d u a b e l a s

955 66 10
                                    

Saaih baru saja tiba dari bandara sekitar sepuluh menit yang lalu, tetapi ketiga adiknya sudah menyeret remaja itu ke taman belakang rumah mereka tanpa mengizinkannya istirahat terlebih dahulu.

Fatim yang baru saja selesai menjelaskan tentang rencananya pada Saaih segera menyesap jus mangga segar yang sudah menunggu sejak tadi.

"Hmm, keren juga rencana kamu tim," Salut Saaih dan disambut senyuman bangga oleh adik pertamanya.

"Abang setuju?" Fateh memastikan.

Remaja botak itu memangguk yakin.
"Nanti, abang akan minta tolong ke teman-teman kuliah buat jadi penjahat palsunya? Gimana?"

Fatim, Fateh, dan Muntaz saling berpandangan dan segera mengangguk setuju.

Saaih tersenyum, kemudian ia melakukan high-five bersama tiga adiknya.

"Yaudah. Daripada kalian di rumah, mending temenin Fatim belajana barang-barang buat ke singapore nanti?" Gadis itu menatap tiga saudaranya penuh harap.

"Woke! Let's go to shopping!!" Seperti biasa, Fateh selalu bersemangat dalam hal-hal berbau belanja.

"Yeah, Muntaz ikut,"

"Okay! Ayo bang!" Fatim menarik tangan kanan Saaih, menyeret abangnya untuk segera menuju garasi.

Saaih pun hanya pasrah, tidak bisa menolak keinginan Fatim walau tubuhnya sudah meronta-ronta memohon untuk direbahkan.

*****

Kenan berjalan terburu keluar dari bandara yang begitu padat dan ramai. Lelaki itu tidak terlalu suka keluar kota, tapi meeting yang tidak bisa di wakilkan membuat dia terpaksa terbang langsung ke Surabaya.

Langkah lebar Kenan terhenti saat seorang perempuan berambut panjang terurai indah menghadang jalannya. Sungguh Kenan tidak ingin bertemu dengan perempuan ini lagi.

"Kak Kenan, kalau aku nggak bisa milikin kamu, seharusnya Sohwa juga nggak bisa," ucap perempuan itu diiringi senyuman misterius.

Kenan terdiam, menatap tak suka ke arah perempuan berbalut kemeja putih itu.

"Aku nggak nyangka kita akan ketemu disini," perempuan tadi hampir memeluk Kenan tetapi lelaki itu segera mendorongnya.

"Minggir! Saya mau lewat!" Bentak Kenan akhirnya, karena perempuan itu terus saja menghalangi jalannya.

Perempuan itu tersenyum sangat manis dan tidak menyingkir sedikitpun.
"Kak Kenan tau? Harusnya Sohwa itu mati!" Bisiknya tajam dan terdengar menusuk di telinga Kenan.

Kening Kenan berkerut bingung. Dia menatap intens manik cokelat perempuan itu, mencari sesuatu yang mungkin saja bisa menjadi petunjuk.

"Kenapa kak?" Perempuan itu balas menatap manik hitam Kenan seolah mempersilahkan Kenan mengetahui rahasianya.

Rahang kokoh Kenan mengatup keras.
"Kamu dalang dari kecelakaan Sohwa dan Zayn?!" Wajah blasteran itu memerah menahan amarah yang meletup-letup.

"Kenapa kak Kenan selalu pintar menebak?"

"KAMU GILA?!"

"Aku gila karena kakak," ujarnya santai.

Mata tajam Kenan semakin melebar.
"Kamu sadar? Kamu mengorbankan banyak orang, ris!" Bentaknya marah.

"Aku nggak perduli! Sampai kapan pun, kak Kenan itu milik aku!" Erisha balas membentak Kenan. Rasa cintanya pada mantan suami Sohwa itu terlalu besar sampai mengikis jiwa manusianya.

"Erisha, kamu itu cantik! Banyak laki-laki yang mau sama kamu, jadi tolong jangan selalu mengharapkan saya! Karena sampai kapan pun, saya hanya akan mencintai Sohwa!"

SORELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang