Observing

501 75 4
                                    

3 Hari kemudian...

Brian

Gamenya dateng nih. Sini kerumah main. Ajak siapa gitu Jae aja kali ya

Aku mengawali minggu pagiku dengan membaca pesan dari Brian. Padahal masih jam 7 pagi, namun dia sudah mengajakku main ke rumahnya.

Hari minggu adalah hari libur. Berarti aku juga harus libur dan memanfaatkannya dengan diam di rumah.

Brian

Besok-besok aja ya.

Gamenya udah dateng kok kamu ga mau mainin sih.

Kamu juga udah janji bakal dateng ke rumah kalo aku udah ada game nya.

Game apa sih? Harvest moon?

Mabok nih orang

Ya sudah. Jam berapa?

Jam 2 aja mau nggak?

Oke

Awas nggak dateng

Gravitasi di kasur benar-benar kuat sekali. Badanku susah untuk beranjak dari kasur. Namun, percuma saja mau lanjut tidur karena rasa kantukku sudah hilang.

Kamar menjadi terang karena ibu membuka korden kamar. Sinar matahari terang dan agak menusuk mata karena pantulan sinar dari mobil tetangga yang berwarna putih.

Dengan langkah yang berat aku menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi.

Kubasahi wajahku dengan air yang kutampung di tanganku berkali-kali hingga benar-benar segar.

"..." Wajahku yang terpampang di cermin mencuri perhatianku.

Pantulan diriku di kaca benar-benar persis dengan badan asliku. Tak ada yang berubah. Struktur wajah, panca indra, bahkan kumis tipis yang baru tumbuh juga persis sekali dengan diriku di dunia asli. Hanya saja, Wonpil ini ada bekas luka di luka di lututnya.

"Apa aku bakal mati dengan badan ini?"

Selalu saja aku kepikiran tentang dunia asli jika sudah begini. Aku hanya berharap kalau dia baik-baik saja dan merawat badanku dengan baik. Dan aku harap, dia tidak kaget dengan bulu kakiku yang lebat.

Di ruang TV ada ayah yang sedang menonton TV sambil menikmati segelas kopi hitam. Namun TV nya dibiarkan menyala karena dia fokus membaca koran.

"Bangunkan adek mu itu. Jam berapa ini" Pinta ibu begitu melihatku.

"Anak itu memang susah dibangunin ya?"

"Haduh nyerah ibu. Dibangunin jadi galak dia. Kamu gih"

Mau tidak mau, aku harus naik ke kamar Seungmin dan membangunkannya.

Seungmin juga tidurnya terlihat pulas sekali. Benar-benar pulas seperti orang mati. Padahal ibu sudah membuka kordennya.

"Bangun" Aku membangunkannya secara perlahan.

"Bangun"

Masih tak ada respon. Nafasnya pelan sekali sampai-sampai perutnya terlihat tidak bergerak.

Aku mendekatkan telunjukku ke dekat hidungnya untuk memastikan apakah dia masih hidup atau tidak.

"Seungmin bangun"

Journey to Parallel World ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang