#23

7.1K 361 4
                                    

Bruk. . .

Rebecca langsung melepaskan gigitannya, dan terjatuh, saat ada seseorang, yang memukul bahunya.

"Sudah aku duga, kalau di kota ini, masih ada makhluk, seperti dirimu" ujar seseorang itu, yang ternyata adalah seorang pria.

Rebecca pun segera menoleh ke arah pria itu, dan betapa terkejutnya ia, saat melihat pria itu, yang sedang memegang sebuah kalung, dengan tanda salib, di tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya, memegang sebuah kayu kecil, yang begitu runcing. Dengan cepat, Rebecca segera menutup wajahnya, dengan kedua telapak tangannya, "Tidakkkkkkk!" pekiknya.

Tapi pria itu malah berjongkok di dekatnya, dan menatapnya dengan seringaian, yang terukir di wajahnya. Lalu tanpa berkata apa-apa, ia segera mengeluarkan sesuatu, dari saku celananya, dan rupanya, itu adalah sebuah botol, yang berisi cairan berwarna putih bening, "Kau akan mati, malam ini juga, makhluk terkutuk!" ucap pria itu, sambil membuka botol tersebut, dan menyiramkannya pada tubuh Rebecca.

Pada saat itu pula, tubuhnya Rebecca pun langsung mengeluarkan asap, seperti daging yang sedang dipanggang. Namun ia tak bisa bisa berbuat apa-apa, dan hanya pasrah saja, karena kini ia merasa, seperti sedang dibakar. Lalu pria itu, segera menancapkan kayu yang runcing, tepat dijantungnya Rebecca, sehingga membuat vampir itu, langsung berteriak kesakitan.

Namun pria itu tak mempedulikannya, dan membiarkan kayu tajam itu, tetap menancap pada  jantungnya Rebecce.

Seketika, Rebecca pun langsung tewas, dengan tubuhnya, yang menjadi tengkorak.




***********************




Kini, Dervla dan Franc, sedang berada di dalam sebuah pesawat.

"Rebecca telah mati" ucap Franc dengan sangat pelan, bahkan hampir terdengar, seperti sebuah bisikan.

Kedua matanya Dervla pun langsung membulat, lalu ia langsung menoleh ke arah Franc, dan menatapnya tak percaya, "Benarkah? Kau sedang tidak bercanda kan? Dan, kau tahu dari mana?" tanyanya.

Franc pun langsung menggangguk pelan, dan menghela nafasnya, "Aku bisa melihatnya. Karena aku melihat, ia yang dibunuh, oleh seorang pemburu vampire, saat sedang menghisap darah seorang anak perempuan" jawabnya, sambil menatap ke depan.

Dervla pun langsung menutup mulutnya, yang refleks menganga, "Apa? Pemburu vampir? Memangnya, di sana masih ada pemburu vampir?" tanyanya.

"Masih, bahkan di negara-negara lain pun, juga masih ada. Terkecuali, di negerinya Count Dracula, yaitu Rumania" jawab Franc, tanpa menoleh ke arah gadis itu.

"Aku kira, kita adalah makhluk yang abadi" ucap Dervla, sambil menatap ke depan

Segera Franc menoleh ke gadis itu dan menatapnya dari samping, "Kita bukanlah, makhluk yang abadi. Karena makhluk yang abadi, hanyalah Count Dracula saja" ucapnya.



7 jam kemudian. . .



Saat ini, Dervla dan Franc, sedang berada di sebuah rumah, yang cukup besar, yang berada di salah kota, di Italia. Katanya Franc, dulu rumah itu adalah, rumah kakek dan neneknya, tapi setelah kakek dan neneknya meninggal, rumah itu jadi kosong, dan tak ada yang menempati.

"Sudah berapa lama, rumah ini tidak ditempati?" tanya Dervla, sambil memperhatikan seisi rumah itu, yang hampir dipenuhi, oleh sarang laba-laba.

"Seingatku, sudah sekitar 10 tahun" jawab Franc, yang berjalan di belakangnya Dervla.

Mendengar apa yang baru saja Franc katakan, membuat Dervla langsung menoleh ke arahnya, "10 tahun? Lama sekali, dan sepertinya, rumah ini terbuat dari bahan-bahan yang kuat, sehingga tak habis, dimakan oleh waktu" ucapnya, yang kembali melanjutkan langkahnya.

Franc pun langsung menggangguk, dan meng-iyakan ucapannya Dervla, "Benar, karena kalau tidak, rumah ini pasti sudah runtuh" ujarnya.

"Lalu berapa lama, kita akan tinggal di sini?" tanya Dervla, yang terus saja berjalan.

"Jika di sini aman, maka kita akan tinggal di sini, untuk selamanya. Tapi jika tidak, maka kita harus pergi lagi, dan mencari tempat baru lagi" jawab Franc.

Mendengar jawabannya Franc, membuat Dervla menghela nafasnya, dan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Repot juga ya. Lalu, apakah kita tak akan kembali, ke kastilmu lagi?" tanyanya, sambil menoleh ke arah Franc sesaat.

Dengan cepat, Franc pun menggelengkan kepalanya, dan langsung menunduk, "Tidak, karena kurasa, di sana sudah tidak aman bagi kita. Bahkan, mungkin aku tak akan bertemu lagi, dengan Xandre" jawabnya.

Segera, Dervla menghentikan langkahnya, dan menoleh ke arah Franc, lalu ia melihat raut wajahnya pria itu, yang langsung berubah dalam seketika. Dengan kasar, Dervla pun menghela nafasnya, dan mengusap bahunya Franc, "Jangan bersedih Franc, Xandre pasti akan baik-baik saja" ujarnya.

Perlahan, Franc mengangkat kepalanya, dan menatap Dervla, "Aku juga berharap seperti itu" katanya, yang kemudian berjalan lebih dulu, "Dan, kita harus melakukan sesuatu yang baru" sambungnya.

Dahinya Dervla pun langsung mengerut, saat mendengar, apa yang baru saja Franc katakan, "Sesuatu yang baru? Apa?" tanyanya, yang kembali berjalan, dan mengikuti Franc dari belakang.

Namun Franc malah tertawa pelan, dan menoleh ke arah Dervla, "Akan kukatakan besok" jawabnya, yang terus berjalan.

Mendengar jawabannya Franc, membuat Dervla jadi sedikit kesal, karena Franc tidak mau memberitahunya, dan membuatnya jadi penasaran.












To be continue. . .

Tueur de Vampire [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang