Get Caught

556 89 29
                                    

Seseorang menyapa ku di backstage. Karena penerangan yang kurang, aku tak dapat mengenali siapa dia. Namun, dari suaranya, dia ini wanita.

"Ini aku lo" Wanita ini menunjuk dirinya agar aku bisa mengingatnya.

"Bentar jangan sebut nama"

Orang ini tak asing di kepalaku. Aku pernah mendengar suaranya. Wajahnya pun tampak familiar. Ini bukan yang pertama kalinya aku bertemu dengannya.

"Wanda duh"

"Oh si permen jahe ! Aku inget sekarang. Kamu ngapain ?"

"Aku datang buat nonton temenku. Si Brian loh. Aku ga nyangka kalo kamu satu band sama dia"

"Ah, Brian"

"Eh kamu belum kasih tau namamu. Nama kamu siapa ?"

"Aku Wonpil"

"Oh ya jaketmu sudah aku cuci. Telfon aku ya kalo mau ambil. Sudah ya !"

Wanda meninggalkanku dan memberiku sebuah senyuman yang manis. Jantungku berdegup kencang karena tak pernah diberi senyuman seperti itu. Bahkan wajahku ikut tersenyum saat melihatnya.

Dia cantik. Senyumannya cantik. Dia cantik luar dalam.

"Woy senyum-senyum ga jelas" Jae datang dan menepuk pundakku keras.

"Kaget"

"Siapa tuh ? Cewek ? Wow hebat juga ya cepet dapet baru" Jae menggodaku dengan senyumannya yang menyebalkan.

"Gak kenal"

"Ayo deh pada laper tuh anak-anak"

Kalau aku ingat lagi, aku tak pernah melihatnya sebelumnya. Entah aku yang tak pernah melihatnya atau dia memang tidak satu kota denganku. Atau bahkan mungkin dia sudah mati.

————

"Ini apa ?"

Tempat tujuannya berada di sebuah restoran kecil yang terletak di jalan sepi. Meski terlihat sepi, namun dalamnya terdapat pelanggan yang lumayan banyak. Namun, isinya kebanyakan bapak-bapak yang sedang mabuk.

Seingatku, di jalan ini memang ada toko. Namun toko tersebut sudah tutup. Itu lah yang menyebabkan jalan di sini angker dan bahaya karena banyak preman.

"Kenapa ?" Tanya Dowoon yang melihatku curiga.

"Seriusan ? Di sini ? Harus di sini ?"

"Kamu bosen ? Kamu biasanya sering ngajak kita ke sini"

"Oh ya ? Ya sudah ayo masuk"

Kelihatannya restoran ini buka 24 jam setiap hari. Restoran mana yang masih buka jam 10 malam ?

Meskipun aku tidak mau, aku terpaksa mengikuti kata mereka. Lagipula, aku lapar.

Isi menunya lumayan banyak dan terlihat lezat. Harganya juga murah. Pantas saja di sini ramai. Meski begitu, aku agak ragu mau makan di sini.

Journey to Parallel World ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang