Secangkir kopi diatas meja sudah mulai dingin, namun sosok Mbak Sulis belum tampak batang hidungnya. Perasaanku mulai berpikiran buruk, mungkin perempuan cantik tersebut lupa ada janji denganku.
Aku mulai memundurkan kursi untuk memberikan ruang agar tubuh ini bisa keluar, baru saja ingin berdiri. Sosok Mbak Sulis terlihat tergesa-gesa dengan raut wajah yang mencurigakan.
"Maaf, aku terlambat. Tadi malah dipanggil sama bos ke ruangannya" ujar Mbak Sulis dengan telapak tangan saling bertemu melambangkan dalamnya permintaan maaf itu.
"Iya mbak, tidak papa, aku juga baru sebentar" ujarku mencoba tidak memperkeruh perasaan bersalah Mbak Sulis.
Sebelum kami mengobrol tentang kondisi Mbak Ambar, aku menawarkan minuman ke Mbak Sulis. Tubuhnya yang penuh keringat sehabis lari-lari memberikan gambaran betapa hausnya dia.
"Mau minum apa mbak ? biar aku pesankan dulu" ujarku sambil memberikan sebuah daftar menu kepadanya. Hanya butuh hitungan detik saja, daftar menu sudah berganti ke tangan Mbak Sulis.
Mata Mbak Sulis begitu lincah mengamati setiap menu yang ada disana, begitupun dengan tangannya, asyik membolak-balikkan buku daftar menu. Lama juga ternyata, sedikit menyesal tadi menawarkan minum terlebih dahulu kepadanya.
"Nah, aku ini aja deh mas" ujarnya dengan menunjuk salah satu gambar minuman disana.
"STMJ ya mbak ? biar aku pesankan" ujarku setelah melihat sejenak minuman yang ditunjuk oleh Mbak Sulis.
"Terima kasih.." ujar Mbak Sulis dengan nada manja khas perempuan, kaki ku mulai melangkah mendekati dapur kantin yang terlihat rapih, dan bersih.
****
Aku biarkan Mbak Sulis untuk meminum STMJnya terlebih dahulu, sambil terus memantau keberadaan Kirana yang nekad datang ke Solo, aku juga masih terus berpikir tentang si anak yang jelas-jelas tertabrak dijalan depan.
"Mas.." ujar Mbak Sulis dengan nada sedikit tinggi, yang langsung membuyarkan lamunanku yang sedang kemana-mana.
"Eh...iyaa mbak, ada apa ?" ujarku mencoba mencari tahu sumber suara yang sebetulnya sudah jelas dari depan. Wajah Mbak Sulis menunjukan ekspresi geleng-geleng kepala didepan sisi meja yang berbeda.
"Kok malah bengong, mikirin apa hayooo ?" celetuk Mbak Sulis yang kali ini dengan ekspresi penuh introgasi, tentu saja ini membuatku sedikit salah tingkah. Jujur saja, Mbak Sulis adalah perempuan dengan penampilan bagaikan artis ibu kota, cantik, putih, dan penuh wibawa.
"Hahaha, sudah mas...muka kamu lucu ekspresinya" ujar Mbak Sulis dengan melepaskan tawa lepas, yang bisa membuatku menghela nafas untuk mengatur kondisi psikologisku lagi.
****
"Jadi sebenarnya, apa yang terjadi dengan Mbak Ambar ? kenapa dia tiba-tiba tidak masuk kerja dan bahkan mengajukan pengunduran diri" tanyaku sambil sesekali meminum Kopi Panas didepanku.
"Aku sebetulnya tidak mau bicara soal ini, tapi tampaknya kamu memiliki kedekatan yang lebih dari Ambar selain aku di Kantor" ujar Mbak Sulis yang membuatku bingung, bagaimana mungkin dia bicara kalau aku memiliki kedekatan lebih.
"Maksudnya aku memiliki kedekatan lebih dengan Mbak Ambar ?" tanyaku dengan penuh harap bahwa ini bukan masalah yang bakal melibatkan Kirana. Terlihat Mbak Sulis menghela nafas cukup panjang.
"Payah kamu mas, tidak pernah tahu kode dari perempuan sama sekali ya" balas Mbak Sulis yang seperti menggambarkan ada hal yang sudah tidak ingin aku dengarkan.
Aku tidak menjawab lagi apa yang dikatakan oleh Mbak Sulis, meskipun rasanya ingin tahu bagaimana keadaan Mbak Ambar yang tiba-tiba mengajukan pengunduran diri begitu saja. Apalagi itu terlihat bukan tulisan dia.
"Ambar menaruh hati kepadamu mas, tapi dia mengetahui kalau kamu punya pacar" ujar Mbak Sulis yang tanpa aku tanya. Wajahku masih belum percaya, tidak mungkin ? apalagi aku bukanlah laki-laki yang begitu memberikan harapan kepada dia.
"Lalu, bagaimana kondisi Mbak Ambar sekarang ?" tanyaku kembali, disisi lain Mbak Sulis sesekali masih menikmati STMJ yang terlihat berasap karena panas.
"Tadi pagi, aku kerumahnya. Dan dia terlihat seperti orang yang gila" balas Mbak Sulis yang kali benar-benar membuatku tidak percaya, gila ?.
"Dia tidak bisa diajak komunikasi, yang dikatakan pun selalu sama. Aku tidak bersalah, aku tidak tahu apapun" ujar Mbak Sulis melanjutkan pembicaraannya, sementata otak ini terus berpikir apa arti dari kata yang dikeluarkan Mbak Ambar ?.
"Kalau boleh, aku ingin ke rumah Mbak Ambar. Kamu bisa menemaniku mbak ?" ujarku yang ingin melihat kondisi perempuan yang sudah aku anggap sebagai kakak tersebut.
"Boleh saja, habis ini kita langsung kesana" balas Mbak Sulis, dengan wajah kepanasan dan masih berusaha untuk menikmati minuman di depannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Misteri) Rumah Peninggalan Bapak
Mystery / ThrillerBurhan adalah sosok laki-laki yang baru saja menyelesaikan kuliahnya, dan kini dia sudah mendapatkan pekerjaan di Kota Solo. namun siapa sangka, hal ini malah membuatnya terjebak dalam dunia yang tidak dia inginkan. Apalagi semuanya juga berhubung...