Sebelum Hari Pertama

31.5K 846 27
                                    


Perkenalkan namaku Burhan Supriyanto, dua tahun yang lalu peristiwa kurang mengenakkan terjadi pada keluargaku di Solo. Entah mimpi buruk apa, namun tiba-tiba pagi hari dapat kabar kalau bapak, ibu dan Mbak Lestari ditemukan tewas di rumah.

Kematian ketiganya begitu janggal, kepolisian setempat memperkirakan mereka dibunuh oleh seseorang dengan alasan yang belum diketahui. Namun setelah dua tahun setelah kejadian mengerikan itu, belum juga ada kabar siapa pembunuh ketiganya.

Seorang Pak Pos atau sekarang lebih sering disebut sebagai Pos Man datang ke kos-kossanku di Kota Bandung. Tampaknya, ada juga balasan dari lamaran pekerjaanku yang kemarin memang sengaja disebar di Job Fair.

"Dengan Kang Burhan ?" tanya Pak Pos yang sudah lumayan tua dengan baju andalannya yang serba oranye.

"Iya pak, saya sendiri Burhan".

"Ini kang, ada surat untuk akang".

"Terima kasih pak".

Dalam kop surat yang biasanya terlihat dari sudut amplop, tampak tulisan dari sebuah perusahaan media massa yang berasal dari Kota Solo. Setelah merobek bagian samping biar lebih simpel, aku mulai membaca paragraf demi paragraf isi surat.

Tiba-tiba hati ini langsung menolak, kembali ke Solo sepertinya bukanlah pilihan yang bagus, apalagi peristiwa dua tahun lalu masih menjadi misteri siapa pembunuhnya. Aku memilih memikirkannya di kampus, karena disana ada Wifi Gratis yang bisa buat aku streaming video di Youtube.

Bangku panjang di taman kampus sering menjadi tempat yang nyaman dan menjadi favorit untuk menghabiskan waktu. Meskipun kali ini, mata ini tidak bisa beralih dari surat yang isinya sudah aku baca beberapa kali.

"Woooyyy...baca apa ? sampai segitunya" suara Kirana yang dibarengi dengan pukulan tangan dipundakku.

"Haduuuh...tidak bisa ya, datang tanpa harus menganggetkan ?" tanyaku yang memang langsung merespon karena kedatangannya yang tanpa diundang dan dijanjikan.

"Maaf...maaf, lagi baca apa sih ?".

Aku mencoba menceritakan surat yang sebenarnya bisa membuat penantianku untuk bisa bekerja setelah lulus kuliah bisa segera berakhir, namun disisi lain. Penempattan di Kota Solo bisa menjadi sebuah batu ganjalan yang cukup membuat niatku ciut.

"Sudahlah, kamu coba dulu pekerjaan itu. Toh, itu juga kan pekerjaan yang kamu idam-idamkan ?" tanya Kirana yang sekarang sudah duduk disampingku.

"Kalau aku menyewa rumah gimana ya ?" ujarku meminta saran kepada Kirana.

"Kamu kan baru aja diterima, dan mungkin gajimu tidak akan cukup untuk menyewa rumah sekaligus mencukupi kebutuhanmu".

Saran Kirana kali ini memang ada benarnya, tidak mungkin gajiku bisa mencukupi segala kebutuhan selama di Solo kalau harus juga menyewa tempat tinggal. Namun untuk kembali ke rumah itu juga bukan pilihan yang benar-benar ingin aku lakukan.

"Sudahlah, tidak perlu ragu. Siapa tahu kalau kamu tinggal disana, motif pembunuhan bisa terlihat".

Kirana memang tidak salah aku pilih jadi kekasih hati, dia selalu bisa membuat perasaan ini jadi lebih nyaman dan tenang. Aku tidak boleh gentar, karena itu adalah rumahku sendiri. Tidak mungkin bapak, ibu dan Mbak Lestari bakal mengganggu.

****

Temen-temen bisa mendukung saya melalui :
https://trakteer.id/bimo-kuskus

Link Aktif ada di kolom komentar, saya berterima kasih untuk teman-teman yang mau mendukung penulis dengan materi. terima kasih

(Misteri) Rumah Peninggalan BapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang