s e b e l a s

945 62 17
                                    

Pagi hari yang cukup cerah. Sohwa sedang menggambar desain baju sambil menikmati cahaya matahari kota Dumai yang terasa hangat menerpa wajah cantiknya.

Dia tidak bisa seperti ini terus, semua pekerjaannya terlantar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia tidak bisa seperti ini terus, semua pekerjaannya terlantar. Entah sudah berapa klien yang dia tolak, dan ratusan pelanggan yang sudah perempuan itu abaikan.

Dia harus bangkit, kembali menata karirnya yang sempat hilang arah. Ia ingin kembali menjalani kehidupan normal yang menyenangkan. Bukan kehidupan penuh rasa sedih seperti ini.

"Wa.."

Sohwa yang sedang fokus pada kertas putih dihadapannya pun menoleh.

"Nek, kenapa?" Perempuan itu menatap wanita lanjut usia yang tersenyum ke arahnya.

"Sarapan dulu," sang nenek meletakkan nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih di meja yang ada di hadapan Sohwa.

"Makasih nek," Sohwa tersenyum simpul.

"Gimana butik kamu?" Sang nenek kini sudah duduk di sebelah Sohwa.

"Mmm... Ya lumayan rame sih," Bohong. Keadaan butik Sohwa benar-benar berantakan beberapa bulan ini. Ia tidak mengatakan yang sebenarnya karena tak ingin membuat neneknya khawatir.

"Syukur deh," 

Sohwa hanya mengangguk kemudian meraih mangkuk berisi bubur dan mulai memakannya.

"Semalam Kenan telfon Galang, nanya keadaan kamu,"

Sohwa menelan buburnya kemudian beralih menatap sang nenek.

"Dia tau aku ada disini?" Tanyanya heran.

"Loh, nenek kira kamu memang bilang sama dia kalau mau kesini?"

Sohwa terdiam.

Apa Kenan selalu menanyakan keadaannya pada saudara-saudaranya?

"Aku nggak bilang sama dia," akuh Sohwa yang memang benar adanya. Mereka tidak pernah bertukar pesan kalau tidak ada hal yang benar-benar penting.

"Kenan itu sangat menyayangi kamu. Nenek rasa, dia selalu menanyakan kabar kamu setiap hari ke adik-adik atau bang Atta."

Sohwa tertegun mendengar ucapan sang Nenek. Apakah memang benar begitu?

"Sohwa.., Kalian itu masih saling menyayangi. Kenapa tidak rujuk saja? Siapa tau, semuanya akan terasa lebih mudah kalau kamu bersama dengan Kenan."

"Aku-"

"Sajidah pasti mengerti, saat itu mungkin dia terlalu marah sampai meminta kalian untuk bercerai. Tapi tiga bulan sudah berlalu, kemarahannya pasti sudah mereda." Wanita lanjut usia itu menatap cucunya sendu.

Sohwa tersenyum getir. Neneknya tentu tidak tau, kalau keadaan dirumah semakin kacau. Perselisihan antara dirinya dan Sajidah juga semakin runyam. Tidak ada yang sedikit saja lebih baik dari keadaan tiga bulan lalu.

SORELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang