Barlon

591 57 7
                                    

Hari ini adalah hari pertama aku bekerja di barlon, sebuah istana yang sangat besar menurutku.

"Nona bae, karena kau akan bekerja dengan tuan muda maka kami akan menjelaskan apa saja yang disukainya dan tidak."

Aku pun hanya mengangguk mengiyakan.

"Tuan muda tidak suka bila privasinya terganggu, juga kau tidak boleh menyentuh tubuhnya sama sekali."

"Baiklah"

"Satu lagi tuan besar tidak mengizinkan tuan muda untuk melukis, jadi jika ia memegang alat untuk melukis, maka laporkan itu kepada kami atau kau akan menanggung akibatnya."

"Baik." Jawabku sopan

"Kau bisa mulai besok jadi silahkan istirahat dahulu"

Penjaga itu menunjukkan jalan menuju kamar yang disiapkan untukku.

Kamarnya sangat luar biasa. Luxury class. Pintunya tidak ada ganggangnya. Tapi anehnya setiap aku mendekati pintu kamarku, pintunya otomatis terbuka.

Aku pun merebahkan diri di atas kasurku dan tak butuh waktu lama aku pun telelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku pun merebahkan diri di atas kasurku dan tak butuh waktu lama aku pun telelap.

Keesokan paginya aku di tuntun ke ruangan tuan muda untuk mengajarinya bermain alat musik.

"Silahkan masuk nona." Ia membuka pintu hanya dengan melambaikan tangan kirinya tanpa menyentuh pintu itu.

"Hanya orang yang pernah masuk ke ruangan tuan muda yang bisa masuk kembali, jadi jika kau sudah masuk, esok kau bisa kembali tanpa ku kawal." Jelasnya karena aku tanpak tercengang.

"Baik. Terimakasih."

Terlihat sosok punggung yg terlihat familier, tapi aku masih tidak tau karena ia membelakangiku.

"Tuan, ini dia orang yang akan mengajarimu bermain musik."

"Baiklah, kau bisa keluar." Jawabnya dengan nada beribawa.

Akhirnya hanya ada kami berdua di ruangan itu.

"Permisi tuan, bisa kita mulai latihannya?" Tanyaku karena ia masih membelakangiku.

Ia pun membalikkan tubuhnya, dan betapa terkejutnya aku, dia adalah pria yang aku temui di hutan.

"Kau!!" Ucapku terkejut.

Ia segera menghampiriku, meletakan jari telunjuknya di bibirku.

"Sttt.. yang lain bisa mendengarnya."

"Bagaimana bisa? Kau..." tanyaku bingung sembari menunjuk dirinya.

"Inilah tempat ayahku, saat itu aku kabur ke hutan karena aku tidak suka seperti ini, dituntut hal yang tidak aku sukai."

"Tapi kenapa kau meninggalkan ku, seandainya aku mati di hutan kau..." ucapku sedikit kesal.

Ia segera memelukku, dan membelai kepalaku lembut.

The Difference Beetwen UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang