Cerita di malam Pertama

5.6K 473 26
                                    

"Semua orang bisa mencintai dengan tulus, tetapi tidak semuanya bisa mencintai dengan cara yang benar. Dan inilah caraku mencintaimu, dengan menjaga diriku, memperbaiki agamaku dan menyebutmu dalam do'aku."

"With You Until Jannah"

🕊🕊

Kata mamah malam ini adalah malam pertamaku dengan mas Rafan. Tapi kok aku jadi terkekeh geli ya? Apalagi jika memikirkan omongan mas Rafan sewaktu di pelaminan tadi.

"Mau yang kayak gitu, Sya?" bisiknya di telingaku sembari melirik anak mas Arfan dan Sasya.

"Nanti kita bikin ya, sayang."

Memikirkan kata-kata itu membuatku jadi ngeri dan merinding gak jelas.

Beberapa menit kemudian.

Ceklek ...

Pintu terbuka menampilkan sosok yang aku bicarakan barusan. Ia menghampiriku kemudian duduk di sampingku.

"Sudah salat isya belum?" tanyanya padaku.

"Sudah, Mas."

"Ohiya, wudhu lagi sana."

"Kan aku udah salat, Mas."

"Kita salat sunnah pengantin, sayang." Mendenger kata terakhir yang disebutkan mas Rafan bagai sihir untukku. Kalau dihitung-hitung aku sudah mendengernya sebanyak tiga kali.

Setelah beberapa menit mengambil air wudhu aku menghampiri mas Rafan yang sudah siap dengan peralatan salat. Juga mukenah dan sadjadah yang akan aku kenakan sudah disiapkannya, ditaruh di belakang sadjadahnya.

Mengucap salam ke kanan dan ke kiri kemudian setelah itu berdo'a dengan kusyu. Entah do'a apa yang diucapkannya, aku hanya mengaminkannya dalam hati.

Mas Rafan membalikan badan. Menyodorkan punggung tangan kanan dan aku menciumnya.

Sudah selesai semuanya. Tanganku, kuangkat bermaksud untuk membuka mukenah namun dicegah oleh Mas Rafan.

"Jangan dulu," ucapnya yang sontak saja gerakanku terhenti.

Kenapa? Apa Mas Rafan akan risih jika aku membuka mukenahku? Apa jika dia melihat rambutku akan menyebabkan dosa untuknya?

Namun tiba-tiba ...

Ia lebih mendekatakan tubuhnya padaku. Tangannya bergerak untuk melepas mukenah, ini membuat jantungku berdebar lebih cepat.

Setelah mukenah itu terlepas kini terlihat olehnya rambut hitam panjang sepinggangku.

"Cantik," gumamnya dengan senyuman.

Aku menunduk malu. "Rambutnya urai seperti ini saja, ya. Aku suka," ucapnya sembari menyelipkan rambut ke belakang telingaku. Aku mendokakkan kepala sembari tersenyum, tersenyum sebab merasa senang dengan panggilannya yang tidak menggunakan bahasa formal seperti sebelum acara pernikahan.

"Mas suka rambut aku?"

"Nggak, aku sukanya sama kamu," jawabnya santai di akhiri senyuman.

"Mas bisa aja," kataku malu-malu.

Untuk menghilangkan rasa malu, dan juga sebenarnya aku ini sangat gugup. Aku berdiri, membenahkan alat salat yang sudah kami pakai dan menyimpannya di atas nakas.

**

Setelah menyimpan peralatan salat ke dalam lemari. Fisya masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti pakaian. Sudah memakai piyama merah maroon ia menghampiri Rafan yang tengah berbaring di atas kasur.

With You Until Jannah √ || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang