Vision 15

1.5K 239 99
                                    

"Kak Tae—"

Suaranya tercekat di tenggorokan tak mampu lolos dari bibir pucatnya. Dua manik matanya bergerak tak fokus. Napasnya terengah meraup oksigen, entah karena air mata atau apa, semua yang ia lihat berganda. Lalu sensasi mual yang yang tak terkira kian mendesak diluapkan.
Mimpi ... rupanya hanya bunga tidur namun terasa nyata. Rasa sakit akan kehilangan masih terasa menyesak dada.

"Psstt ... Ibu di sini, Nak."

Suara yang sangat familiar menyapa inderanya dan dua tangan lembut itu mengarahkan tubuhnya kembali rebahan. Rasa tak nyaman makin bergejolak mendemo tubuh, mendesak sesuatu keluar dari mulutnya.

Wanita ber-snelli¹ panjang itu telah mengantisipasi keadaan, mengarahkan stainless berbentuk ginjal tepat waktu hingga muntahan yang sedikit menyembur tak mengotori tubuh putranya. Tiga luapan, dan tubuh itu benar-benar lemas, menyandarkan kepala di lengannya. Hana serahkan basin pada perawat, membantu rebahkan tubuh Jungkook yang sangat pucat.

"Istirahat ya, Sayang."



"Maaf ..."

Beribu penyesalan menghujam memberi rasa sakit yang mengoyak hati.

"Maafin aku. Semua ini tak akan terjadi kalau aku menuruti Koo. Ini salahku."

Dipegangnya lengan pria yang berdiri menyilangkan dua tangannya di dada.

"Izinkan aku menemui, Koo," mohonnya mengiba.

"Taehyung, aku tidak pernah menyalahkanmu. Jadi sekarang berhenti menghukum dirimu," Yoongi berucap lembut.

"Apa terasa pusing?" tanya Yoongi khawatir ketika Taehyung terlihat mengernyit.
Remaja itu mengangguk pelan dan menuruti titah Namjoon yang tiba-tiba saja menuntunnya rebahan.

"Tsk! Masih pusing begini mau menyembuhkan adikku. Bisa mati aku didemo penggemar dan kakakmu. Istirahat saja! Jangan pikirkan Jungkook, dia baik aja."

Yoongi mengakhiri kalimatnya dengan menepuk lembut bahu yang lebih muda.

"Maaf ..."

"Hah! Lima kali sudah kau bilang maaf. Tak bisakah cari kata lain?"

"Maaf, Kak."

"Enam!"

Entah aura apa yang keluar dari pria berkulit pucat itu hingga membuat Taehyung tertunduk takut tak melihat tatapan lembut Yoongi yang tak selaras dengan nada bicaranya. Tahu kan rasanya saat sendiri dan tiba-tiba ada angin dingin menyapa tengkukmu?
Seperti itulah rasanya dan kata 'enam' membuat Taehyung bergidik.

"A—Aku takkan membuatnya jadi tujuh," jawabnya lirih.

"Hmm, anak pintar. Kak Yoon akan memaafkanmu kalau mau makan dan minum obatmu."

"Makasih, Kak. Siap, laksanakan."

Tak disangka Taehyung mengalungkan tangannya ke pinggang Yoongi yang terkaget dan merengkuhnya dalam dekapan. Merasakan kehangatan ini, Yoongi tersenyum tipis. Dipikir-pikir, Taehyung sama manjanya dengan Jungkook, ya.

"Ehm."

Deheman Namjoon menyadarkan yang sedang bermesraan dan pemilik senyum kotak itu segera menghentikan adegan bromance-nya lalu tersenyum lebar. Rasa bersalah yang membebani pikiran perlahan mengikis.

Suara dering telepon mengalihkan atensi Yoongi dan Taehyung, ada Namjoon yang tersenyum memberikan ponselnya pada sang adik. Ya, dokter muda itu sengaja mengirim pesan pada Hana agar diperbolehkan menelepon namun wanita itu malah lebih dulu mengontaknya.

"Nih, vidcall."

Taehyung segera menerima gawai dengan binar bahagia yang tercetak jelas di raut wajah. Ada sosok Hana yang memyambutnya di layar handphone lalu mengarahkan kamera pada Jungkook yang mengulas senyum pasi, tak bicara sepatah kata pun. Hanya tatap penuh makna yang mampu mengobati sedikit kekhawatiran Taehyung. Karena entah kenapa, ada sesuatu yang tidak bisa dijabarkan menyanyat hati sang Hira. 

Sementara itu Yoong memilih untuk duduk di sofa diikuti Namjoon yang lebih dulu melepas snelli lengan pendeknya dan melipatnya di tangan.

"Kudengar kau tak akan menggugat Daewon," Yoongi memulai topik.

"Ya. Semua ini kecelakaan. Lagipula dia sudah cukup menderita kehilangan Hoseok," jelas Namjoon.

"Anak itu, dia mendonorkan matanya pada Yugyeom, si tukang semir sepatu. Dan kudengar keluarga Jung akan mengadopsinya."

"Syukurlah, semua berakhir baik saja."

Yoongi merogoh kantong celana saat sebuah notifikasi berbunyi. Membuka smartphone-nya dengan fingerprint, sebuah pesan menggelitik hatinya.

From: Jin not handsome
Ada lagi surat yang sama, beraroma mawar untukmu.

Tak lama berselang satu pesan masuk dari nomor tak dikenal.

From: Unknown Number
Cinta membangkitkan yang mati, dan meniupkan kehidupan padanya³

Dan Yoongi merasa jantungnya berdetak lebih kencang. Mungkinkah ...



Hana usap kening dingin yang penuh titik keringat, ciumi penuh kasih putra bungsunya. Masih terbayang beberapa saat setelah si bungsu video call dengan Taehyung, Jungkook kembali  muntahkan banyak cairan dengan semburan yang begitu kuat disertai lelehan darah dari hidungnya.
Ia kembali berteman gelap tanpa sempat berkata-kata dan Hana sangat yakin putranya mengalami cedera di otak.

CT Scan jadi rujukan utama untuk mengetahui ada tidaknya pendarahan di otak, dan untunglah Commotio Cerebri menjadi jawaban. Hana bisa sedikit bernapas lega.

"Anak ibu gegar otak. Jangan pikirkan banyak hal. Istirahat ya, ibu temani."

Mata terpejam Jungkook bergerak gelisah dan segulir air mata menetes. Dari bahasa tubuhnya Hana tahu ada yang putranya pikirkan. Berkali-kali memanggil nama Taehyung dalam igauan dan wanita ini yakin Jungkook bermimpi buruk.

"Taehyung baik saja. Tadi sudah lihat, kan dia tersenyum lebar. Untung saja peluru hanya menggores atas fontanel²-nya. Taehyung akan segera pulih. Sekarang Koo juga harus sembuh."

Kembali Jungkook memejam mata, masih menangis seraya meremas jemari sang ibu. Membuat Hana turut gundah. Apa yang sebenarnya dirasakan putranya.

Jungkook makin terisak, menggeleng kepala brutal yang berakhir menciptakan ringisan pilu. Di sela tangisnya ia berkata lirih, "Bu, kenapa aku tak bisa melihat vision apa pun?"



Belum mau selesai
03112019

Yang mau Taehyung lanjut kontraknya pasti bahagia :")

Bry tipe penulis yang selalu memberi akhir bahagia dalam karyanya. Kehidupan nyata sudah penuh liku masa iya fiksi pun bikin baper.
Yah, walau ada juga sih beberapa ff yang Bry buat Jungkook meninggal. TITIK contohnya, ada di library.

Jadi... Masih mau cubit Bry?

Makasih sudah mampir dan baca :")

Catatan kecil:
¹Snelli: jubah putih dokter
Yang lengan panjang biasanya digunakan dokter spesialis dan yang berjubah lengan pendek dokter umum.
²Fantonel: ubun-ubun
³Kutipan syair dari Jalaludin Rumi

THE ALBARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang