A.°4

46 7 3
                                    

Say hay..

.

.

08062020
_______________

"Gue dari tadi nungguin lo, eh ternyata lagi tidur, ck"

Aku tersentak ketika mendengar suara orang itu, mataku mengerjap bingung, tentu saja bingung, otakku berputar berfikir apa yang aku lakukan di sini?

Bukankah aku tadi sedang menuju ruang musik untuk menemui si lumayan bandel ini? Mengapa tiba-tiba aku terbangun dan masih berada di kelas?

"Gue kok bisa disini sih?"

Dengan bodohnya aku melontarkan pertanyaan tak bermutu itu.

Tentu saja dia tak menjawabnya dan malah berdecak malas, lantas berdiri sambil menyandang tas nya yang terlihat sama sekali tak memiliki beban di dalamnya itu. Lalu pergi keluar kelas, meninggalkan aku yang masih seperti orang bodoh sendirian disini.

Aku hanya menatapnya, malas untuk langsung berdiri dan mengikuti dia, toh aku tau kalau tujuannya pasti ke ruang musik.

Setelah meregangkan tubuh sejenak, aku bersandar pada sandaran kursi, berfikir tentang apa yang terjadi.

Apakah perjalanan ku ke ruang musik lantas bertemu Fia dan Elsa di tengah perjalanan hanyalah sebuah mimpi?

Jika benar, mengapa terasa begitu nyata? Apakah aku memiliki sindrom mimpi benar-benar terasa nyata begitu? dan baru menyadarinya akhir-akhir ini? Begitukah?

"Tapi.. Mengapa aku merasa janggal akan sesuatu? seperti-"

Aku mulai bermonolog sendiri, kebiasaan yang aneh sejak kecil. Entahlah, aku merasa seperti ada temanku bicara dan bercerita, lantas menjawabnya.

Seperti kemungkinan-kemungkinan yang kubuat itu adalah jawaban yang diberikan-nya dan aku akan menjawab layaknya monolog yang baru saja terjadi, dan setelah itu, aku akan berpikir tentang hal itu seperti ini.

Lucu - batinku.

"Woy! Punya jam kagak sih lo?!"

Aku terkejut lagi, merutuki si lumayan bandel itu dan segera berdiri untuk menghampirinya.

Dia berdiri santai di pintu sambil menyandarkan punggungnya, tangannya bermain dengan ponsel yang ada di genggaman.

"Sorry,"

Melihatnya tak merespon ucapan ku sama sekali membuatku berdecak malas, untung lah aku sudah terbiasa dengan sikap sok cuek nya itu.

Aku memilih berjalan mendahuluinya.

Selama perjalanan, aku kembali merenung, berjalan di koridor-koridor kelas seperti ini membuatku teringat dengan teman-teman di sekolahku dulu.

Meskipun aku tidak memiliki banyak teman selama sekolah, tentu aku masih memiliki teman dekat yang akan ada ketika aku membutuhkan.

Tentu saja, hanya saat itu. Sekarang? Kami hanya berkomunikasi dengan ponsel pintar, menceritakan hal-hal yang patut diceritakan selama hari-hari tanpa pertemuan kami.

Ya, yang menurut ku patut diceritakan.

Bukankah hal itu karna kami berteman ketika usia kami masih terlalu muda? Dan sekarang aku merasa akan menceritakan yang lain dengan Fia dan Elsa. Teman baruku.

"Lo mau kemana?"

Langkahku terhenti ketika akan berbelok menuju koridor nomor 5 - ruang musik dan kelas 12 lantai bawah.

colt.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang