3. Remember Me

85 12 10
                                    

Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Vika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Vika. Bukan hanya lelah fisik, melainkan juga lelah hati dan pikirannya. Di dalam kelas, Vika hanya melamun dan sesekali ditanya oleh Dea apakah dirinya baik-baik saja dan selalu dibalas dengan senyum dan anggukan kecil untuk menandakan bahwa dirinya baik-baik saja.

Bel pertanda pelajaran hari ini telah usai sudah berbunyi. Semua murid sibuk membereskan alat tulis mereka dan bersiap untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Selama pelajaran berlangsung, Vika hanya melamun memikirkan apa yang ia alami hari ini.

"Vik, ayo pulang." Nesya membuyarkan lamunan Vika. Dea hanya menatap Vika datar.

Setibanya di tempat parkir sekolah, Vika merogoh sakunya mencari ponsel untuk menelepon Bryan agar menjemputnya, namun ia tidak menemukan ponselnya. "Eh, hp gue mana ya?" Vika merogoh sakunya, tapi tidak ada. Kemudian ia mencari di tasnya tapi tetap saja ia tidak menemukan ponselnya.

"Ketemu?" tanya Dea namun mendapat gelengan dari Vika.

"Gimana, nih? Gue ngabari Bryan pake apa? Gak hafal nomornya lagi," ujar Vika lesu. "Gue cari dulu deh. Kalian duluan aja gak papa kok," lanjutnya.

"Beneran?" tanya Vania. Vika tersenyum meyakinkan mereka agar tidak mengkhawatirkanya.

Sekolah sudah mulai sepi, Vika menyusuri koridor menjelajah kembali tempat yang sempat ia singgahi. Yang pertama ia tuju adalah ruang kelasnya. Vika mencari di kolong mejanya namun ponselnya masih belum bisa ia temukan. Kemudian ia menuju ke toilet, siapa tahu ponselnya tertinggal di wastafel saat ia mencuci mukanya pagi tadi. Vika menghela napas saat ia tidak dapat menemukan ponselnya di toilet itu. Vika mengingat-ingat tempat mana lagi yang sempat ia singgahi. Kantin? Tidak mungkin. Waktu itu ia tidak sempat masuk ke kantin saat melihat Eric dan teman-temannya berada disitu dan langsung pergi menuju ke... Halaman belakang sekolah? Ya, pasti disana.

Vika langsung bergegas menuju ke halaman belakang sekolah. Matanya mengawasi sekelilingnya, untunglah disini sudah tidak ada Eric dan teman-temannya. Vika mencari ponselnya dari mulai lorong sampai di bawah pohon beringin, namun belum juga menemukan ponselnya.

Vika duduk dengan kesal mencabut rumput yang ada di sampingnya. "Mana sih..."

"Cari ini?" Vika tersentak saat seseorang menyodorkan sebuah handphone dari belakangnya. Vika menegang saat melihat Eric tersenyum kepadanya. Apa artinya ini?

Mata Vika mulai memanas. Napasnya terasa sesak saat dengan tiba-tiba Eric memeluknya.

"E-eric?"

"Hm... Maafin gue karena tadi gue pura-pura gak ngenalin lo."

Vika mulai menangis ada perasaan kecewa di hatinya. Kenapa Eric setega itu? Kenapa tidak dari awal saja seperti ini. Vika meronta berusaha melepas pelukannya namun Eric tidak membiarkan Vika melepasnya.

"Gue mohon biarkan seperti ini sebentar saja. Gue kangen sama lo."

Vika mulai tenang namun tidak membalas pelukan dari Eric. Di sela-sela tangisnya, Vika berbicara.

SHINERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang