"Kau tidak pergi ke kampus?"Aku mendongak, dan mendapati Chanyeol sedang berdiri di hadapanku. Di tangan pria itu ada dua buah minuman kaleng.
"Ini untukmu," katanya sembari menyodorkan salah satu minuman kaleng tersebut.
Aku menerimanya. "Terima kasih," ucapku. Lantas menggeserkan sedikit tubuhku ke samping saat Chanyeol ingin duduk.
Ia membuka tutup kaleng minuman miliknya, lalu segera meneguk cairan di dalam kaleng itu.
"Ngomong-ngomong kau belum menjawab pertanyaanku," kata pria itu menolehkan kepalanya, dan menatap mataku yang sedari tadi memperhatikannya.
"Ye?" Aku menautkan alisku kebingungan, seolah raga dan jiwaku tidak benar-benar menyatu.
"Kuulangi." Chanyeol menjeda sebentar, "kau tidak pergi ke kampus?" tanya Chanyeol menatap mataku dengan lekat.
Aku menghela napas dan memutuskan kontak mata yang tadinya terjalin di antara kami. Menunduk, lalu tanganku bergerak untuk membuka tutup kaleng, dan langsung meneguk minuman itu.
"Aku tidak memiliki jadwal mengajar hari ini," ujarku.
Terdiam sebentar, sedangkan mataku bergerak gelisah, memikirkan sesuatu dan membuka mulut sekedar bertanya, "Kau tidak bekerja?
"Tidak," jawab Chanyeol, kemudian aku mendengar suara kaleng yang dijentik. "Hari ini aku jaga malam."
Aku memanggut-anggut, dan diam setelahnya.
Lalu mataku melihat tembok bercat putih di depan dengan pandangan menerawang. Terakhir kali yang kudengar adalah suara Chanyeol meneguk air, sebelum akhirnya pikiranku melayang entah ke mana, bagiku semuanya tampak kosong dan hampa.
Ini sudah 2 minggu sejak Baekhyun dinyatakan koma oleh dokter, selama itu juga aku terus menungguinya di rumah sakit. Kadang aku tampak seperti orang linglung, karena sering kali kehilangan fokus. Beruntungnya aku masih bisa mengajar dengan baik di kampus.
Aku ingin terus berada di dekatnya agar saat ia bangun nanti aku akan berada di sampingnya. Tak ingin aku pergi jauh walau sedetik pun. Bahkan ketakutan-ketakutan aneh selalu menghampiriku, padahal dokter sudah jelas berkata jika Baekhyun baik-baik saja, hanya perlu menunggu pria itu membuka mata.
"REMBULAN!" teriak seseorang, membuatku terperanjat dan tersadar dari lamunanku.
Dengan gerakan kaku, kepalaku menoleh ke arah samping. Menatap Chanyeol yang wajahnya terlihat memerah, seolah menahan beragam emosi.
"Ada apa denganmu?" tanya Chanyeol geram, alisnya saling bertautan.
Kepalaku menggeleng. "Aku tidak apa-apa."
Chanyeol menatapku tidak suka. Ia mendesis, "Jangan berbohong."
"Aku baik-baik saja. Aku... tidak berbohong, Sunbae..." kataku dengan nada lirih.
"Baiklah." Chanyeol menyerah, menghela napas. Lalu memalingkan wajahnya, terlihat ia sedang berusaha menurunkan sedikit emosi dalam dirinya.
"Kau sudah makan?" tanya Chanyeol sembari menatapku.
Aku menjawabnya dengan gelengan pelan.
"Kau!" suara Chanyeol terdengar meninggi.
Tidak ingin melihat mata Chanyeol yang mulai terlihat berkilat, aku segera menundukkan kepala karena ketakutan.
Lagi-lagi aku mendengar Chanyeol menghela napasnya gusar. "Kau harus makan."
"Tapi..., aku tidak lapar," jawabku sembari memainkan jemariku gugup.
"Angkat kepalamu," pintanya, lalu menyentuh pundakku.
Aku langsung menurut, mengangkat kepala dan menatap matanya yang sorotnya sudah melunak.
"Dengar," kata Chanyeol sembari meremas bahuku pelan. "Kau harus makan. Bisa tidak bisa, lapar atau tidak laparnya—walaupun sedikit, kau harus tetap makan." Ia menjeda sebentar, lalu melanjutkan, "karena, aku yakin, Baekhyun sangat tidak suka dirimu yang seperti ini."
⭐️⭐️⭐️
Setelah mendapatkan paksaan dari Chanyeol, aku menurut keinginan pria itu. Kemudian saat di lobi, kebetulan kami bertemu Jisoo dan Junmyeon oppa . Jadilah saat ini kami sedang berada di sebuah restoran yang tak jauh dari rumah sakit.
"Kau harus makan yang banyak, Dal-dal ," tegur Jisoo, lalu meletakkan berbagai macam lauk di atas mangkuk nasi milikku.
"Lihat. Kau kurus sekali." Jisoo menunjuk lenganku, lalu mencubitnya demi memperlihatkan isi di dalam kulitku.
"Padahal kau itu tidak sekurus ini. Badanmu sedikit berisi—ah, tidak. Kau bukan gendut—bentuk tubuhmu ini adalah idaman para wanita, tidak kurus dan tidak gendut. Aku juga kadang iri melihat tubuhmu yang semampai. Tapi, sekarang kau sungguh kurus. Tulang pun sampai menonjol," omel Jisoo meracau ke mana-mana.
Aku hanya meringis, diam, tanpa berniat menyela ucapan Jisoo, ataupun membantah saat gadis itu menasehatiku untuk menjaga tidurku. Ini memang salahku.
Pasalnya, akhir-akhir ini aku memang jarang makan dan sangat kurang memperhatikan kesehatanku. Napsu makanku turun drastis. Tidurku pun berkurang, karena seringnya terjaga.
"Iya, walaupun keadaannya begini, kehidupanmu harus tetap berjalan," celetuk Junmyeon oppa menambahkan. "Jangan terus-terusan menyiksa dirimu. Hiduplah dengan baik dan jaga kesehatan."
Aku bergumam dan menunduk. Diam-diam mencerna setiap kalimat yang diucapkan oleh sepasang kekasih itu.
Sebenarnya aku pun sudah berusaha untuk hidup dengan baik dan benar, tapi entah kenapa aku tetap tidak bisa melakukannya. Aku merasa ada yang aneh, semacam... ada bagian hatiku yang terasa ganjil dan kurang. Entah apa itu, tetapi ada yang mengusik ketenangannya.
Aku tidak yakin. Hanya saja....
Pikiran-pikiran negatif berseliweran ke mana-mana, memikirkan segala hal tentang Baekhyun, mulai dari kesembuhan, karir, bahkan tentang hubunganku dengannya.
----------------------------------------------
Have a nice day!January 10,
———————-——--—--—————-———-————
Flowers,
AC♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Perpisahan Manis
RastgelePerpisahan itu tak selamanya menyakitkan, ada di beberapa kesempatan menjadi sangat indah. salah satunya Beautiful Goodbye, perpisahan indah. Katanya berbicara adalah kuncinya. Namun tepatnya, berbicara dalam memberi pendapat, menyerukan isi hati u...