Where I am

1.3K 85 5
                                    

Aku terbangun di sebuah rumah yang terbuat dari batu bata namun berwarna keemasan muda yang belum pernah kulihat sebelumnya dan seorang pria aneh yang saat ini sedang memegang bajuku. Tunggu aku kan perempuan.

"Apa yang kamu lakukan?"

"Bajumu sangat indah. Kau beli dimana?"

"Ini" tunjukku pada pakaian yang kukenakan.

"Iya" ucapnya dengan muka polosnya yang lebih terkesan seperti orang bodoh.

"Tentu saja ini banyak sekali di pasar."

"Pasar?" Tanyanya bingung.

"Iya. Tempat orang berjualan bermacam-macam hal." Ucapku kesal karena aku pikir ia pura-pura tak tau.

"Ooooo.." ucapnya dengan bibirnya yang sudah membulat. Mengemaskan memang. Tapi saat itu lebih terkesan bodoh bagiku.

"Bisa kau antar aku kesana?" Tanyanya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bisa kau antar aku kesana?" Tanyanya lagi.

Aku pun berpikir sejenak. Siapa dia? Tampangnya seperti orang baik dengan wajah tampannya dan tingkah polos bodohnya, tapi tetap saja pria itu orang asing yang mencurigakan.

"Halo" tanganya melambai di depan wajahku yang membuat ku tersadar.

"Baiklah" kata itu terucap saja dari mulutku.

Ia pun terlihat bahagia sekali, sampai aku tersadar bahwa ia meloncat dengan kakinya yang melayang. Bukan hanya melayang ia bahkan terlihat terbang mengelilingi langit-langit rumah itu.

Aku pun terkejut, mau pingsan rasanya, tapi gak bisa. Yang bisa saat itu adalah mengeluarkan suaraku yang sangat nyaring yaitu sebuah teriakan.

Aku pun berteriak sangat kencang, hingga ia terkejut dan mendatangiku.

"Siapa kamu? Jangan dekat." Ucapku padanya.

Dia pun tampak heran dengan tingkah ku.

"Kau tak mengenalku?" Tanyanya bingung padaku.

"Bagaimana aku bisa mengenalmu kalau ini pertama kalinya aku melihatmu, dimana aku sekarang?" Ucapku yang masih sedikit takut.

"Ne?"

"Dimana aku?" Kali ini aku membentaknya.

"Hutan cemara, aku melihat kau terjatuh di luar, jadi aku membawa mu kesini." Ucapnya.

Aku pun terkejut dan memilih untuk langsung keluar dari tempat itu, meninggalkan pria itu dengan wajahnya yang masih bingung. Bodoh emang.

Aku pun keluar dan terkejut ketika melihat sosok anak kuda poni yang sangat lucu.

Kuda kecil itu mendatangiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kuda kecil itu mendatangiku. Aku pun membelainya seperti aku membelai anak anjing. Heran dan bingung menghiasi kepalaku. Dimana sih aku sebenarnya.

Tak lama kemudian aku mendengar suara kuda dari arah belakangku. Jauh namun semakin dekat. Aku pun menoleh kearah belakang dan...

Bukhhh..

Aku pun ditabrak oleh kuda poni yang berukuran lebih besar dari pada yang kubelai. Ibunya mungkin.

Akupun terpelanting beberapa meter dari tempatku semula. Tanganku berdarah. Kupikir itu sudah cukup.

Namun, aku melihat kuda poni besar itu mendatangiku dengan tanduk dikepalanya yang sudah diarahkannya ke arahku. Pasrah adalah pikiranku saat itu.

Aku menutup mataku dan bersiap menyerahkan hidupku. Namun, aku merasakan ada kilatan cahaya yang melintas di depanku.

Aku pun masih menutup mata. Apakah aku sekarang berada di surga, Pikirku.

"Kau tak apa?" Suara pria terdengar ditelingaku.

Mataku masih terpejam, aku takut. Pikirku itu adalah suara milik malaikat maut.

"Buka matamu, tangan mu terluka."

Aku pun menyadari bahwa aku masih hidup. Aku segera membuka mataku dan menemukan pria tadi dengan wajah polosnya, sedang menatapku.

Aku pun menatapnya dan kami bertatapan selama beberapa menit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku pun menatapnya dan kami bertatapan selama beberapa menit. Aku rasa aku mulai terpesona. Namun, batinku segera membantahnya.

"Apa yang kau lakukan?" Ucapku ketus.

"Aku menolongmu." Jawabnya dengan tatapan polos bodohnya yang sudah pernah kulihat sebelumnya.

"Aku tak perlu bantuanmu." Ucapku kasar yang tak tahu kenapa kata itu keluar begitu saja dari mulutku.

"Namun, terima kasih." Lanjutku karena melihat ia tampak sedikit tersinggung dengan ucapanku sebelumnya.

Ia pun kembali tersenyum dengan wajah lugunya. Aku kesal entah mengapa. Ia terlalu baik.

Ia pun memegang tanganku dan membawaku ke sebuah sungai yang sangat indah.

Airnya sangat jernih namun tak ada ikannya. Dan disekelilingnya terdapat pepohonan rindang yang sangat enak untuk dipandang dan batu keemasan dari bangunan tadi ternyata berasal dari sungai ini.

"Mari kita obati lukamu" ucapnya sembari membasuh tanganku.

"Darah mu lucu" ucapnya.

Aku pun hanya bisa menatapnya heran.

"Darah kami berwarna biru dan kau merah."

"Hah!?" Ucapku terkejut

Ia pun hanya membalasku dengan senyumannya.

Ia membasuh tanganku yang terluka dengan air yang ada disungai. Namun anehnya air sungai tersebut tetap jernih walaupun sudah tercampur dengan darahku.

"Maaf membuatmu takut tadi, aku pikir kau sama sepertiku."

"Aku juga minta maaf karena kasar dan terima kasih karena telah menolongku."

"Siapa na......"

Teriakan keras ku memotong pembicaraannya. Aku melihat seekor jerapah, jerapah aneh.

~To Be Continue~








The Difference Beetwen UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang