Chafter # 11

871 47 8
                                    

Bianca merasa rileks saat air hangat membasahi sekujur tubuhnya , membalurkan sabun ke kedua kakinya yang terasa pegal karena mengenakan Scaletto dengan hak setinggi 10 senti.

Bianca memang tidak terbiasa mengenakan sepatu dengan hak tinggi.  Dirinya lebih nyaman dengan flatshoes atau sepatu sneakers , lebih nyaman untuk bergerak kemana pun.

Bianca mengakhiri mandinya, bagi Bianca mandi di jam sebelas malam bukanlah hal yang baru,  namun sering kali dia lakukan bila pulang kerja dijam lembur.

Dia benar-benar lupa kalau ada pria dikamarnya dengan santai dia keluar kamar mandi dengan hanya berbalut handuk yang melilit tubuh hingga separuh paha , mengekspose paha dan dadanya yang putih .

" Astaga , aku lupa ." pekik Bianca tertahan saat menyadari Devan yang tertidur di tempat tidurnya 

Dengan berjingkat Bianca berjalan kearah lemari pakaiannya , dengan cepat dia mengenakan pakaian dalamnya namun ketika akan mengenakan piyama , dua  tangan kekar mengurungnya .

Bianca menyerit kaget ketika mendapati Devan sudah memeluk dirinya dari belakang dengan kondisi setengah telanjang , Devan sendiri sudah melepas semua kancing kemejanya menampilkan otot dada dan perutnya yang tercetak sempurna .

" Dev ,kau mau apa ?."

" Aku hanya ingin memelukmu dan menikmati wangi harum tubuhmu ." sahut Devan meletakkan kepalanya dibahu Bianca dan bersembunyi diceruk leher gadis itu.

Devan menarik tubuh Bianca ketempat tidur , dan merebahkan tubuh gadis itu tanpa melepas pelukannya .

" Dev lepas donk , ngga bisa kita tidur seperti ini ."

" Kenapa ngga bisa ."

" Aku ngga pakai baju , dan kamu juga ."

" Kenapa , malah hangatkan , aku bisa menikmati wangi tubuhmu langsung tampa terhalang kain ." nafas hangat pria itu menyapu kulit punggung Bianca yang halus , menimbulkan gelenjar aneh didalam tubuhnya.

Devan mengeratkan pelukannya , bibirnya sibuk menciumi leher jenjang Bianca membuat gadis itu menggeliat karena geli .

" Dev , udah donk lepasin , aku mau berpakaian dan tidur ."

" Tidur  seperti ini saja Bi. "

" Cukup Dev, aku ngga mau terlambat kekantor besok ."

" Aku sudah menelphone Andre kalau besok aku dan kamu tidak ngantor ."

" Maksud kamu ?." Bianca tidak paham akan perkataan Devan .

" Aku dan kamu besok ngga ngantor karena ada hal penting yang harus kita selesaikan.

" Dev,  stop. Kamu mabuk. "

" Aku ngga mabuk alkohol Bi. Kau tau toleransi alkoholku cukup tinggi.  Hanya minum tiga gelas ngga bikin aku mabuk. Justru kamu yang membuat aku mabuk. "

Devan semakin memeluk erat Bianca,  bibir hangatnya menyapu setiap inchi punggung juga leher Bianca,  bahkan tangan pria itu sudah menangkup dadanya yang sedikit terbuka.

Sementara Bianca berusaha menahan desahannya ketika Devan dengan intens menciumi leher , punggung dan lehernya, sesekali menggigit telinga gadis itu membuat Bianca semakin tertarik gairahnya .

Devan semakin bergairah saat bokong seksi Bianca menempel di miliknya yang masih tertutup celana bahannya membuat tangannya meremas kedua payudara gadis itu dengan perlahan .

Bianca semakin blingsatan antara menahan gairahnya dan berusaha melepaskan kedua tangan besar Devan yang menangkup kedua payudaranya .

Gerakan Bianca ini malah semakin membuat Devan dikuasai nafsu .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 LOVE YOU BIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang