.PILIHAN.

72 31 89
                                    

Apakah ini saatnya untuk menjawab perasaannya? Tuhan, semoga saya tidak salah memilih dan melangkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah ini saatnya untuk menjawab perasaannya? Tuhan, semoga saya tidak salah memilih dan melangkah.


Bel pulang sekolah berbunyi 15 menit yang lalu, bukannya langsung bergegas pulang, Adel menginjakkan kakinya diparkiran menunggu kedatangan seseorang. Ia berdiri tepat di depan mobil milik, Aldi. Sudah hampir 10 menit ia berdiri, namun yang ditunggunya sama sekali tidak menampakkan diri.

Adel menghembuskan nafasnya lelah dengan sesekali menguap. Rasa kantuk dalam dirinya mulai bangkit. "Lama banget sih dia, nggak biasanya," katanya menyenderkan tubuhnya dipintu mobil.

Namun tak lama kemudian, Aldi datang dengan bola basket ditangannya. "Ngapain lo?"

Adel menatap sumber suara. "Nungguin lo."

"Tumben," ucap Aldi masuk kedalam mobil, dan diikuti Adel.

Mobil sport milik Aldi meninggalkan parkiran sekolah dan bergabung dengan mobil lain dijalan raya. Keduanya diam tanpa ada minat untuk membuka suara. Namun, itu tidak berlangsung lama ketika otak Aldi terlintas beberapa pertanyaan yang sedari tadi ingin ia tanyakan.

"Itu alasan lo nggak bisa nerima gue?" ucapnya melirik Adel sekilas.

"Maksudnya?"

"Lo udah ada pacar kan? Kalau emang lo ada pacar bilang dari dulu, biar gue tahu batasan untuk berjuang."

"Pacar? Siapa pacar gue?" tanya Adel bingung.

"Cowok di UKS tadi."

Adel menatap Aldi lekat, matanya membulat dengan sempurna, dan mulutnya menganga lebar. "Lo ikutin gue ya?"

Karena tidak ingin celaka, akhirnya Aldi menepikan mobilnya. Tujuannya agar leluasa mengutarakan semuanya tanpa teralihkan fokusnya.

"Bener kan?" tanya Aldi melepas selt belt dan menatap Adel lekat.

"Gue sama dia cuman sahabat, sebatas teman."

"Tapi manis banget, perilaku kalian udah kek orang dimabuk cinta."

"Sok tahu."

"Dia cowok yang terkenal dingin seantero sekolah, tapi apa? lo spesial dimatanya."

Adel tersenyum manis. "Di, apa ini alasan lo daritadi cuekin gue?"

"Bisa nggak, gausah senyum gitu?" ujar Aldi mengalihkan tatapannya.

Adel terkekeh geli sekaligus gemas dalam satu waktu. "Kenapa emang kalau senyum?"

"Gue nggak bisa move on nanti," jawabnya tanpa menatap Adel sedikitpun.

"Nggak perlu berusaha move on dari gue," ucap Adel menggenggam tangan kiri Aldi. "Tapi berusahalah jaga hati dan kepercayaan gue."

FATUM SPECIAL [ PROSES REVISI✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang