3. Honey

61 13 7
                                    

Honey. Entah sayang, entah madu.

Ini bukan tentang hati, melainkan tentang rasa dari cairan kental berwarna cinnamon. Sebab katanya madu memiliki rasa yang manis, namun ada pula rasa masam, dan juga pahit bila didapatkan dari madu hutan asli.

Madu yang asli tanpa campuran memang banyak sekali manfaatnya untuk kesehatan dan kecantikan. Bahkan madu juga digunakan untuk obat tradisional seperti obat batuk, sakit tenggorokan, dan ada beberapa jenis madu digunakan sebagai obat luka kerena madu memiliki sifat antiinflamasi, antioksidan, dan antibakteri. Ketiga sifat yang tersebut saling membantu sama lain agar tak infeksi pada luka dan mempermudah proses penyembuhan serta meregenerasi kulit baru.

Pengaplikasian madu pada wajah dapat membantu mencerahkan kulit, meredakan peradangan pada jerawat, dan juga membuat kulit tampak lebih segar ternutrisi.

Dalam penggunaan obat alami seperti ini memang tidak bisa didapatkan secara instan dan butuh kesabaran ekstra  dengan proses yang mungkin akan sangat lama. Dan yang pastinya tak memiliki efek samping. Bukankah alam sudah menyediakan apa yang kita butuhkan? Lalu, nikmat mana lagi yang di dustakan?

Tak hanya madu alami untuk kesehatan maupun kecantikan. Sering kali ada yang menyangkut pautkan antara madu dan hati. Asmara romantis anak muda.

Madu kali ini akan lebih sering digunakan untuk merayu si kekasih ataupun orang yang menjadi tambanan hati. Seperti puisi-puisi yang dibuat. Sangat indah, romantis, dan bikin target melayang-layang. Itu boleh. Tapi jangan dijatuhkan semenit kemudian. Madu lawannya memang empedu. Mereka saling terkait. Saling terikat. Dan saling melengkapi.

Kenapa? Karena empedu netral. Empedu berada di antara madu dan racun. Dia bisa menjadi racun yang membunuh, bisa pula menjadi madu yang menjadi penyembuh.

Jika madu disandingkan dengan racun, maka tak ada perubahan sama sekali.

Jika madu disandingkan dengan empedu, maka empedu bisa melengkapi hari-hari yang tak selalu bersinar seperti madu, diibaratkan empedu adalah pahitnya hidup, sedangkan madu manisnya hidup.

Jika racun disandingkan dengan empedu, maka empedu bisa saja terdengar manis apabila ia melekat pada hati. Karena hati akan memilih antara racun dan madu.

***

Kini aku berada di apartemenku sembari menata beberapa jenis makanan yang baru saja kumasak, dan sebagiannya lagi, Baek Hyun membelinya dijalan saat menuju ke sini.

"Rembulan, kenapa namamu Rembulan?" tanya Baek Hyun menatapku. Ia merebahkan kepalanya dengan posisi  memiring ke arahku, menindih lipatan tangannya yang ia letakkan di atas meja. Sebelah tangan Baek Hyun yang lainnya ia gunakan memainkan mangkuk bening di depannya. Jemarinya membentuk pola abstrak di sana.

Aku membalas tatapan mata Baek Hyun. "Aku tidak tahu. Mungkin karena rembulan di langit itu indah," jawabku asal sembari mengangkat kedua bahuku.

Terlepas mengapa namaku Rembulan, asalkan namaku tak aneh-aneh, aku tak terlalu mempersalahkannya.

"Ah, aku tahu," kata Baek Hyun tiba-tiba duduk tegak sembari menjentikkan jemarinya. Kemudian ia menatapku dengan memasang raut wajah seserius mungkin. "Bukankah rembulan itu adalah bulan?" Tanya Baek Hyun. Aku mengangguk membenarkan.

Sekarang Baek Hyun merebahkan punggung menyandar ke kursi sembari tangannya mengacung tinggi digerak-gerakkan ke atas seolah mengapai sesuatu. "Baiklah kalau itu aku akan menjadi cahaya," ucapnya kemudian. "Karena aku adalah cahaya. Jadi namamu Rembulan. Tidakkah kamu tahu bahwa rembulan dan cahaya itu merupakan satu kesatuan?"

Aku menatap datar Baek Hyun yang kini masih melanjutkan perkataannya sampai ke kalimat berikut dan berikutnya lagi.

"Kau!" tunjukku ke arah Baek Hyun kemudian. "Itu tidak nyambung!" Aku mengerutkan keningku. Kurasa bukan itu alasan yang sebenarnya. Lagi pula, bagaimana orangtuaku bisa tahu kalau ada Baek Hyun yang nantinya akan mendampingiku?

Perpisahan ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang