Di malam yang dingin seperti saat ini, sebuah kedai kopi adalah pilihan utama bagi setiap orang, tentu saja. Menikmati setiap rasa dan aroma kopi akan membuat seseorang lebih rileks setelah melakukan kegiatan harian yang cukup membosankan. Tak terkecuali diriku.
Kini aku duduk di sebuah meja pojokan dekat dengan jendela. Sesekali menyerup cairan kecoklatan dengan lapisan milk foam di atasnya, coffe latte. Kopi dengan campuran susu sebagai pemanisnya, namun tak begitu menghilangkan pahit dari rasa kopi di dalamnya. Coffe latte sekilas nampak sama dengan cappuchino, yang membedakan keduanya adalah topping-nya. Jika latte dengan topping milk foam, sedangkan cappuchino dengan topping cream.
Aku menyukai keduanya. Rasanya tak sepahit americano dan tak semanis caramel macchiato. Ibaratkan kehidupan, yang berada di tengah-tengah dua rasa yang bertolak belakang. Ada pahit, ada manis. Ada sedih, ada bahagia. Hmm...
Di dalam genggamanku terdapat sebuah handphone yang layarnya menampilkan laman berita hari ini. Salah satu dari berita yang kubaca menampilkan sosok Han Baek Hyun beserta sepotong baju rancangan terbaru miliknya. Bagus sekali. Sangat bagus malahan. Pria itu memang pandai sekali mengenai dunia fashion. Tak heran jika produk yang dirancang langsung olehnya akan terlihat menarik perhatian banyak orang. Sederhana namun berkelas.
Desainer muda itu tersenyum menatap ke arah kamera, wajahnya terlihat ramah dan bersahabat yang membuat siapa saja terjatuh akan pesonanya. Ia begitu memukau.
Entah bagaimana caranya, pria itu memang selalu menjadi sorotan publik. Tak hanya sekarang. Tapi dari dulu. Semejak aku baru mengenalnya. Semejak ia masih berstatus kakak tingkatku semasa kuliah. Semejak ia masih sangat suka mengajariku bernyanyi. Melihat kelebihan Baek Hyun, terkadang aku merasa kurang percaya diri bila harus disandingkan dengannya.
Aku merasa beruntung saja mendapatkan pria seperti Baek Hyun. Dia pandai berkata, dia pandai membuat orang tertawa, dia seseorang yang ceria meski disandingi dengan kesan dinginnya. Ibaratkan mix di antara keduanya. Karena hal itulah aku lebih suka memanggilnya psikopat, ataupun berkepribadian ganda.
Jika mengingat Baek Hyun seperti saat ini, rasanya bagaikan bernostalgia ke beberapa tahun silam. Caranya mencari perhatian sangat berbeda dengan yang lain. Aku sendiri tak dapat menahan tawaku meskipun baru melihat wajahnya. Bahkan saat ia menyatakan perasaannya padaku terkesan sangat konyol dan lucu. Sungguh mengingat hal itu selalu ingin membuatku tertawa.
Bunyi dering ponsel memecahkan lamunanku. Kulihat nama yang tertera di layar handphone. 백 현 (Baek Hyun)...
Ada apa?
"Halo," sapaku setelah mengangkat telepon dari Baek Hyun.
"Kau di mana?" tanyanya dari seberang sana.
Aku diam sebentar. Mataku bergulir ke segala arah. Seseorang yang baru saja masuk terlihat familiar bagiku. Aku mengerutkan keningku berpikir. Melupakan panggilan yang masih tersambung dengan Baek Hyun.
"Halo, Rembulan. Kau masih di sana? Sayang?"
Uhuk!
Aku tersedak air liurku sendiri sehingga membuatku terbatuk dengan kerasnya saat mendengar panggilan sayang dari Baek Hyun. Hampir lima tahun lamanya, tapi saat ia memanggilku begitu masih saja terdengar aneh di telingaku.
"Sayang, Rembulan, kau tak apa-apa?" tanya Baek Hyun dengan nada panik dari ujung sambungan.
"Ugh, aku baik-baik saja," jawabku segera. "Sekarang aku di kedai kopi yang tak jauh dari apartemenku. Ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perpisahan Manis
CasualePerpisahan itu tak selamanya menyakitkan, ada di beberapa kesempatan menjadi sangat indah. salah satunya Beautiful Goodbye, perpisahan indah. Katanya berbicara adalah kuncinya. Namun tepatnya, berbicara dalam memberi pendapat, menyerukan isi hati u...