Chafter # 7

295 25 1
                                    

Tidak terasa waktu merambat malam , pukul delapam malam Bianca mengizinkan timnya untuk pulang lebih awal , karena semua pekerjaan sudah 90 % selesai tinggal koreksi dari Bianca selaku ketua Tim dan Devan selaku Manager Design dan Perencanaan.

Pukul sepuluh malam , Bianca masih berada di Workshop bersama Alif , Mikail , Joshua dan Ryo Kamachi untuk menyelesaikan visualisasi akhir , tiba - tiba Bianca merasakan perih di ulu hatinya , mulutnya terasa asam karena asam lambungnya mulai naik . Dan keringat dingin mulai keluar di kening juga kedua tangannya .

Namun Bianca masih berusaha menahannya , dia berusaha agar keempat temannya tidak mengetahuinya .

Bianca membuka tasnya mencari obat maag yang biasa dia minum.
Setelah menenukannya tampa menggunakan ukuran dosis yanhg dianjurkan , Bianca langsung meneguk obat itu.

Tapi rupanya tidak berpengaruh banyak , rasa perih masih terasa malah memicu rasa mual .

Tak lama Joshua dan Ryo pamit pulang sembari berjanji menyelesaikan pekerjaannya dirumah. Dan pun Bianca bersiap untuk membereskan barang - barangnya, agar bisa segera beristirahat dirumah.

Sementara dua meja dari tempatnya duduk tampak Alif dan Mikail juga sedang merapikan mejanya .

"Belum pada pulang ." terdengar Suara Devan dibelakang mereka , menutup pintu ruang kerjanya dengan perlahan , lalu menghampiri Bianca .

" ini baru bersiap mau pulang pak ." jawab Alif yang sudah siap dengan tas dipunggungnya. Disebelahnya Mikail malah sudah menguap sedari tadi .

Sementara Bianca hanya tersenyum sembari mengangguk pelan , menahan rasa sakit diperutnya.

Mikail yang duduknya disebelah Bianca terlihat kaget saat melihat wajah Bianca yang pucat dan berkeringat segera dia berdiri dan berjalan mendekati Bianca ," mbak Bianca kenapa ? Kok mukanya pucat ?." tanya Mikail sembari memperhatikan wajah Bianca dari dekat .

Devan yang melihat itu langsung melangkah lebih dekat dan menyentuh pundak gadis itu dengan lembut .

"Kamu nga apa - apa Bian ?." tanya Devan dengan suara lembut , ada nada khawatir disana .

Alif dan Mikail saling pandang penuh tanya , demi melihat dan mendengar sikap dan perkataan Devan yang tidak seperti biasa .

Bianca menggeleng sembari berusaha menampilkan senyum diwajahnya .
"Aku ngga apa kok , mungkin cuman masuk angin, ntar lagi juga ilang ." sahut Bianca sembari meraih tas selempangnya dan tas laptop .

Devan Mengangguk dan berbalik berjalan menuju ke arah lift dengan Bianca yang berjalan dibelakangnya.

Baru beberapa langkah tiba - tiba Bianca merasa kepalanya berat , rasa perih dilambungnya membuat pandangannya kabur dan keringat dingin semakin deras membasahi kening dan tangannya . Dia berusaha menggapai dinding untuk menahan agar tidak jatuh , tapi teriakan Alif membuyarkan kekuatannya.

Devan yang baru saja mencapai depan lift segera berbalik demi mendengar teriakan panik dari Alif dan Mikail sembari memanggil - manggil nama Bianca .

Didepan pintu Workshop 1 Devan melihat Alif yang menompang tubuh Bianca yang pingsan tampak bingung , sementara Mikail membereskan tas dan berkas Bianca yang jatuh kelantai .

"Bianca kenapa ?." tanya Devan tidak bisa menutupi rasa khawatirnya , Dia langsung meraih Bianca dari pegangan Alif , dan mengangkatnya dalam gendongannya.

" Tidak tau pak , tiba - tiba mbak Bianca pingsan ." sahut Alif sembari mengikuti langkah panjang Devan menuju lift , sementara Mikail mengikuti dibelakang sembari membawa barang - barang Bianca .

 LOVE YOU BIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang