Chafter 4

967 51 2
                                    

Devan mengendarai mobilnya dengan perlahan karna mereka sudah memasuki jalan dengan kondisi macet , Devan tampak lelah apalagi dengan kondisi tangannya yang terkilir tentu masih terasa nyeri.

" Kamu beneran ngga apa - apa ." tanya Bianca ketika melihat Devan beberapa kali meringis menahan sakit saat tangan kirinya harus mengganti perseneling, tampak keringat dikeningnya.

" Kan sudah dibilang aku ngga apa - apa. " jawab Devan sembari menoleh kearah Bianca. "emang kalau aku jawab kondisi tanganku kurang baik kamu mo ngapain?. "

Bianca diam sesaat, lalu menjawab dengan pelan, " gantiin kamu nyetir ,, jadi kamu bisa istirahat . "

Devan kembali tersenyum, tiba - tiba tangannya menepuk pucuk kepala Bianca dengan lembut.

" Tunggu aku pingsan baru nanti kamu yang gantiin nyetir. " kata Devan tersenyum lalu kembali fokus ke jalan raya didepannya.

" Bisa tidak jika berada diluar kantor tak perlu bicara formal. Kau boleh hanya memanggil namaku saja tanpa embel-embel pak atau boss. Risih telingaku saat kamu memanggil dengan sebutan itu, paham? "

Bianca memgangguk dan menjawab pelan, " Iya, paham. "

" Gadis pintar, dan kau tidak ada berubah sama sekali sejak dulu, selalu jadi penurut . "

Bianca tiba - tiba merasakan wajahnya memanas dan hatinya terasa hangat ketika Devan menepuk kepalanya, diam-diam Bianca tersenyum sembari kembali menatap jalan.

Devan mengarahkan mobilnya memasuki parkiran Supermarket .
Setelah parkir Devan mengajak Bianca untuk keluar dan seperti saat di resort tadi, Devan dengan yakinnya langsung menggandeng tangan Bianca.

" Kamu mau belanja?. " tanya Bianca .

Devan hanya mengangguk sembari tetap berjalan memasuki supermarket.

Mengambil kereta belanja dan mendorong ke rak bahan makanan, memasukkan aneka macam sayur, buah , daging segars dan aneka olahan daging juga makanan ringan . Sementara Bianca hanya mengikuti dibelakangnya, sesekali menjawab pertanyaan Devan terkait varian mana yang dia sukai .

" Kirain hanya perempuan saja kalau belanja suka kalap, laki-laki pun ternyata sama. " gumam Bianca sembari memperhatikan Devan memilih buah jeruk, " Belanja segitu banyak, memangnya berapa orang dalam rumahnya, dan apakah istrinya tidak pernah belanja? "

Mendadak Bianca merasa sedikit kecewa saat dia membayangkan istri bossnya ini .

Walau dia pernah dengar kalau boss arogannya ini masih jomblo. Tapi siapa yang percaya. Pria tampan dan mapan dengan nilai aset yang besar belum memiliki pasangan, sepertinya ada yang salah dalam diri pria itu, hingga belum menikah diusianya yang menginjak 28 tahun.

" Mumpung dia sibuk belanja aku mau cari peralatan mandi aja. "

Bianca meninggalkan Devan, menuju rak peralatan mandi dan kebutuhan wanita lainnya. Tak lama ponselnya menyanyikan ost drama pinochio " only one ".

Tertera dilayar id pemanggil, lalu Bianca menggeser tombol hijau.

" Ya, , ada apa. " jawabnya pelan.

" Kamu dimana?. " suara Devan terdengar di seberang.

" Lagi dirak peralatan mandi. "

" Kalau sudah aku tunggu dikasir , cepat ngga pake lama . "

Belum sempat Bianca menjawab panggilan sudah terputus.

" Kebiasaan selalu main perintah " . Runtuk Bianca dengan kesal, tapi akhirnya langkahnya menuju ketempat dimana Devan menunggu.

 LOVE YOU BIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang