Vision 2

3.1K 335 88
                                    

"Apa dia orangnya?"
"Oh, jadi dia yang menemukan V?"
"Beneran dia cenayang?"
"Bisa lihat masa depan? Daebak! Aku juga mau."

Bisik-bisik menggunjing sayup terdengar di keriuhan. Jungkook yang menjadi topik pembicaraan hanya diam mencoba abai. Hal seperti ini sebenarnya biasa ia alami, namun tetap saja ada perasaan tak nyaman. Menyandarkan tubuh di empuknya sofa, ia memejam mata mencoba mengusir nyeri yang sedari tadi mainkan syaraf kepalanya.

Agensi tempat V bernaung mendadak dipenuhi awak media yang berlomba mencari informasi terkini V. Artis multi talenta yang dicintai tak hanya di Korea tapi juga seluruh dunia. Tagar #SaveV #PrayforV menjadi tranding topik dunia.

Kebaradaan media pers menyamarkan keberadaan tim kepolisian yang untuk sementara memindahkan markasnya di sini. Mereka berhasil menemukan lokasi penculik setelah dengan detail Jungkook menggambarkan apa yang ia lihat dalam vision-nya. Dengan kemampuan analis, Yoongi menyatukan kepingan puzzle vision dan sukses menentukan titik lokasi target dengan akurat.

Saat ini satuan kepolisian telah membersihkan gedung berlantai lima yang disinyalir sebagai tempat penyekapan. Lantai satu hingga tiga merupakan gedung perkantoran dan di lantai empat lah kondominium milik tersangka Jang Jangmi menyekap Taehyung. Yoongi si genius teknik analis dengan mudah menyadap telepon, memblokir cctv dan akses keluar masuk lift. Polisi dikerahkan untuk berjaga di tiap lantai tangga darurat. Namun sayang, akses ke rooftop yang hanya bisa dilalui dari lift yang berada di dalam kondominium. Memang tak bisa dinonaktifan. Namun setidaknya tersangka tak akan bisa kabur.

"Kak."

Pemuda berkulit putih pucat dengan earzoom tersemat manis di telinga dan  laptop putih dalam dekapan melambai memberi isyarat ia mendengar panggilan yang ditujukan padanya.

Mengambil tempat kosong di sebelah adiknya, ia mendudukkan diri di sofa dan meletakkan benda putih yang menjadi nyawa keduanya itu dalam pangkuan.

"Namjoon mana?"

"Diajak makan Kak Sejin." Jungkook menjawab lesu.

"Kenapa tidak ikut makan?

"Ngga napsu."

Yoongi mengulur tangannya menyentuh kening Jungkook dan hawa panas teraba tapaknya.

"Masih pusing?" tanyanya khawatir.

"Ngga."

"Bohong, kamu demam. Pulang aja ya. Kakak akan suruh orang antar dan menemanimu di rumah sampai ibu pulang."

Jungkook menghela napas kasar, sengaja mengekspresikan kejengahannya.

"Aku baik saja, Kak Yoon. Bisa gila kalau menunggu kabar kak Tae di rumah. Boleh ya aku di sini," mohonnya dengar binar bambi yang mampu meluluhkan hati Yoongi.

"Dasar keras kepala," umpatnya kesal karena untuk kesekian kali tak bisa menolak permintaan bodoh kesayangan.

"Aku belajar dari Kakak," balas yang muda.

Mencoba abai dengan kalimat Jungkook yang memang benar adanya, Yoongi pun mengalihkan topik pada gumpalan kain berwarna merah muda yang teronggok di antara mereka.

"Sweater siapa itu?"

"Oh, punya Kak Jin. Tadi disuruh pakai biar hangat, tapi kan aku malu."

"Kenapa harus malu. Pink itu unyu sepertimu Koo," goda Yoongi.

"Kalau gitu kakak saja yang pakai," melempar sweater ke badan Yoongi, Jungkook pun mendapat hardikan sayang dari sang kakak.

"Koo, vision-mu sangat membantu. Kenapa bisa rinci ya? Biasanya hanya kilasan saja, kan?"

Jungkook mengendikkan bahu. "Aku juga ngga paham. Apa karna kak Tae itu Hiraku?"

"Hmm, bisa jadi." Yoongi berekspresi serius sesaat sebelum matanya membola. Pria ini mengingat sesuatu.

"Koo, tadi bisikin Jin apa?"

Rupanya Yoongi penasaran dengan topik pembicaraan antara Jin dan Jungkook sesaat sebelum keberangkatan mereka ke agensi. Penasaran saja karena tidak biasanya sang adik menyembunyikan sesuatu darinya.

Jungkook melirik sosok yang menatapnya penuh pengharapan sambil sesekali memainkan bibirnya, menggoda.

"Kasih tau ngga ya? Ih, Kak Yoon kepo. Ra—ha—sia!"

Yang terjadi kemudian Jungkook yang berusaha kuat melepas diri dari kuncian maut pelukan Yoongi.

.
.
.

"Kau sudah siap?" tanya kapten Lee sang ketua tim pembebasan, pada Jin yang sedang memasang tag name di saku seragam hitam bergaris merah dengan logo sebuah restoran sushi.

"Siap, kapten."

"Kau salah satu yang terbaik di tim ini. Jaga dirimu."

.
.
.

"Oh, pesanannya sudah datang. Aku memesan sushi kesukaanmu, loh," Jangmi bermonolog, melepas sejenak atensinya dari teleskope dan mengambil benda hitam dari laci meja medallionnya. Ia berjalan ke arah pintu dan menekan rombol 'talk' pada intercom. Terlihatlah sosok yang berada di luar.

"Siapa?"

"Kami dari Restauran Sushizanmai. Saya mengantar pesanan anda."

Dengan satu sisi bibir yang terangkat tipis Jangmi membuka pintu dan mempersilahkan Jin yang menyamar sebagai kurir delivery masuk.

"Ini pesanan Anda, Tuan."

"Ah, tolong taruh di meja itu," titah Jangmi yang terlihat menutup pintu dan diam-diam menguncinya.

Jin berjalan dengan sudut mata melirik Taehyung yang terduduk di ranjang lalu mengeluarkan dua bento sushi dari box penghangat dan menaruhnya bersama secarik kertas bill di atas meja beralas marmer.

"Berapa semua?"

"Semua—", Jin membalik badan dan matanya membola saat Jangmi mengangkat tangan menodongkan sesuatu ke arahnya.


.
.
.

"Koo! Kenapa?"

Yoongi panik melihat kesakitan yang tergurat di wajah Jungkook yang tiba-tiba saja menegang. Pria ini menepuk pipi Jungkook, tak ambil peduli benda yang ada di pangkuannya terjatuh dan menimbulkan suara yang keras. Fokusnya hanya satu pada sang adik yang diselimuti lara dengan jemari meremat erat sweater merah muda.

"Kak Jin ..."



Masih bersambung
28082019

THE ALBARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang