#2

22.5K 1.1K 26
                                    

Esoknya, Dervla kembali melakukan aktifitas sebagai mestinya, yaitu berkerja di sebuah perusahaan.

Sejak tadi pagi, ia bersikap biasa saja, seperti tidak ada apa-apa. Padahal, di dalam hatinya, ia sedang menyembunyikan sebuah luka. Dan sebenarnya, ia ingin sekali, menceritakan apa yang sedang ia rasakan, pada teman-temannya, seperti yang sering mereka lakukan, pada gadis itu. Tapi baginya percuma saja, karena mungkin, mereka tak akan mengerti bagaimana perasaannya, dan mungkin, mereka tak pernah merasakannya juga. Sehingga membuatnya, mengurungkan niatnya tersebut.

Meskipun di kenal sebagai sosok yang baik, tapi rupanya, Dervla adalah sosok gadis, yang cukup tertutup. Karena ia tak pernah, menceritakan bagaimana kisah hidupnya, kepada teman-temannya, ataupun pada orang lain. Ia benar-benar menutup rapat hal tersebut, lagipula ia berpikir, kalau mereka tak kan peduli, dengan kisah hidupnya Dervla, yang cukup memilukan. Bagaimana tidak? Keluarganya yang tak pernah rukun, ditambah kisah cintanya, yang tak pernah berjalan dengan mulus, seperti yang ia inginkan.

Ya, kisah cintanya Dervla, memang tak pernah semanis kisah cinta, para putri dan pangeran, dari dunia, dongeng. Karena kisah cintanya selalu saja kandas di tengah jalan, karena ia sering ditinggalkan, oleh pria yang dicintainya, tanpa alasan yang jelas. Belum lagi, cintanya yang sering bertepuk sebelah tangan. Hidup yang cukup memilukan bukan? Dengan penderitaan, yang begitu lengkap.

Tapi untung saja, sampai saat ini, Dervla masih bisa tetap bertahan, walaupun ia sering berpikir, untuk bunuh diri. Gadis itu memang membutuhkan teman untuk bercerita, ia butuh seseorang, yang selalu mendengarkan ceritanya, dan selalu ada, disaat ia membutuhkannya. Tapi sayang, ia tak pernah menemukan seseorang seperti itu, selain neneknya sendiri. Dan sewaktu, neneknya masih hidup, ia sering sekali, mencurahkan seluruh isi hatinya pada neneknya, dan neneknya selalu menjadi pendengar yang baik untuknya.

"Dervla!"

Tiba-tiba terdengar suara seseorang, yang membuatnya jadi terkejut. Segera ia menoleh ke arah sumber suara, dan rupanya, itu adalah salah satu temannya.

Dervla pun menghela nafasnya, dan mengusap dadanya, "Kau ini mengagetkanku saja" ucapnya.

"Maaf ya, tapi ada sesuatu, yang ingin aku ceritakan padamu" ujar seseorang itu.

"Baiklah, memangnya apa?" tanya Dervla, sambil menatap seorang wanita, yang berumur 7 tahun lebih tua darinya.

Dan kemudian, wanita itu segera bercerita kepada Dervla, dan tentu saja Dervla mendengarkannya dengan setia, seperti yang sudah sering, ia lakukan.





*************************





Waktu sudah menunjukkan, pukul setengah sepuluh malam, namun kini, Dervla malah sedang berada, di sebuah pemakaman, yang berada cukup jauh dari rumahnya, dan di pemakaman itulah, neneknya Dervla dimakamkan, di tempat peristrahatannya, yang terakhir.

Sejak tadi sore, Dervla merasa begitu penat, rasanya ia ingin sekali keluar rumah, untuk sekedar berjalan-jalan, dan menikmati udara yang segar, namun sayang, ia tak bisa, karena ia harus izin terlebih dahulu, pada kedua orang tuanya saat hendak pergi, atau sekedar berjalan-jalan saja di luar rumahnya. Ditambah, tidak mudahnya untuk mendapatkan izin tersebut, dan jika sudah tak diizinkan, maka Dervla tak akan melakukannya, berbeda jauh dengan adik perempuannya, meskipun sudah tak diizinkan, tapi tetap saja, ia akan melakukannya.

Dervla pun mendudukkan tubuhnya, di pinggir makam neneknya, sedangkan kedua matanya, menatap ke arah batu nisan, "Nek, aku sangat merindukanmu. Apakah kau di sana, tak merindukanku?" katanya, sambil mengusap batu nisan tersebut, "Nek, sepertinya aku sudah tidak kuat lagi, untuk melanjutkan hidupku ini. Terlebih, aku harus menjalaninya tanpamu, dan itu sangat berat bagiku. Rasanya, aku jadi ingin mati saja, agar aku bisa menyusulmu, dan kita dapat bertemu lagi, di alam yang sama. Jujur, aku tak mampu, jika harus terus-menerus, berada di alam yang berbeda denganmu. Aku di kelilingi banyak orang, dan berada di tengah keramaian, tapi aku merasa sangat kesepian, aku seperti merasa hidup sendiri. Belum lagi, kini aku merasa, sudah tak ada, yang menyayangiku lagi, sudah tak ada, satu pun orang, yang mengerti perasaanku, lalu untuk apa, aku tetap hidup?" sambungnya.

Pada saat itu pula, tanpa ia sadari, ada seorang pria, yang tengah duduk di sebuah makam, yang letaknya tidak jauh, di belakangnya. Pria itu hanya terdiam, sambil memperhatikannya, dengan sebuah senyuman yang mengerikan, yang terukir diwajahnya.

Lalu. . .














To be continue. . .

Tueur de Vampire [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang