Aku mengalihkan perhatianku pada ponselku yang tiba-tiba saja bergetar. Langit-langit kamar yang sedari tadi kutatap, kini kuabaikan begitu saja.
Perlahan kumiringkan badanku yang berbaring ke arah kanan, kemudian tanganku mencoba meraih ponsel yang terletak di atas nakas.
Ponsel yang di genggamku kini masih berkedip-kedip menampilkan foto yang kujadikan wallpaper di lockscreen-nya. Foto itu menampakkan tiga orang di dalamnya, aku berdiri di tengah-tengah Baek Hyun dan juga Chan Yeol dengan background pemandangan Namsan Tower saat sore hari.
Aku ingat waktu pengambilan foto itu. Sangat mengingatnya. Pada saat itu, selepas kuliah, setelah kami bertiga bernyanyi di salah satu cafe milik Junmyeon oppa, kami pergi ke sebuah bukit dekat dengan Namsan Tower. Mengejar sunset yang entah kenapa pada hari itu terlihat sangat indah sekali.
Bulat matahari yang ingin tenggelam begitu sempurna membuat seseorang enggan berpaling dari pandangannya. Dengan bias orange yang tepat mengenai wajah kami, benar-benar indah.
Aku juga ingat, saat aku mengalihkan pandangku pada Baek Hyun yang berdiri di depanku menyampingi matahari, jingga-nya yang redup tepat mengenai wajah Baek Hyun. Lalu aku memalingkan pandangku pada Chan Yeol yang duduk di sampingku, jingga terangnya mengenai wajah Chan Yeol. Mereka berdua terlihat sangat indah, ditambah lagi secara bersamaan mereka menatapku dengan tersenyum.
Memori kenangan yang indah sekali. Bahkan sampai kapan pun, aku tak akan mungkin melupakan hari itu.
Dari layar Handphone, aku bisa melihat sebuah pesan yang baru saja masuk. Chan Yeol.
"Hai, Rembulan." Chan Yeol menyapaku lewat pesan yang ia kirim.
"Hai, Yeol." balasku menyapa Chan Yeol kembali.
"Apa kabarmu?" Dia menanyakan kabarku? Yang benar saja. Padahal baru tadi siang kita bertemu, Yeol.
"Aku baik. Kau lucu sekali, Yeol. Bertanya kabar, padahal siang tadi kita baru saja bertemu dan sore tadi baru saja berpisah." Aku membalasnya lagi.
"Hehehe. Bagaimana keadaanmu? Masih mual? Masih pusing?" Masih ingat tadi sore?
Sial. Permainan itu.Aku mengetik lagi untuk membalasnya. "Tidak. Aku sudah baik-baik saja."
"Aku rindu kamu." Aku tersenyum membaca pesannya kali ini.
"Aku juga merindukanmu." Kita sama-sama rindu , Yeol. Nyatanya sebuah hubungan sahabat lebih besar dari kisah cinta sekali pun.
"Aku rindu bermain piano denganmu." Aku juga.
"Aku rindu mengajakmu berjalan di sekitar Sungai Han." Aku juga.
"Aku rindu bernyanyi bersamamu dan juga Baek Hyun di cafe." Rupanya dia tak lupa tentang kebersamaan kami bertiga. Aku juga.
"Aku rindu segalanya tentangmu." Aku juga, Yeol. Semua tentang kamu. Semua tentang kita.
Lalu pesan terakhir yang dikirimkan oleh Chan Yeol berupa ucapan selamat malam dan ajakan bermain bowling bersama teman-temannya. Pekan depan.
Aku mengingat-ingat masa yang telah lalu. Chan Yeol memang sering sekali mengajakku untuk ikut bersamanya bermain bowling. Kadang juga ada Baek Hyun dan juga Sehun. Beberapa kali aku juga pernah diajarkan Chan Yeol menggelindingkan bola, tapi bukannya kena sasaran, bolanya malah masuk ke Pinggirannya.
Beberapa menit kemudian, handphone-ku kembali berdering. Kali ini videocall dari Baek Hyun.
"Sayang..." panggil Baek Hyun mendayu setelah videocall-nya tersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perpisahan Manis
AcakPerpisahan itu tak selamanya menyakitkan, ada di beberapa kesempatan menjadi sangat indah. salah satunya Beautiful Goodbye, perpisahan indah. Katanya berbicara adalah kuncinya. Namun tepatnya, berbicara dalam memberi pendapat, menyerukan isi hati u...