s e p u l u h

910 72 18
                                    

Tok tok tok!

Tok tok tok!

TOK TOK TOK!!!

"Fateeehhhh!! Teh! Teh hijau! Teh kotak! Teh ge-"

Ceklek..

pintu terbuka menampakkan sang empunya kamar yang masih setengah terpejam.

"Apa sih?!" Kesal Fateh pada kakaknya, Pasalnya gadis itu sudah mengganggu tidur nyenyaknya.

Tanpa banyak kata, Fatim menerobos masuk ke kamar Fateh dan Muntaz, kemudian duduk di tepi ranjang milik dua adiknya.

"Ngapain?" Tanya Fateh dengan suara khas bangun tidur.

Fatim tersenyum lebar.
"Kamu tau nggak?-"

"Nggak."

"Ish dengerin dulu!" Fatim mendelik garang.

"Iya iya," Fateh duduk di kursi meja belajar, berhadapan dengan Fatim.

"Kakak punya rencana keren buat bikin kak Jidah sama kak Sohwa baikan!" Fatim berucap penuh semangat.

Fateh menaikan sebelah alisnya.
"Katanya capek," cibirnya membuat Fatim mengerucutkan bibir kesal.

"Ih kamu mah! Serius deh, rencananya keren banget!"

"Apa?" Fateh menatap kakaknya malas. Ia masih sangat mengantuk, tak bisa kah Fatim menjelaskannya besok saja?

Fatim pun menjelaskannya pada Fateh secara detail.

"Tapi.. apa nggak bahaya?" Tanya Fateh khawatir.

"Ya mereka jangan sampai terluka lah.."

"Berarti kita harus minta bantuan ke bang Thor sama kayyah juga?"

Fatim mengangguk antusias.

"Apa mereka mau bantu?"

"Pasti mau!" Entah kenapa Fatim begitu yakin dengan rencananya kali ini.

Fateh pun mengangguk, merasa mulai setuju dengan ide kakaknya yang entah muncul darimana.

"Eh tapi..."

"Tapi apa?" Fatim menatap Fateh was-was.

"Kak Jidah baru aja berangkat ke bandara."

Mata Fatim membola kaget.
"Hah? Mau kemana?!" Tanyanya heboh.

"Katanya mau lihat proyek di Bali, dia mau buka cabang restaurant di sana kan?"

"Oh my god..." Fatim mendesah kecewa.

"Terus, besok pagi kak Sohwa berangkat ke Dumai."

Fatim kembali terkejut.
"What?! Kak Sohwa pergi juga?! Ke Dumai?! Ngapain?!Kok kakak nggak tau!" Tanyanya bertubi-tubi.

Fateh hanya mengedikkan bahu tanda tak tau. Lebih tepatnya, dia malas menjawab.

"Ngapain kak Sohwa ke Dumai?" Fatim mengulang pertanyaannya dengan nada lebih santai daripada sebelumnya.

"Jenguk nenek. Udah sana, Ateh ngantuk tau." Sikedelapan merangkak ke atas kasur, dan merebahkan tubuhnya disebelah Muntaz yang sudah terlelap.

"Terus kapan dong kita jalanin rencananya?" Fatim bertanya lesu, padahal ia ingin sekali segera menjalankan rencana itu.

"Nanti aja setelah kakak pulang dari Singapore." Sahut Fateh dengan mata terpejam.

"Hmm.. yaudah."

SORELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang