Vision 6

2K 291 36
                                    

"Kak Yoon, PSP-nya!"

Jungkook berlari kecil menuju halaman rumah dan temukan Yoongi yang baru akan memasuki mobilnya. Gawai ini tak pernah lepas dari sang kakak yang di setiap waktu senggang akan memainkannnya.

"Permisi ..."

Seorang pemuda mengenakan topi hitam dan berperawakan tinggi memasuki halaman rumah.

"Maaf, apa kalian tau di mana alamat ini?" tanyanya sopan pada Yoongi.

"Coba kulihat," Yoongi menerima kartu yang diserahkan si pria.

"Oh, ini ada di-" belum selesai Yoongi menjelaskan, sebuah pukulan menghantam telak tengkuknya langsung buat ia terkapar tak sadarkan diri.

Jungkook berteriak histeris memanggil Yoongi, berusaha menolong sang kakak yang pingsan namun pria asing itu menghalangi.

"Apa kabar Kim Jungkook?" sapa si pria. Sebuah belati mengacung pada Jungkook yang berjalan mundur dan tertahan di badan mobil.

"A-Apa maumu?"tanyanya terbata.

"Tidak ada! Aku hanya ingin mengirimmu ke neraka!"

Dan pisau tajam itu menghunus dalam abdomen Jungkook yang terpekik lemah. Sakit yang tak terkira menghujam, menggetarkan tubuhnya yang tak mampu lagi bertumpu di kakinya sendiri.

"Kenapa?" tanyanya lirih.

"Hanya ingin saja," ujar si pria tersenyum sarkas. "Tenanglah, kakakmu yang manis ini akan segera menyusul."

Pria itu berjongkok, menyejajarkan tatapnya pada Jungkook. Ia melepas topinya untuk pamerkan wajahnya.

"Jae Suk?"

"Ya! Ini aku."

Ringisan pilu keluar dari bibir Jungkook saat Jae Suk menarik paksa pisau dari tubuhnya dan sekali lagi menusuk perutnya. Remaja ini tersungkur dengan cairan merah berlomba keluar dari lukanya.

"Selamat tinggal, Kim Jungkook"



Yoongi rutuki dirinya.

Ia hanya meninggalkan Jungkook tak lebih dari sepuluh menit untuk mandi dan sedang mencatut diri di cermin saat atensinya teralih pada kegaduhan ruang keluarga. Tenaganya seakan menguap, mengurai belulang menjadi gumpalan gel yang buat tubuhnya merosot jatuh bersimpuh.

Namjoon, sedang me-resusitasi jantung Jungkook untuk tetap bekerja, mengkompresi dadanya dalam ritme yang teratur.

"Shit! Jungkook!"

Tak ada respon dari tubuh yang kehilangan napas. Tak kenal kata menyerah, dokter muda itu kembali menekan dada Jungkook dan memberi napas buatan, namun usahanya nihil.

Yoongi hanya terfokus pada Namjoon yang mencoba mengembalikan hidup adiknya, hingga tak menyadari presensi Taehyung yang tiba-tiba menggeser posisinya, meraih satu tangan Jungkook untuk ia dekap di dadanya dan tangan lain meraba poros semesta di dada kiri sang Albarka sambil merapal asa. Tak butuh waktu lama untuk tubuh Jungkook merespon Hira-nya, ia tersentak bangun seiring Taehyung yang meluruh lemas.

"Yoon, buat Jungkook tetap sadar!" perintah Namjoon yang terbagi perhatian dengan Taehyung yang kini di ambang batas sadarnya. Ia menggoncang tubuh sang adik sambil memanggil namanya namun mata yang menutup sempurna menjadi jawaban.

Namjoon berusaha tenang, menelpon rumah sakit untuk mengirim ambulan, seraya meraba nadi Taehyung yang lemah.
Sedangkan Yoongi, miringkan tubuh Jungkook yang dalam kondisi setengah sadar menghadap dirinya. Sekilas Yoongi menemukan PSP-nya retak di lantai dan menyimpulkan bahwa sesuatu yang buruk pasti dilihat Jungkook dalam vision-nya.

"Semua akan baik saja, Koo. Baik saja ..."

•••

Ambulan membawa Jungkook ke rumah sakit dan remaja ini mendapat penanganan langsung dari Hana, dokter spesialis jantung yang juga ibunya. Lain kisahnya dengan Taehyung yang dibawa dengan mobil sang kakak, ia siuman di tengah perjalanan menuju rumah sakit dan langsung mengeluarkan jurus maut berupa rengekan untuk tidak diperiksa apalagi membawanya ke IGD. Pemuda ini beralasan ia telah pulih setelah sebelumnya tenaganya terkuras habis untuk membawa Albarka kembali.

Dan kini ketegangan pun mereda.

Berakhirlah dua sulung marga Kim tengah menikmati secangkir teh chamomile—saran dokter Namjoon tentunya. Dengan dalih kandungan glisin akan menghilangkan ketegangan sel-sel saraf dibanding kopi yang jadi pilihan Yoongi.

Keduanya duduk berhadapan di sudut kafetaria rumah sakit yang ramai pengunjung.

"Kebetulan aku mengantar Taehyung dan bocah itu menjerit memanggilku yang hampir saja pulang." Namjoon berucap sambil jarinya memainkan pinggiran cangkir yang masih mengepul uap beraroma menenangkan.

"Cardiac Arrest—henti jantung," lanjutnya lagi. Tenanglah, jantung Jungkook baik saja. Kurasa karna dampak vision yang dilihatnya."

"Maaf, Joon." Yoongi berkata lirih.

"Untuk apa?" Namjoon mengernyit tak mengerti.

"Karna menolong Koo, Tae ikutan sakit."

Entah apa yang lucu dari kalimatnya hingga membuat pria berlesung pipit ini terkekeh. "Hai, ini tak seberapa dibanding hutang budiku pada keluargamu, Yoon."

"Sudah, jangan diungkit!" sergah Yoongi. "Takdir telah menuliskan apa yang harus terjadi."

"Tetap saja Yoon, aku berhutang banyak padamu. Seandainya tiga tahun lalu ayahmu tak menolong Taehyung, mungkin saat ini aku akan hidup sebatang kara di dunia."

"Dan aku juga akan kehilangan Jungkook bila Taehyung tak membawa adikku kembali dari sekaratnya," balas Yoongi. "Walau harus kehilangan ayah, setidaknya Albarka menemukan Hiranya."

Dua bersahabat ini kembali melempar konversasi dengan topik yang sama, tentang kehilangan dan kembalinya yang hampir pergi.

"Tapi, Yoon. Bukankah ayahmu juga Albarka, tapi kenapa—"

"Yoon! Joon!"

Jin datang dengan wajah suram dan memutus dialog Namjoon. Ia mengambil tempat duduk di antara keduanya.

"Untung saja ibumu menjawab panggilan teleponku. Ada sesuatu yang penting."

To the point.
Bukan tipe Jin yang biasanya akan berbasa-basi setidaknya menyakan kabar Jungkook atau Taheyung di situasi genting seperti ini. Bila ini terjadi, ada sesuatu yang membuat pria berbahu lebar ini frustrasi.

"Jae Suk, aku sudah telepon penjara Pohang, dia masih di sel dan tak mungkin bisa kabur. Tapi ..."

Jin memberikan ponselnya dan dengan teliti Yoongi menggeser satu persatu foto yang tertera. Sesosok pria muda berkulit putih terbujur kaku tanpa busana dengan sweater hitam mengikat kencang leher. Namun satu yang membuat Yoongi bergidik, sayatan yang terlukis di dada si mayat: 'I'm back'

Dan ingatan Yoongi seakan ditarik paksa mundur saat di dalam ambulan, Jungkook, dengan napas tersengal meracau ketakutan.

"Kak, dia datang. Jae—Jae suk kembali."



Masih lanjut
14092019

Sudah mulai terbayangkan Hira seperti apa?

Makasih semua 💜

THE ALBARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang