#24

7.7K 371 10
                                    

Dervla sudah bangun sedari tadi, tapi ia tak keluar dari kamarnya, dan malah termenung, di dekat jendela. Sebenarnya, ia begitu sedih, karena harus meninggalkan kota kelahirannya itu, karena ia jadi tak bisa, mengunjungi makam neneknya lagi. Tapi mau tak mau, ia harus pergi dari sana, karena katanya Franc, kota itu sudah tak aman lagi, dan jika mereka tetap tinggal di sana, maka mereka akan bernasib sama, seperti Rebecca.

Tok tok tok. . .

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu, dari luar kamarnya. Segera ia berjalan, dan membukakan pintu. Setelah pintunya dibuka, ia melihat Franc, yang sedang berdiri di depan sana.

"Ternyata, kau sudah bangun" ujar Franc, sambil menyunggingkan sebuah senyuman, hingga membuat gigi-giginya yang tajam, jadi menonjol keluar bibirnya.

"Iya, memangnya ada apa?" tanya Dervla sambil menatapnya.

"Apakah kau lapar?" tanya Franc, yang malah berbalik tanya, pada Dervla.

Dervla pun menghela nafasnya, dan memutar bola matanya, "Kenapa malah berbalik tanya? Tentu saja, bahkan aku begitu lapar, dan juga haus" jawabnya, sambil mengusap lehernya, seakan memberi tanda, kalau ia memang sedang haus.

"Ya sudah, ayo kita pergi, untuk mencari mangsa" ajak Franc, sambil menatapnya, "Dan lagipula, kau ingin belajar memburu manusia, kan?" sambungnya, dengan satu alisnya yang terangkat.

Mendengar apa yang baru saja Franc katakan, membuat Dervla langsung terdiam, dan mendadak jadi patung. Karena ia tak menyangka, jika pada akhirnya, Franc akan mengajaknya untuk berburu juga, dan tentu saja, hal itu membuatnya, menjadi senang, "Iya, ayo!" jawabnya sambil menggangguk semangat.

Franc pun hanya menggangguk, dan berjalan lebih dulu.




************************




Mereka berdua menyelusuri jalan setapak, yang sudah cukup sepi. Karena kini, waktu sudah menunjukkan, pukul 11 malam. Ditambah, tadi sore hujan mengguyur kota tersebut, hingga membuat udara saat ini, menjadi lebih dingin, dari biasanya.

"Kita mau ke mana?" tanya Dervla, yang mulai membuka obrolan.

"Ke sebuah rumah, dan mungkin, hanya dekat-dekat sini saja" jawab Franc, tanpa menoleh ke arahnya, "Dan oh ya, nanti kau bunuh saja mangsamu, dan jangan kau ubah, menjadi seperti kita" sambungnya.

Dervla pun langsung menoleh ke arah Franc, dan menatapnya dengan dahinya, yang mengerut, "Memangnya kenapa?" tanyanya, yang terlihat bingung.

"Tidak apa-apa. Hanya saja, kita tak bisa sembarang, menambah populasi vampir baru, apalagi di tempat yang baru kita datangi, karena kita tak tahu, bagaimana tempat ini" jawab Franc, yang sekaligus menjelaskannya, pada gadis itu.

"Baiklah, aku paham" ucap Dervla, sambil mengganggukkan kepalanya.

"Sebentar" ujar Franc, yang mendadak menghentikan langkahnya, dan menoleh ke arah sebuah rumah, yang berada tak jauh, di depannya, "Sepertinya, rumah itu cocok, untuk mangsa pertamamu" sambungnya, yang beralih menatap Dervla.

Mendengar apa yang baru saja Franc katakan, membuat Dervla langsung menoleh, ke arah rumah tersebut, dan menatapnya, "Tapi, apakah aman?" tanyanya.

Dengan cepat, Franc mengganggukkan kepalanya, tanpa melepaskan pandangannya, dari rumah itu, "Aman. Dan lagipula, kau tenang saja, karena aku akan ikut masuk  ke dalam. Ayo!" ajaknya, yang kemudian melompati pintu pagar rumah tersebut.

Sedangkan Dervla yang melihatnya pun, jadi kembali terdiam sejenak, lalu ia segera mengikuti caranya Franc.

"Sekarang, kita masuk ke kamarnya, lewat pohon ini" ujar Franc, sambil menoleh ke arah sebuah pohon, yang berada di sebelahnya.

Namun dahinya Dervla malah mengerut, lalu ia berkata, "Kau yakin? Ingin naik ke pohon ini? Nanti bagaimana, kalau terjatuh?".

Mendengar apa yang baru saja Dervla katakan, membuat Franc jadi tertawa geli, seakan apa yang baru saja gadis itu katakan, adalah sebuah lelucon, yang menggelitik perutnya, "Kalau pun jatuh, kita tak akan merasa sakit, apalagi mati" ucapnya.

Setelah mendengar, apa yang baru saja Franc katakan, barulah Dervla teringat, kalau kini, ia bukan lagi seorang manusia, lalu ia segera mengganggukkan kepalanya, "Ya sudah, ayo kita naik ke kamar itu" ucapnya sambil mendongak, dan melihat sebuah balkon, dari sebuah kamar, di rumah tersebut.

Franc pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan menoleh ke arah Dervla, "Ikuti aku" katanya, yang kemudian naik ke sebuah pohon, dan melompat lagi, ke balkon rumah itu.

Melihat hal tersebut, membuat Dervla langsung menggangguk paham. Lalu ia mencoba naik, ke pohon itu juga, tapi dengan hati-hati, karena tetap saja, ia takut terjatuh. Dan saat tiba, di salah satu dahan pohon, ia pun menarik nafas, dengan sedikit lega.

"Ayo cepat" ucap Franc, sehingga membuat Dervla, langsung menoleh ke arahnya.

Namun hanya dengan sebuah anggukkan Dervla menjawabnya, lalu dengan sedikit ragu, ia mulai melompat, ke balkon tersebut. Dan kemudian, Franc segera mengangkat daun jendela, yang untungnya tidak terkunci, lalu ia masuk, ke dalam kamar tersebut, dan disusul oleh Dervla.

Saat berada di dalam kamar itu, mereka melihat seorang pria, yang tengah tertidur dengan nyenyaknya.

"Pelan-pelan" bisik Franc, yang berjalan lebih dulu.

Dervla pun hanya mengganggukkan kepalanya, dan berjalan mengikuti Franc. Lalu setelah sampai, di dekat ranjang, Franc langsung menghentikan langkahnya, dan diikuti oleh Dervla.

"Biar aku contohkan" ujar Franc, sambil menoleh ke arah Dervla.

Tapi lagi-lagi, hanya dengan sebuah anggukkan, gadis itu menjawabnya. Lalu Franc segera berjongkok, di dekat ranjang, dan mengarahkan bibirnya, pada lengan pria itu. Setelah sudah begitu dekat, Franc langsung menancapkan gigi-giginya yang tajam, pada tangan pria itu, dan mulai menggigitnya.

Karena merasakan ada sesuatu, yang merobek kulit tangannya, pria itu pun langsung terbangun, dan membuka kedua matanya. Dan betapa terkejutnya ia, saat melihat Franc, yang tengah menghisap darah, dari tangannya.

Seakan sudah tahu, apa yang ingin dilakukan, oleh pria itu, Dervla pun langsung melompat, dan menindih tubuhnya. Lalu ia mencium bibirnya, tapi ia tak hanya menciumnya saja, melainkan menggigit bibir pria itu, sehingga mengeluarkan darah. Lalu ia segera menghisapnya.

Sedangkan Franc, yang melihat hal tersebut, tentu saja sangat terkejut, sehingga kedua matanya, langsung membelalak. Sungguh, ia tak menyangka, jika gadis itu begjtu tanggap, dan hal itu, tentu saja membuatnya senang. Tapi di sisi lain, hatinya terasa sakit, saat melihat Dervla, yang malah menggigit bibir pria itu, meskipun ia tahu, gadis itu melakukannya, agar pria itu, tidak berteriak.

Sebuah senyuman pun, terpaksa ia ukirkan di wajahnya. Bagaimana tidak? Kini, hatinya begitu sakit, melihat pemandangan tersebut. Ia pun segera menggelengkan kepalanya, dan semakin menghisap darah, dari tangan pria itu, dengan semakin kuat.















To be continue. . .

Tueur de Vampire [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang