No, This is Not a Dream

296 61 5
                                    

"Loh... Itu kan aku? Kok aku ada di situ ?"

Diriku terbaring tak sadarkan diri di atas kasur itu. Aku sangat kaget melihat diriku di situ. Padahal, aku di sini dengan badan yang masih utuh dan tidak ada luka sama sekali.

Ketika aku hendak mendekati kasur itu, aku tak sengaja melewati sebuah cermin yang terletak di dekat kamar mandi. Pantulan diriku tak nampak di kaca itu.

"Bayanganku mana? Terus, ini di mana?"

Di samping tubuh ku, ada ayah dan ibu yang sedang berdiri menatap wajahku yang tidak sadarkan diri. Seorang anak perempuan pun duduk dan menundukkan kepalanya karena tak kuat melihat diriku yang terbaring. Rambutnya yang panjang itu terlihat sangat familiar di mataku.

"Hah... Itu kan Yuna?" Anak perempuan yang menangis itu adalah Yuna. Ketika Yuna mengangkat wajahnya, tak ada ekspresi terpampang di wajahnya. Kelihatannya dia sudah bosan menangis. Matanya terlihat sembap dan wajahnya memerah.

Pria tua yang ada di sebelahku pun bukan ayahku, melainkan ayahnya Yuna. Jika aku perhatikan, di kamar ini tidak ada Seungmin dan ayah ku. Meski sudah memutari ruangan ini, aku tidak dapat menemukan tanda-tanda mereka di sini.

"Yuna! Yuna! Aku di sini" Meski aku sudah meneriaki namanya, Yuna pun tidak mendengarku. Aku mencoba melambai tanganku di depan wajahnya, Yuna pun tak dapat melihat diriku.

Setelah paham dengan sekitar, aku baru menyadari kalau aku bukan berada di dunia paralelku. Namun, aku ada di dunia asliku.

"Gila... Gak mungkin"

Ini sudah hampir 3 bulan yang lalu sejak kecelakaan terjadi, dan aku belum siuman sama sekali sejak hari itu. Berarti, sudah 3 bulan aku koma.

Dugaan ku kemarin memang benar. Aku tidak pernah bermimpi, karena 'kembaran'ku tidak sadarkan diri. Apa sakit kepala yang sering kurasakan akhir-akhir ini karena aku sedang koma?

Aku mencoba berjalan ke luar kamar untuk melihat keadaan di luar sini. Di depan kamar, ada Jae dan Dowoon sedang duduk berdua. Kelihatannya, mereka habis mampir.

Mereka berdua tidak berbicara satu sama lain. Dowoon sibuk memperhatikan handphone-nya, dan Jae sibuk menatap langit-langit rumah sakit ini. Aku pun tak melihat ada Sungjin maupun Brian di sini.

"JAE!!! JAE!!!" Percuma juga berteriak sekeras apapun, tak akan ada yang mendengarnya. Padahal, aku berteriak tepat di depan wajahnya. Tanganku tak dapat memegang bahunya karena saat ini diriku sedang mode transparan.

"Eh Don"

"Hm?"

"Sedih aku kalo Wonpil nanti gak ada"

"Berdoa aja supaya dia bangun. Kalo ga ya udah mau gimana?" Dowoon tidak memperdulikan Jae yang di sebelahnya karena fokusnya lebih berfokus pada layar handphone-nya.

"Iya tapi... Aduh gimana ya"

"JAE AKU DI SI—"

Kepalaku rasanya berputar seperti terkena vertigo. Kaki ku lemas dan mati rasa. Aku terjatuh dan langsung tak sadarkan diri.

..

..

"WONPIL!!"

"Hah?" Setelah pingsan beberapa saat, aku terbangun di UGD di sebuah rumah sakit. Ada ayah, ibu, Seungmin, dan Jae di sini mengelilingiku.

"Kamu nggak apa-apa?"

"Wonpil kamu kok bisa-bisanya sih?"

"Gak apa-apa kan kamu?"

Journey to Parallel World ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang