#1

38.1K 1.4K 31
                                    

Seorang gadis tengah termenung di dalam kamarnya, ia adalah Dervla-Noémie Bourseiller, seorang gadis asal Perancis, yang baru berumur 24 tahun.

Bagi orang-orang sekitarnya, Dervla di kenal sebagai seorang gadis, yang selalu ceria, periang, ramah, mudah bergaul, dan suka menolong, hingga membuatnya mempunyai banyak teman, dan di sukai oleh orang-orang sekitarnya. Namun dibalik itu semua, ia menyembunyikan sesuatu, yang membuatnya berkali-kali berpikir, untuk bunuh diri.

Gadis itu hanya terdiam saja sedari tadi, di dekat jendela kamarnya, sambil memperhatikan bulan, yang bersinar terang, di luar sana. Baginya, suasana malam sangat menenangkan hati dan pikirannya, sebab ia selalu merasa begitu tenang, saat malam hari.

"Évelyne! Kau pergi ke mana saja? Dan kenapa pulang malam?!"

Tiba-tiba, terdengar suara seorang omelan, wanita paruh baya, dari kamar sebelah, yang merupakan kamar adik perempuannya Dervla, yang bernama, Évelyne. Ya, Dervla mempunyai dua orang adik, dan ia adalah anak pertama, dari tiga bersaudara.

"Aku habis main, tadi kan sudah aku bilang, sama mommy"

"Iya, tapi tidak pulang semalam ini!"

"Ini belum malam mom, baru jam 10. Lagipula, aku kan sudah besar, bukan seperti Léopold, yang harus masih mommy atur-atur"

"Dasar anak pembangkang! Sudah dikasih tahu berkali-kali, tapi masih saja diulangi. Kau itu anak mommy, jadi wajar saja, kalau mommy mengatur-aturmu!"

"Ada apa ini? Kenapa malam-malam seperti ini malah berisik?"

"Kasih tau anakmu, jangan pulang malam terus! Kebiasaan, sudah dikasih tahu, masih saja diulangi"

"Iya, tapi jangan ribut-ribut seperti ini, kau beritahunya juga jangan sambil marah-marah"

"Tuh mom, dengar kata daddy, mommy ini selalu saja memarahiku, tapi kak Dervla tidak pernah mommy marahi"

"Kakakmu tidak pernah mommy marahi, karena ia tidak nakal, dan tidak pembangkang seperti dirimu!"

"Argh, mommy terus saja membela kak Dervla. Mommy memang cuma sayang sama kak Dervla dan Leo, mommy tidak sayang aku!"

"Tuh kan, makanya kalau nasehati anak itu pelan-pelan, jangan sambil emosi!"

"Lebih baik kau diam! Jangan membela anakmu, yang pembangkang itu! Dan kasih tahu anakmu, jangan terus-menerus pulang malam setiap harinya!"

Dervla menghela nafasnya dengan kasar, dan mengusap wajah, dengan telapak tangannya.

Pertengkaran, pertengkaran, dan selalu saja seperti itu, hampir setiap harinya. Rumah yang seharusnya, menjadi istana bagi Dervla, tapi malah menjadi neraka untuknya. Bagi Dervla, tinggal bersama dengan orang-orang yang ia sayang, tidak membuatnya bahagia, malah membuatnya jadi tersiksa, dan terus merasakan sakit hati, sampai-sampai ia menjadi depresi.

"Andai saja. . . Masih ada nenek, pasti ia bisa menghentikan setiap pertengkaran, yang terjadi di rumah ini" batinnya, sambil menatap ke luar jendela.

Ya, neneknya Dervla memang sudah tiada, sejak satu tahun yang lalu, ia meninggal di usianya, yang ke 91 tahun, dan ia meninggal, karena sakit tua. Saat Beliau masih hidup, Dervla lah satu-satunya cucu, yang sangat dekat dengannya. Ia sangat menyayangi Dervla, dan begitu pun juga, dengan gadis itu. Bagi Dervla, neneknya adalah satu-satunya orang, yang ia sayang, yang tak pernah menyakitinya sedikit pun, justru neneknya itu lah, selalu berusaha untuk membuatnya bahagia. Bahkan saat ia sedang bersedih, neneknya akan mencoba menghiburnya, dan disaat Dervla sedang sakit, neneknya lah yang merawatnya, dan sangat mengkhawatirkannya.

Kehilangan neneknya, membuat Dervla sangat terpukul, terlebih ia sendiri, yang menyaksikan kematian neneknya, di depan matanya langsung. Dan setelah kepergian neneknya, Dervla merasa seperti kehilangan setengah hidupnya, ia jadi tak bersemangat, menjalani hari-harinya, karena terus-menerus, teringat oleh neneknya, bahkan ia sempat berpikir, untuk ingin hilang ingatan, agar ia bisa melupakan neneknya.

Namun dengan berjalannya waktu, Dervla sudah bisa melupakan neneknya, ia pun kembali menjalani hari-harinya seperti biasa, dan kembali menjadi sosok Dervla, yang sebagaimana mestinya. Akan tetapi, keluarganya tetap saja tidak rukun, mulai dari kedua orang tuanya, yang sering bertengkar hanya karena hal sepele, sampai kedua adiknya yang begitu nakal, dan juga pembangkang. Bahkan tak jarang, kedua orang tuanya yang bertengkar, hanya karena adik-adiknya saja. Semua itu, membuat Dervla jadi merasa tersiksa, dan tak betah, saat berada di rumah. Ingin rasanya, ia pergi ke tempat yang sangat jauh, dan meninggalkan keluarganya itu, agar ia tak lagi, mendengar dan melihat pertengkaran yang terjadi, di dalam rumahnya.













To be continue. . .

Tueur de Vampire [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang