A.°6

24 5 10
                                    

Hai and Hello..

.

.

.

07072020
____________________

Sore hari Callisya terasa begitu menyenangkan bersama sahabat-sahabat nya meski dia akui bahwa ia merasa sedikit kelelahan.

Sesampainya di rumah, dia segera ke kamar dan lekas mandi, menyegarkan serta mengistirahatkan tubuhnya dengan berendam sebentar di bathup. Tak lama, hanya 15 menit dan dia segera keluar, mengganti seragamnya dengan setelan baby doll hijau tosca polos yang di tengah bajunya terdapat gambar boneka beruang.

Dia langsung merebahkan tubuh di bed empuknya, menarik bantal untuk  dia tata sebagai sandaran punggung. Matanya menatap kosong langit-langit kamar dan mengerjap perlahan. Sedetik kemudian dia tersadar sesuatu, bukankah tadi siang dia mengirim kembali surat dari pemuda entah siapa itu?

Astaga, bukankah tadi dirinya sendiri yang mengirim nomor telepon dan mengajaknya bertemu? Kenapa malah dia melupakan handphone nya begitu saja?

Dia segera mengambil handphone nya di dalam tas,

"kenapa aku malah menaruhnya di sini?" gumamnya pelan, merutuki kebodohan yang dia lakukan.

Benar saja, setelah Callisya mengaktifkan ponselnya kembali, ada beberapa notif pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.

Segera dia buka pesan itu.

Tap.

_________________________________________

Unknown
_________________________________________

hai, ini saya.
bagaimana jika sepulang sekolah kita bertemu?
saya tunggu di perpus saja ya.

.14:15

/Astaga, itu tepat setelah pulang sekolah./

hai?

.14:30

saya pulang.

.15:00

_________________________________________

"Dia menunggu ku selama itu?" Callisya menatap layar ponselnya tak percaya.
Astaga, dia benar-benar merasa buruk sekarang.

Callisya mulai mengetik untuk membalas pesan dari pemuda tersebut. Namun, baru kata maaf yang terketik tangannya terhenti.

Kalau dipikirkan, dia tidak asing dengan euphoria seperti ini. Callisya merasa de javu.

Dulu, dulu sekali ketika dia masih di bangku SMP. Masih muda memang, sangat, ia akui itu.Tapi ketika kejadian ini berlangsung, Callisya sudah di kelas 2 SMP dan kakak kelas yang akan ia ceritakan kelas 1 SMA. Dua tahun berlalu.

Sekolah Callisya saat itu ada di sebuah yayasan dimana SMP dan SMA digabung menjadi satu, maka tidak aneh jika murid-murid nya terlibat suatu hubungan.

Saat itu, dia dengan seorang pemuda di sekolahnya sedang dekat. Kakak kelasnya. Terkenal? Dia rasa tidak.

Dihari itu, mereka memutuskan untuk bertemu sebelum pulang sekolah. Di kelas Callisya, kakak kelasnya menyuruh untuk menunggu di kelas.

colt.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang