Tidak terasa waktu merambat malam , pukul delapam malam Bianca mengizinkan timnya untuk pulang lebih awal , karena semua pekerjaan sudah 90 % selesai tinggal koreksi dari Bianca selaku ketua Tim dan Devan selaku Manager Design dan Perencanaan.
Pukul sepuluh malam , Bianca masih berada di Workshop bersama Alif , Mikail , Joshua dan Ryo Kamachi untuk menyelesaikan visualisasi akhir , tiba - tiba Bianca merasakan perih di ulu hatinya , mulutnya terasa asam karena asam lambungnya mulai naik . Dan keringat dingin mulai keluar di kening juga kedua tangannya .
Namun Bianca masih berusaha menahannya , dia berusaha agar keempat temannya tidak mengetahuinya .
Bianca membuka tasnya mencari obat maag yang biasa dia minum.
Setelah menenukannya tampa menggunakan ukuran dosis yanhg dianjurkan , Bianca langsung meneguk obat itu.Tapi rupanya tidak berpengaruh banyak , rasa perih masih terasa malah memicu rasa mual .
Tak lama Joshua dan Ryo pamit pulang sembari berjanji menyelesaikan pekerjaannya dirumah. Dan pun Bianca bersiap untuk membereskan barang - barangnya, agar bisa segera beristirahat dirumah.
Sementara dua meja dari tempatnya duduk tampak Alif dan Mikail juga sedang merapikan mejanya .
"Belum pada pulang ." terdengar Suara Devan dibelakang mereka , menutup pintu ruang kerjanya dengan perlahan , lalu menghampiri Bianca .
" ini baru bersiap mau pulang pak ." jawab Alif yang sudah siap dengan tas dipunggungnya. Disebelahnya Mikail malah sudah menguap sedari tadi .
Sementara Bianca hanya tersenyum sembari mengangguk pelan , menahan rasa sakit diperutnya.
Mikail yang duduknya disebelah Bianca terlihat kaget saat melihat wajah Bianca yang pucat dan berkeringat segera dia berdiri dan berjalan mendekati Bianca ," mbak Bianca kenapa ? Kok mukanya pucat ?." tanya Mikail sembari memperhatikan wajah Bianca dari dekat .
Devan yang melihat itu langsung melangkah lebih dekat dan menyentuh pundak gadis itu dengan lembut .
"Kamu nga apa - apa Bian ?." tanya Devan dengan suara lembut , ada nada khawatir disana .
Alif dan Mikail saling pandang penuh tanya , demi melihat dan mendengar sikap dan perkataan Devan yang tidak seperti biasa .
Bianca menggeleng sembari berusaha menampilkan senyum diwajahnya .
"Aku ngga apa kok , mungkin cuman masuk angin, ntar lagi juga ilang ." sahut Bianca sembari meraih tas selempangnya dan tas laptop .Devan Mengangguk dan berbalik berjalan menuju ke arah lift dengan Bianca yang berjalan dibelakangnya.
Baru beberapa langkah tiba - tiba Bianca merasa kepalanya berat , rasa perih dilambungnya membuat pandangannya kabur dan keringat dingin semakin deras membasahi kening dan tangannya . Dia berusaha menggapai dinding untuk menahan agar tidak jatuh , tapi teriakan Alif membuyarkan kekuatannya.
Devan yang baru saja mencapai depan lift segera berbalik demi mendengar teriakan panik dari Alif dan Mikail sembari memanggil - manggil nama Bianca .
Didepan pintu Workshop 1 Devan melihat Alif yang menompang tubuh Bianca yang pingsan tampak bingung , sementara Mikail membereskan tas dan berkas Bianca yang jatuh kelantai .
"Bianca kenapa ?." tanya Devan tidak bisa menutupi rasa khawatirnya , Dia langsung meraih Bianca dari pegangan Alif , dan mengangkatnya dalam gendongannya.
" Tidak tau pak , tiba - tiba mbak Bianca pingsan ." sahut Alif sembari mengikuti langkah panjang Devan menuju lift , sementara Mikail mengikuti dibelakang sembari membawa barang - barang Bianca .
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU BIANCA
FanfictionMenikah adalah satu kata sakral yang kadang sulit di nalar . Cinta sebuah rasa yang bisa datang diawal bisa juga dipertengahan jalan. sikap egois dan posesiv kadang melebihi takaran yang dianjurkan dalam sebuah hubungan. pertengkaran selalu mewarna...