d u a

1.3K 71 6
                                    

"Zayn!"

Sohwa terbangun dari tidurnya dengan nafas tersenggal. Pipinya sudah banjir air mata.
Mimpi itu lagi.

"Astagfirullah" Sohwa masih berusaha mengatur nafas sambil terus beristigfar.

Setelah tenang, ia menyambar segelas air putih yang tersedia di atas meja kerjanya. Tak sengaja matanya melihat layar komputer yang menyala dan sebuah sticky note tertempel disana.

Sohwa menyimpan gelas tadi di meja dan segera menarik sticky note berwarna pink itu.
Sesaat setelah membaca isinya, perempuan itu tersenyum.

"I love you bang Atta" ucapnya pelan.

Sohwa segera menekan tombol play untuk menayangkan sebuah film Favoritenya yang sudah menanti. Atta benar-benar bisa membuat pikirannya membaik.

Perempuan itu benci dihantui rasa bersalah seperti ini. Ia selalu berusaha keras untuk melupakan nya. Seperti sekarang, dia berusaha tidak peduli dengan mimpi buruknya barusan.
Sebuah Mimpi yang merupakan rentetan dari kenyataan.

***

"Apel

"Susu

"Telur

"Sayuran

"Daging

"Selesai"

Huffttt..

Iyyah menyeka keringat yang membasahi dahinya. Semenjak kejadian tragis itu, Sajidah tidak mau lagi pergi berbelanja bulanan, padahal super market adalah tempat Favoritnya. Dulu. Dan, terpaksa tugas itu beralih ke Iyyah.

Gadis kelahiran Yordania itu mendorong troli yang sudah terisi penuh ke kasir. Iyyah bernafas lega melihat kasir tidak terlalu ramai, karena memang hari ini bukanlah weekend.

Saat sedang mengeluarkan semua barang belanjaan nya dari troli. Seseorang menepuk bahu Iyyah membuat gadis itu sontak menoleh.

"Bang Kenan?" Sapa Iyyah sedikit terkejut.

"Hai, yah, belanja?" Tanya lelaki tampan itu ramah.

Iyyah mengangguk dan tersenyum.

"Keluarga dirumah apa kabar?" Kenan membantu Iyyah mengeluarkan belanjaan dari dalam troli.

"Alhamdulillah baik bang, bang Kenan sendiri gimana?" Iyyah balas bertanya.

"Yeah, gak ada yang baik-baik aja setelah Sohwa pergi" ujar lelaki itu lirih.

Iyyah tersenyum kikuk, bingung harus menjawab apa. Suasana mendadak canggung untuk beberapa saat.

"Maafin kak Sohwa ya bang" Iyyah akhirnya bersuara pelan.

Kenan melihat Iyyah.
"Gak ada yang perlu minta maaf yah" Kenan tersenyum lembut.
Iyyah hanya mampu mengangguk dan membalas senyuman itu.

"Salam buat kak Sohwa ya, bilang sama dia, tolong jangan berusaha buat ngelukain diri sendiri"

"I.. iya bang" Iyyah meangguk.
Kemudian Kenan segera berlalu pergi meninggalkan Iyyah yang terpaku di tempatnya berdiri.

Gadis itu menatap punggung lebar Kenan yang semakin menjauh.
"Kasihan bang Kenan, dia gak tahu apa-apa tapi harus jadi korban" batinnya lirih.

***

"Thariq udah urus tiket dan visa buat Saleha sama Qahtan ke prancis" Lelaki bertubuh tegap itu berbicara pada sesorang di seberang sana lewat ponselnya.

"...."

"Berangkat tanggal dua puluh tujuh"

"..."

SORELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang