Lelah menjadi hadiah jalan-jalan kemarin yang masih tersisa, rasanya pun begitu mager dan ogah untuk melangkahkan kaki kemana-mana. Meskipun isi dapur juga sudah mulai menjerit, tidak ada makanan sama sekali selain telur dan mie instan.
Hari yang tenang berubah menjadi hari yang mulai mencekam, lantunan nada yang bersumber dari Piano di ruang tengah terdengar. Sebuah nada yang begitu aku kenal karena sering sekali dimainkan oleh Mbak Lestari.
Dengan langkah kaki yang bergetar hebat, aku memberanikan diri untuk mendekat ke arah sumber suara.
Aku merasa semakin diri ini mendekat, suara piano semakin mengecil dan perlahan berhenti. Langkahku tetap berjalan, kepala tanggung kalau berhenti sampai disini. Sosok perempuan didepan piano bergaun putih membuat mental yang sudah terbangun tiba-tiba hancur seketika.
"Mbak, itu kamu ya ?" tanyaku mencoba memecah suasana yang hening, sambil kaki bergetar hebat dan keringat yang entah sudah seberapa banyak menetes di ubin.
"Dong-Dong-Dong" suara piano yang benar-benar membuat dorongan untuk tubuhku, sebuah dorongan yang cukup kencang menghempaskan tubuhku ke ubin. Saat mencoba berdiri kembali, sosok perempuan itu menghilang.
Mata ini terpaku pada sebuah buku di atas piano, sebuah buku kumpulan nada-nada pilihan yang sangat digemari oleh Mbak Lestari. Aku kembali memberanikan diri untuk mendekat, melihat buku yang tiba-tiba membuka tersebut.
"Lho kok tidak ada nada-nada sama sekali" kataku setelah melihat isi buku yang sudah berubah dari versi aslinya, dimana hanya ada satu kalimat lumayan panjang yang sepertinya adalah sebuah pesan dari salah satu anggota keluargaku.
"Andai aku masih bisa melihat dunia ini lebih lama, mungkin mereka tidak akan bersedih, namun Takdir Tuhan berkata lain. Aku hanya bisa terbaring, dan dia membuatku merintih. Meskipun disisi lain, dia membuatku bahagia".
Ada apa dengan kondisi keluargaku selama ini ? dari pesan ini, aku menangkap kalau salah satu keluargaku ada yang sakit keras. Tapi kenapa tidak ada yang memberitahuku ?.
Semua tanya tidak bisa terjawab, hanya tangis saja yang menemani segala pertanyaan yang aku buat sendiri.
Mungkin dengan bercerita kepada Kirana bisa sedikit meringankan beban ini, segera ku cari ponsel yang ada di kamar. Sambil menahan tangis, aku mencari-cari nama Kirana di buku kontak telpon.
"Maaf nomer yang anda tuju sedang tidak aktif atau diluar jangkauan" .
Apa Kirana marah sampai-sampai nomernya dimatikan oleh dia ? tetapi sepertinya aku tidak berbuat apa-apa selama di Solo, mungkin dia lagi sibuk.
Sempat terbesit di hati ingin bercerita kepada Pak Joni, namun sosok perempuan yang sepertinya adalah anak Pak Joni tersebut membuatku ragu dan mengurungkan niat untuk pergi ke Rumah Pak Joni.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Misteri) Rumah Peninggalan Bapak
Mystère / ThrillerBurhan adalah sosok laki-laki yang baru saja menyelesaikan kuliahnya, dan kini dia sudah mendapatkan pekerjaan di Kota Solo. namun siapa sangka, hal ini malah membuatnya terjebak dalam dunia yang tidak dia inginkan. Apalagi semuanya juga berhubung...