e n a m b e l a s

1.3K 94 80
                                    


Sajidah sedang menyiapkan sarapan untuknya, Ninda, dan juga Ervan. Mereka sudah tidak berada di hotel dan memutuskan untuk tinggal di apartemen sejak dua hari lalu, karena akan menetap di Bali lebih lama dari waktu yang diperkirakan.

Perempuan itu memasak omlet dengan perasaan gelisah, entah kenapa pikirannya selalu tertuju pada sang kakak. Ia merasa harus segera melihat keadaan Sohwa. Tapi tidak bisa, pekerjannya begitu banyak apalagi persiapan untuk restaurant baru. Sajidah tidak enak hati bila terus-terusan merepotkan Ninda dan Ervan.

"Ah, entahlah," gumamnya frustasi.

"ZAYN!!"

Pletak

Spatula yang di genggam Sajidah terjatuh karena ia kaget mendengar teriakan keras yang berasal dari kamar Ervan. Sajidah segera mematikan kompor dan berlari menghampiri lelaki itu.

Tok tok tok

"Van! Lo kenapa?" Sajidah berteriak seraya mengetuk pintu kamar itu.

"Zayn!"

"Zayn stop!!"

"ERVAN! NGGAK ADA ZAYN DISINI!!"

"Zayn! berhenti Zayn!!"

"ERVAN BUKA PINTUNYA!!!"

"ZAYN!! AARRGHH!! AMPUN ZAYN!!"

"ERVAN! DENGER GUE!!"

"Jid! Kenapa?!" tanya Ninda panik. Perempuan itu baru saja kembali dari minimarket dan sudah terjadi keributan di apartemen.

"Itu Nin! Ervan teriak-teriak manggil nama Zayn!"

"Zaynn, jangan Zayn!!"

"ERVAN!!"

***

Kenan mulai membuka mata saat sinar matahari menerpa wajahnya. Lelaki itu menggeliat karena merasakan pelukan seseorang di tubuhnya.

Deg.

Ia terdiam seketika, tidak berani bergerak sedikitpun saat tahu siapa yang memelukanya. Jantung Kenan berdebar tak karuan.

Apa ini?! Apa yang sudah saya lakukan?!

Pikirannya berkecamuk, berusaha mengingat kejadian semalam. Tapi ia tidak ingat kejadian janggal apapun, ingatan terakhirnya adalah saat ia berbincang dengan Erisha dan seseorang memukul kepalanya. Setalah itu, Kenan tidak ingat apapun. Berusaha mengingatnya membuatnya kepala lelaki itu terasa begitu pening.

"Kak Kenan.." suara Erisha mengagetkan Kenan yang sedang melamun, tanpa sengaja Kenan mendorong perempuan itu sampai terjatuh ke lantai.

"Aw!" pekik Erisha.

"Kamu gila?!" bentak Kenan saat kesadarannya terkumpul.

"Jangan kasar-kasar sama calon istri kamu," Erisha berusaha memeluk Kenan tetapi lelaki itu segera mecegahnya.

"Minggir!"
"Nggak!"
"Erisha! Kamu gila?!
"Iya Kenan! Aku gila!"
"Kamu bener-bener licik!"

Erisha tersenyum tenang dan duduk di samping Kenan.
"Mulai hari ini, keluarga Halilintar akan sangat membenci kamu.." bisiknya, pelan namun sangat menusuk.

***

Brakk!

"Bang Atta?!" Sohwa reflek berteriak saat suara gebrakan meja terdengar begitu jelas di telinganya. Setelah itu terdengar suara geraman sang abang yang membuatnya sedikit takut.

"Brengsek!" entah siapa yang dimaki oleh Atta.
"Kenapa bang?" tanya Sohwa khawatir.

Atta menoleh dan menghampiri Sohwa yang terduduk gelisah di atas ranjang rumah sakit.
"Nggak apa-apa mim," ucapnya berusaha menahan amarah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SORELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang