l i m a b e l a s

824 75 17
                                    


"Thor, makan siang di luar yuk?"
"Nggak bisa sel, aku ada janji sama dokter Levin." Lelaki itu menepis tangan Selysha yang hinggap di bahunya.
"Kamu baru pulang dari Dumai loh. Nggak bisa ditunda dulu ketemu sama dokter Levin nya?" 
"Nggak bisa. Kamu tau kan, kak Sohwa harus cepet dapet donor mata," ujar Thariq berusaha membuat gadisnya itu mengerti.

"Kayaknya kita nggak perlu nikah Thor," ucap Selysha tiba-tiba. Thariq menatap gadis itu tak suka.
"Apa maksud kamu ngomong gitu?" tanyanya berusaha untuk tidak membentak.

"Ya, kamu aja selalu sibuk sama kak Sohwa, gimana kita bisa nikah kalau kayak gini terus?! Aku udah sabar ya selama empat hari kamu nggak ada kabar sama sekali, dan sekarang kamu baru aja pulang tapi nggak ada waktu buat aku! Makan siang butuh berapa lama sih?!" Selysha meluapkan semua amarahnya.

"Aku capek, Sel."
"Aku juga capek Thor!!"

Thariq berdecak kesal.
"Sel, aku sama kamu bukan anak SMA lagi yang harus bertengkar cuma karena kesibukan salah satu di antara kita. Aku juga mau makan siang bareng kamu, jalan-jalan, ngedate kayak pasangan lain. Tapi kamu harus ngerti, keadaannya lagi nggak memungkinkan. Kak Sohwa bener-bener down karena kejadian ini, aku sama yang lain harus cepat dapat donor mata!" Lelaki itu tidak tahu lagi harus bagaimana caranya menjelaskan pada Selysha.

"Udahlah Thor, terserah kamu aja!" Selysha memilih pergi meninggalkan Thariq begitu saja di ruangannya.

Lelaki itu pun hanya mampu menatap kepergian calon istrinya. Nanti ia akan mencoba memperbaiki hubungannya dengan Selysha. Thariq berharap, semoga semuanya cepat selesai.

***

Saat Thariq sibuk mencari informasi soal pendonor mata. Kenan memilih sibuk mencari bukti mengenai tindak kejahatan yang telah dilakukan Erisha kepada Sohwa. Naasnya, lelaki itu belum mendapatkan setitik saja bukti untuk bisa mengungkap kejahatan perempuan itu. Erisha terlalu licik, ia juga begitu cerdik mengatur semuanya sampai tidak meninggalkan jejak.

"Argh!!" geraman frustasi terdengar jelas di setiap sudut ruangan itu. Kenan melempar dokumen yang ada di tangannya ke sembarang arah. Ia terlalu kalut, mencari informasi pun rasanya tidak bisa fokus.

Kepalanya hanya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan seputar keadaan Sohwa. Bagaimana keadaannya? Apa perempuan itu menangis setiap hari? Apa dia masih menyalahkannya? Apakah Sohwa akan membencinya? Kapan Sohwa bisa melihat kembali? kapan perempuan itu akan pulih dan bahagia seperti dulu lagi?

Kenan nyaris membenturkan kepalanya ke dinding. Terlalu pening memikirkan semua ini. Sungguh ia tidak akan memaafkan Erisha.

Ditengah kegelisahannya, Kenan mendapati sebuah pesan singkat.

From: Erisha

Aku akn nyerahin diri k polisi dgn satu syarat, buat tau ap syaratny temuin aku di bar dandelions mlm ini jam 9.

What?

Alis tebal Kenan terangkat sebelah. Tidak mungkin Erisha bisa semudah itu menyerahkan diri ke polisi. Apa kira-kira syarat yang akan diajukan oleh perempuan itu? Sebuah syarat yang berat kah? Ataukah ini hanya jebakan?

Harus datang atau tidak?

Kenan belum bisa berpikir jernih. Ia akan mempertimbangkan nya nanti dan berusaha membuat keputusan yang tepat. Lelaki itu sangat berhati-hati karena Erisha sungguh licik.

***

Fatim menutup kopernya dengan wajah lesu. Besok pagi harus berangkat ke Singapore untuk olimpiade sains. Sedangkan Sohwa baru akan pulang ke jakarta, lusa. Padahal ia ingin sekali menyambut kedatangan kakaknya, tapi apa boleh buat? Membatalkan olimpiade pun tidak akan merubah keadaan.

SORELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang