#10

11.7K 614 8
                                    

Melihat Dervla yang sedang mengobrol dengan Joe, "Benar dugaanku, kalau ia bertemu, dengan binatang itu" batinnya. Lalu ia segera berjalan, dan menghampiri mereka berdua.

"Dervla!" pekiknya.

Mereka berdua yang mendengarnya pun, langsung menoleh ke arah sumber suara. Dan betapa terkejutnya Dervla, saat melihat Franc, yang sedang berjalan menghampirinya.

"F-Franc?" ucap Dervla, yang sedikit terbata-bata.

"Kenapa kau keluar dari kastil?" tanya Franc dengan datar, sambil menatap mereka berdua.

"Karena aku ingin mencari makan, sebab sejak bangun tidur tadi, perutku terasa begitu lapar, dan tenggorokkanku terasa kering" jawab Dervla, sambil menundukkan kepalanya, dan tak berani menatap matanya Franc, sebab vampir itu, kelihatan sedang marah.

"Tapi seharusnya, kau tidak perlu keluar dari kastil, dan kalau kau lapar, panggil aku saja" ucap Franc sambil melirik ke arah Joe, tapi Joe hanya menghela nafasnya, dan mengalihkan pandangannya, "Apalagi, jika kau sampai bertemu, dengan binatang ini" sambungnya.

Mendengar kalimat terakhir, yang dikatakan oleh Franc, membuat Joe langsung menoleh ke arahnya, dan menatapnya dengan tajam, "Berhentilah memanggil bangsaku dengan panggilan Binatang" ucapnya.

"Tapi kenyataannya, kalian memang binatang" cibir Franc, sambil memutar bola matanya.

Matanya Joe pun langsung membulat, dan memancarkan kemarahan setan, saat mendengar, apa yang baru saja, dikatakan oleh Franc.

Sedangkan Dervla yang menyadari hal tersebut pun, berusaha untuk menenangkan Joe, dengan mengusap-usap bahunya, lalu ia berkata, "Jangan didengarkan, Joe".

"Dervla, ayo kita pulang! Kau akan berbahaya, jika bersama dengannya!" ucap Franc, dengan nada bicara yang sedikit lebih tinggi, dan melirik ke arah Joe.

Pada saat itu pula, Joe menatap Franc dengan tatapan kebencian, tapi ia tak berkata apa-apa.

Dervla pun menggangguk dan menoleh ke arah Joe, "Joe, aku pulang dulu ya. Semoga kita dapat berteman dengan baik, meski bangsa kita bermusuhan" ucapnya, yang disertai dengan senyuman, yang mengembang di wajahnya.

Tapi Joe hanya mengganggukkkan kepalanya saja, tanpa melepaskan pandangannya, dari Franc.

Sedangkan Franc, segera memalingkan pandangannya dari Joe, seakan tidak ingin, melihat wajahnya, "Ayo kita pulang Dervla" ucapnya,sambil membalikkan tubuhnya, dan berjalan lebih dulu.

Dengan cepat Dervla menggangguk, dan berjalan mengikuti Franc.




***********************




Setibanya di dalam kastil, Franc langsung mengantarkan Dervla ke kamarnya. Lalu setelah itu, ia pamit untuk mengambilkan segelas darah, untuk Dervla. Gadis itu pun hanya menggangguk saja, dan menunggunya di dalam kamarnya. Tapi tiba-tiba, ia jadi teringat kembali, dengan apa yang dikatakan, oleh Joe tadi.

"Ditambah, Franc yang sangat membenci bangsa kami, karena suatu hal" itulah ucapannya Joe, yang kini terngiang-ngiang, di telinganya Dervla.

Kini, ia jadi begitu penasaran, suatu hal apakah, yang Joe maksud? Dan, apakah hal tersebut begitu fatal? Sehingga membuat Franc, jadi begitu membenci bangsanya Joe, yaitu Werewolf.

Dervla pun merasa, kalau harus menanyakannya langsung pada Franc, sebab ia jadi sangat penasaran, dan ingin mengetahuinya.

"Hey!"

Dervla langsung menoleh, saat mendengar suaranya Franc, dari ambang pintu, dan dapat ia lihat, vampir itu yang berjalan menghampirinya, sambil membawa segelas minuman, yang berwarna merah pekat, dan itu adalah darah.

"Ternyata kau sudah kembali" ucap Dervla, sambil menyunggingkan sebuah senyuman.

"Ini untukmu, habiskanlah" ujar Franc, sambil memberikan gelas itu, pada Dervla.

"Terima kasih" ucap Dervla, sambil menerima segelas minuman tersebut, dari tangannya Franc, dan tanpa berkata apa-apa lagi, ia langsung meneguknya, dalam sekali teguk saja. Namun saat itu pula, Dervla merasakan tenggorokkannya, yang terasa begitu segar, dan juga perutnya, yang terasa mulai terisi, walau hanya meminum, minuman itu saja. Lalu ia mengembalikan gelas itu yang sudah kosong, pada Franc, "Terima kasih" katanya, dengan bibirnya yang terangkat.

"Sama-sama" jawab Franc, sambil menerima gelas tersebut, dan disertai dengan senyuman, yang terukir diwajahnya, tapi matanya terus menatap wajahnya Dervla, seakan tidak bisa lepas memandanginya. Lalu tiba-tiba ia. . .













To be continue. . .

Tueur de Vampire [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang