4. Dream

53 11 6
                                    

Di ruangan penuh alat musik ini. Aku duduk terdiam, sendirian dalam kesunyian. Sesekali tanganku bergerak menyentuh tuts-tuts piano di hadapanku. Bernyanyi. Bersenandung. Nada-nada rendah yang kumainkan masuk ke indera pendengaranku. Bukan hanya tentang melodi dan harmoni yang menjadi kesatuan. Melainkan tentang hatiku yang kini bercampur aduk menjadi satu.

Tentang Baek Hyun. . . Dan 'Dia'. . .

Mungkin ini terbilang aneh, karena sepanjang ceritaku yang tak pernah ada 'Dia' di dalamnya; Sebab, hanya ada aku dan Baek Hyun.

Namun nyatanya tidak. Ada dia yang diam-diam mengisi ruang kosong di dalam hatiku. Ada dia yang diam-diam datang dalam mimpiku. Ada dia yang diam-diam hadir dalam anganku.

Diam-diam, beberapa tahun terakhir, sebelum Baek Hyun datang menyapaku. Ada seorang pria yang memiliki tatapan tajam, namun pancaran cahayanya teduh nan menenangkan.

Lewat matanya, sudut hatiku berdetak kencang. Seolah berteriak mendamba. Sehingga akhirnya aku menyadari suatu hal dalam diriku telah terjadi. Lewat matanya, untuk yang pertama kalinya aku jatuh cinta.

Tidak ada yang kuketahui tentang pria itu. Jangankan nama ataupun hal yang lainnya. Bahkan, bentuk wajahnya seperti apa, pun aku tidak tahu. Entah dia tampan, entah dia memiliki tahi lalat pun, aku tidak tahu. Hanya tatapan mata dan punggung tegapnya yang kuketahui. Miris sekali, bukan?

Di saat orang lain orang lain berlari-lari mengejar cinta pertamanya. Aku masih sibuk mencari-cari ke mana ia berlalu. Di saat orang lain berlomba-lomba mendapatkan pria yang telah merebut sebagian hatinya. Aku masih sibuk menerka-nerka siapa pria itu.

Apakah cuma aku manusia bodoh di dunia ini? Mengharapkan cinta pertamanya padahal sama sekali tidak mengetahui siapa pria yang telah berani merebutnya. Apa ada manusia seperti itu, selain aku?

Sekuntum mawar tampak hendak mekar di pagi hari
Malu-malu ia melebarkan kelopaknya
Lalu seekor kumbang datang menyapa
Mencoba menawarkan bantuannya

Dengan hati-hati kumbang menghisap nektarnya
Seolah kelopak itu berasal dari intan berlian
Seolah kelopak itu terbuat dari botol kaca
Ia membantu mawar mekar dengan sempurna

Diam-diam,
Kekaguman itu hadir begitu saja
Perlakuan lembut itu seolah membekas
Membuat kenangan tak terlupa

Walaupun kumbang pertama telah pergi tersingkir ditelan keramaian
Walaupun kumbang pertama telah hilang dari pandangan
Hati mawar yang kini telah mekar
Diam-diam mengharapkan kumbang itu kembali

Dalam mimpiku, aku selalu bermimpi bertemu kembali dengan cinta pertamaku.

Aku menghela napas. Menekan tuts piano lagi, lagi, dan lagi. Di samping cinta pertamaku yang bahkan tidak kuketahui. Diam-diam aku berterimakasih kepada Baek Hyun yang telah mengobati segala rasa resah dan gelisah di hatiku.

Puk!

Aku menghentikan tekananku pada tuts piano saat sebuah tangan menepuk pundakku. Kemudian kutolehkan kepalaku ke belakang melihat siapa pelakunya. Di sana seorang pria berkulit putih pucat berdiri dengan bibirnya tersenyum lebar. Setelah itu, segera mengambil duduk di kursi panjang tepat di sampingku.

Aku terus mengamati pria itu yang kini meletakkan kedua telapak tangannya di atas lutut, lalu ia menghela napas.

"Noona, kau sudah lama di sini?" tanya pria itu sembari mengangkat sebelah tangannya menekan tuts piano yang berwarna putih. Menekan-nekan dengan asal.

Perpisahan ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang