falling to you

978 78 1
                                    

Teriakan keras ku memotong pembicaraannya. Aku melihat seekor jerapah, jerapah aneh.

Aku pun meloncat ketakutan dan tergelincir ke rerumputan di pinggir sungai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku pun meloncat ketakutan dan tergelincir ke rerumputan di pinggir sungai.

Ia pun tertawa terbahak-bahak melihat ku ketakutan. Aku pun marah.

"Stop ketawa"

"Kamu lucu"

"Berhenti" ucapku kesal

"Ia.. ia.." ucapnya mengerti.

Ia sedikit mengelus rambutku.

"Kau mirip sepertinya" ucapnya pelan yang masih bisa kudengar

"Siapa?" Tanyaku penasaran

"Bukan siapa-siapa" balasnya sembari tersenyum kearahku.

Ia pun mengajakku kembali untuk pulang. Tentu saja kerumahnya. Aku pun tentu saja menurut, daripada aku diseruduk ibu kuda lagi.

"Mau teh?" Tawarnya padaku yang sedang duduk disofa.

"Teh? Apakah disini juga ada teh?"

"Tentu saja. Mau lihat?"

Aku pun mengikutinya kedapur untuk melihat teh. Bodoh emang. Tapi teh mereka tak sama dengan teh biasanya. Warnanya putih dan baunya harum semerbak. Bau downy.

"Tehnya bau downy" ucapku saat ia menyeduh tehnya.

"Hah?! Apakah itu minuman di tempatmu?" Tanyanya polos yang membuat aku tertawa terbahak-bahak.

"Kalau kau minum, kau bisa mati tau."

"Jadi itu racun?" Tanyanya lagi

"Lain sih, tapi bisa dibilang begitu."

Kami pun menikmati teh bersama sambil duduk di teras rumah. Maklum tak ada televisi maupun telepon di sini.

"Mengapa disini sangat sepi?" Tanyaku

"Karena ini tengah hutan, kalau kau ke sana, maka akan banyak sekali orang." Ucapnya sembari menunjuk ke arah timur

"Kenapa gak tinggal disana?" Tanyaku heran.

"Karena disini lebih nyaman." Ucapnya santai sembari menyeruput tehnya.

"Kau mau ikut aku ke taman?"

"Hah? Ada taman disini?"

"Tentu saja"

Ia pun membawa ku ke taman di hutan yang entah dimana letaknya. Sangat indah. Banyak bunga warna warni dan kupu-kupu pelangi yang kulihat sebelumnya.

"Kenapa bisa ada taman seindah ini disini?"

"Ibuku membuatnya."

"Pasti ibumu sangat cantik sehingga tamannya begitu indah."

"Sepertimu" ucapnya dengan senyuman polos bodohnya.

Aku tentu saja gugup dan malu saat ia mengucapkannya. Namun melihat tampangnya, aku yakin ia hanya mengeluarkan kata tanpa berpikir.

"Kau sakit? Mukamu merah"

"Ahh tidak." Ucapku

Ia memegang keningnya, dan kemudian menempelkan tangannya itu di keningku.

"Ahh ia sepertinya kau baik-baik saja, tapi kenapa mukamu semakin merah." Ucapnya polos.

"Bukan apa-apa" ucapku yang langsung pergi meninggalkannya dan memilih berkeliling melihat taman itu.

Bodoh.

"Jangan pegang" ucapnya yang langsung menarik tanganku.

Aku pun hanya menoleh kearahnya bingung.

"Jangan pegang itu, jarimu nanti bisa putus."

Aku pun tak percaya dengan perkataannya. Jelas saja. mana mungkin bunga cantik berwarna pink dengan wangi yang harum itu bisa membuat jari putus.

"Bohong." Ucapku

"Mari kita lihat." Ucapnya sembari menunjuk kupu-kupu yang mendekati bunga itu.

Aku pun melihat kupu kupu itu hinggap di salah satu bunga itu dan mengisap nektarnya. Namun, tangkai dari bunga itu bergerak dan menjepit si kupu-kupu hingga hancur dan menjatuhkannya ke bawah.

Aku pun terkejut dan berjalan mundur, tanpa kusadari pria itu berada dibelakangku. Kami pun terjatuh.

Sial. Aku jatuh di atasnya dengan tangannya yang memeluk pinggangku. Aku malu.

"Aku benar kan?" Ucap pria itu yang suaranya terdengar sangat dekat dengan telingaku.

"Kau berat juga ternyata." Ucapnya sembari terkekeh kecil.

~To be continue~

The Difference Beetwen UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang