkan diluarpun mereka masih menjaga skinship satu sama lain.
Mungkin lebih cocok jika sebenarnya Callisya yang menjaga jarak. Rasa ragu entah apa itu tetap ada dihatinya meski perlahan-lahan memudar seiring dekatnya mereka.
Lama mengenal Rasya, Callisya rasa dirinya perlahan-lahan bisa melihat perbedaan yang tampak ketika mereka baru bertemu hingga sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
colt.
Teen FictionDia hadir dalam mimpiku, Selalu membuatku tertawa di alam itu, Bersamaku,Menjagaku, Dia Malaikat ku. #gaje #belumtentualurnya #fiksibelaka