Chafter 8

1.3K 54 6
                                    

Bianca sedang membaca buku di balkon apartemennya saat ponselnya berdering .

Sejak keluar dari rumah sakit 2 hari yang lalu dia masih tidak di izinkan Devan untuk kembali bekerja . Menurut Devan dia harus beristirahat paling tidak seminggu .

" Pekerjaan ngga akan membuat kamu mati jika tidak dikerjakan , istirahatlah 2 sampai 3 hari lagi , aku tidak mau kondisimu kembali drop seperti kemarin , itu sangat mengkhawatirkan aku ." omelan Devan masih tersimpan dimemory otaknya dan Bianca pun mematuhinya tanpa protes lagi .

Berdasarkan cerita Alif dan Mikail saat dia pingsan tempo hari Devan seperti orang gila , dia sangat khawatir dengan kondisi Bianca hingga tak lagi mempertahankan sikap angkuhnya , dengan wajah takut dia menggendong Bianca , memeluknya seakan Bianca adalah benda berharga tak ternilai baginya.

Dan kejadian Devan memperlakukan Bianca seperti kekasih hanya diketahui Alif dan Mikail saja , dan kedua temannya ini pun setia untuk tetap tutup mulut walau Devan tak memintanya .

" Ya hallo , " Bianca menjawab telphonenya , ini adalah telp yang ke 5 kalinya dalam 1 hari ini .

" Apa kamu sudah merasa baikan ?." tanya Devan diseberang telphone.

" Iya , aku sudah merasa lebih baik ."
Jawab Bianca sambil menutup bukunya , dan berjalan masuk ke ruang TV , " Cuman aku merasa masih ada yang kurang nyaman." sambungnya lagi .

" Kenapa , sayang ? Apa perutmu sakit lagi ? Apa ada sesuatu yang mebuatmu merasa tidak nyaman ? Tolong jangan buat aku khawatir ." Devan bertanya dengan nada yang cepat hingga suaranya terdengar serak dan sedikit marah.

"Tidak tidak , aku baik-baik saja ,hanya saja aku merasa bosan ." jawab Bianca cepat sebelum Devan benar - benar marah .

" Oh syukurlah , kalau begitu bersiaplah aku akan segera menjemputmu ." suara Devan melembut kembali , belum saja Bianca bertanya Devan sudah menutup telphonenya .

Bianca hanya menggeleng pelan lalu beranjak kekamar untuk berganti pakaian sesuai intruksi Devan barusan .

Selang 20 menit kemudian terdengar bel pintu dibunyikan . Bianca mengintip dari lubang kecil dipintu , dilihatnya Devan sudah berdiri disana. Perlahan dibukanya pintu apartemennya dan membiarkan Devan berjalan masuk .

Baru saja Bianca menutup pintu dan ingin kembali masuk kekamar untuk mengambil tasnya , dia merasakan lengannya ditarik dan tubuhnya langsung jatuh dipelukan Devan .

" Aku senang kamu sudah sehat kembali ." Devan berkata sembari mencium leher jenjangnya . Bianca merasa geli dengan perlakuan Devan .

" Iya aku sudah sehat tapi aku bosan hanya berdiam diri dirumah ." sahut Bianca sembari berusaha menjauhkan wajah Devan dari lehernya .

" Kamu mau kemana , untuk mengurangi bosan ?." tanya Devan sembari menengadahkan wajah Bianca agar menatapnya .

" Aku pengen liat laut ." sahut Bianca singkat , dan Devan langsung mengiyakan . Sebelumnya Devan memberi dia ciuman hangat dikening juga kedua pipinya .

Lalu mereka keluar dari apartemen Bianca , dan berjalan ke arah Lift . Devan berjalan sambil memeluk pinggang Bianca seperti biasa , Bianca sebenarnya merasa sedikit risih karna  tidak terbiasa melakukan ini.

Di tempat parkir mereka bertemu dengan pasangan Topan dan Citra yang akan masuk ke lift .

" Ehh mbak Bian , apa kabarnya ." sapa Citra dengan senyum manisnya . Bianca melepas pelukan tangan Devan lalu memeluk Citra dengan hangat .

" Kabar baik , gimana kabar sikecil ." tanya Bianca sembari mengelus perut Citra .

Tiba - tiba bayi didalam perut Citra membuat gerakan seolah-olah menjawab sapaan Bianca .

 LOVE YOU BIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang