Chafter 1

1.4K 62 1
                                    


Puncak dari arogansi si Devan saat memberikan Bianca pekerjaan untuk pembangunan proyek pengedalian banjir yang tentu saja diluar bidang ilmu Bianca.

Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam namun Bianca masih di kubikelnya berkutat dengan laptop dan tumpukan dokumen sementara smua temannya sudah pulang pukul 7 malam tadi .

Memang sich ngga semuanya karyawan sudah pulang masih ada lampu menyala di lantai 4 tempat divisi finansial, juga dilantai 6 lampu diruang kerja Divisi marketing masih menyala menandakan bahwa masih ada yang bekerja disitu.

" Selesaikan dokumen perencanaan ini beserta laporannya, saya mau besok jam 9 pagi berkas ini sudah ada dimeja saya dalam kondisi sudah direvisi sesuai ketentuan. " kata Devan sembari menghempaskan 1 bundel binder berkas ke atas meja Bianca tampa ekpresi.

Lalu segera pergi meninggalkan Bianca dengan mata lebar karena kaget, terdengar pintu lift terbuka membawa Devan menghilang dari ruangan itu.

Bianca yang masih shock belum. Menyadari klo cangkir kopi miliknya yang berada dimeja tumpah tersenggol binder map yang diletakkan secara kasar oleh Devan.

Ketiga kesadarannya kembali Bianca merasakan panas ditelapak tangannya, namun itu tidak menyelamatkan lembaran kertas berisi laporan perencanaan yang sudah basah ternoda tumpahan kopi latte.

Dengan mata melebar Bianca mengangkat kertas yang sudah basah itu, dadanya penuh dengan rasa kesal hingga mendorong airmatanya mengalir, perencanaan yang sudah dikerjakan selama 2 hari non stop itu akhirnya hancur sia - sia.
Giginya mengeretak dan tangannya mengepal sembari menyebut nama Devan dengan penuh kebencian.

Dia masih ingat 3 hari yang lalu saat dia menyerahkan laporan perencanaan ke hadapan Devan dan selang beberapa menit kemudian suara Devan yang menggelegar terdengar memenuhi ruangan seluas 10 x 15 m ini.

Braaakkk... Terdengar suara pintu yang hempas dengan kasar.

"Bianca loe bisa kerja apa nga sich , ilmu loe dipake donk jangan seperti orang nga sekolah gini. " kata Devan sembari membanting kertas laporan kelantai didepan pintu ruang kerjanya.

Bianca yang saat itu baru kembali dari pantri tersedak teh yang dia minum, dengan wajah memerah karna tersedak Bianca berusaha bangkit untuk mengambil kertas yang terhambur dekat kaki Devan.

"cek yang benar angka dan jumlahnya, juga kalimat yang ada, kamu sedang membuat laporan kerja bukan sedang nulis novel. " bentak Devan kejam, matanya menatap kearah Bianca yang tertunduk dihadapannya.

" saya nga mau tau laporan itu sudah harus selesai dan ada dimeja saya jam 9 besok pagi. " Devan masih setia dengan suaranya yang menggelegar. " buat yang lain fokus kerja, saya hanya menerima hasil yang baik tampa cacad saja ingat kalian disini dibayar mahal untuk pekerjaan kalian. " kata Devan kejam sembari masuk kembali keruangannya sembari membanting pintu.

Dan pagi tadi laporan itu kembali dihempas kelantai hanya karena Bianca lupa menghapus kalimat Draf disetiap lembarnya dan lupa memberi paraf selaku ketua tim kerja.

Dan malam ini dengan seenaknya si manager gila itu menambah pekerjaannya dan merusak laporan yang sudah dia buat.

Bianca tiba - tiba merasakan nyeri pada ulu hatinya ,ini membuat keringat dingin langsung membasahi kening dan tangannya.

Bianca baru ingat dia belum makan malam, sementara siang tadi dia hanya melahap soto ayam itupun bukan versi jumbo.

Ditambah mulai sore tadi lambungnya hanya diisi 2 cangkir kopi latte yang memicu asam lambungnya naik dengan cepat.

Segera Bianca mengaduk isi tasnya mencari obat lambung yang biasa dia bawa, setelah berhasil menemukannya, gadis itu segera meminumnya sebanyak 2 cup kecil .

 LOVE YOU BIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang