8.

2.7K 99 0
                                    

3 bulan kemudian....

"Bun,ayo cepetan keburu siang nanti" aku terburu-buru untuk berangkat ke kampus. Aku hari ini sedang merayakan kelulusan sarjana guru ku. Tidak menyangka,aku sudah lulus saja,tapi satu hal yang aku pikirkan adalah Angga. Dia tidak datang di acara kelulusanku, aku tidak tahu dia sudah pulang atau belum. Dia tidak memberiku kabar.

"Iya nak,ayo berangkat"

Aku dan bunda langsung meluncur ke kampus tercinta.

-----

"Bun,duduk disini aja ya" bunda hanya menganggukkan kepala saja dan tersenyum.

Aku juga duduk berada di samping bunda sambil menunggu nama aku dipanggil. Tak lama kemudian, akhirnya namaku dipanggil untuk naik ke atas panggung.

Aku terharu,sudah berapa bulan,tahun akhirnya terbayar juga. Aku sangat senang.

Aku kembali ke tempat duduk semula,tapi mataku menangkap sosok pria yang selama ini aku rindukan. Ya,dia Angga. Dia masih berbalut lorengnya. Dia berjalan ke arahku sambil membawa buket bunga kepadaku.

Aku berjalan ke arahnya dan langsung memeluknya. Aku tidak perduli orang-orang melihatku.

"Ih aku kira kamu belum pulang" ucapku sambil menahan tangisan.

"Maaf ya,ini surprise buat kamu" ucap Angga sambil mengelus kepalaku.

"Ih kamu mah gitu" aku memukul dadanya dengan pelan.

"Eh Angga kamu sudah pulang ya. Kasian tuh si Raina galau terus tiap malam" ucap bunda penuh intens.

"Masa si Bun?" Tanya polos Angga.

"Iya tuh buktinya langsung meluk kamu padahal bukan mahramnya" seketika kami terdiam kaku. Aku kaget apa yang bunda katakan tadi.

"Tenang Bun,nanti aku halalin Raina".
Aku tersontak kaget mendengar perkataan Angga.

"Kamu tidak main-main dengan anak saya?" Tanya bunda penuh serius.

"Siap! Saya tidak main-main dengan anak bunda!" Ucap tegas Angga.

Bunda hanya tersenyum dan merangkul ku. Aku yang masih terdiam paku sontak kaget dengar ucapan Angga.

----

"Rain?" Tanya Angga.

"Iya?" Aku menoleh ke Angga. Aku bertemu dengan manik matanya yang hitam pekat.

"Saya mau ngomong serius sama kamu" hatiku berdegup kencang,tak bisa terkontrolkan.

Aku dan Angga duduk di belakang rumah yang dipenuhi bunga-bunga segar di malam hari.

"Kamu mau ngomong apa?" Tanyaku.

"Saya ingin melamar kamu secepatnya" kalimat yang dilontarkan Angga sukses membuatku terdiam kaku. Senang? Iya, tapi aku sangat kaget dia ingin melamarku.

"Kamu ga bohong kan?" Tanya polosku.

"Saya tidak pernah bohong dengan perkataan saya sendiri. Saya sudah mencintai kamu dengan sepenuh hati saya. Apakah kamu siap mendampingi saya sampai akhir tua nanti? Apakah kamu mau suami kamu seperti saya?"

Aku hanya menunduk ke bawah sambil mengontrol kan degup jantungku. Tiba-tiba tangan Angga menggenggam tanganku. Aku mendongak ke arahnya. Aku melihat matanya penuh keyakinan.

"Aku bersedia mendampingimu hingga akhir hayat nanti. Dan aku selalu menerima kamu apa adanya, kamu seorang abdi negara. Cintamu bukan hanya untukku, tapi untuk negara kita ini. Kamu mencintai negaramu sama halnya kamu mencintai kedua orangtuamu dan aku. Aku rela cintaku terbagi oleh negara kita" ucapku dari hati yang paling dalam. Tanpa diundang,air mata ini jatuh ke pipi ku.

MY CAPTAIN✔ [REST!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang