"Bukan aku---bukan aku" suara teriakan lumayan keras terdengar ketika aku dan Mbak Sulis baru saja masuk satu langkah ke rumah Mbak Ambar. Kedua orang tuanya terlihat begitu terpukul melihat sosok anaknya sekarang.
"Maaf bu, apa Mbak Ambar sudah dibawa ke psikiater atau semacamnya ?" tanyaku setelah melihat sendiri ketakutan yang luar biasa dari Mbak Ambar. Dengan kompak, kedua orang tua Mbak Ambar menggelengkan kepalanya.
Tiba-tiba, ingattanku kembali ke waktu itu. Dimana Mbak Ambar tiba-tiba datang ke rumah malam-malam dan bercerita bahwa ada tulisan aneh di kamarnya. Sebentar, kenapa disetiap sisi tembok yang aku lihat tidak mencerminkan bahwa ada bekas tulisan darah disana.
Siapa sebenarnya dalang dibalik semua ini ? kematian, kehancuran hidup, dan sekarang gila. Siapapun yang bersangkutan dengan rumah peninggalan bapak, selalu saja berakhir tragis.
Aku mencoba mengelilingi rumah yang saat itu menjelang maghrib setelah sebelumnya mendapatkan izin dari pemilik rumah. Setiap ruang rumah aku mencoba mencari kejanggalan, namun hasilnya nihil.
"Oh ya, ada halaman belakang rumah yang belum aku cek" gumamku setelah mengelilingi rumah dan hasilnya benar-benar zonk, tidak ada sama sekali jawaban yang bisa aku kulik.
Saat tubuh ini memasuki halaman belakang rumah, sosok perempuan kecil yang aku temui di jalanan muncul disana. Dia menangis dengan membawa boneka yang mungkin adalah mainan kesayangannya.
Saat semua kondisi sepertinya aman, tiba-tiba tangisan si anak perempuan tersebut perlahan berhenti. Dan...dia mulai menyadari keberadaanku, kepalanya perlahan memutar ke arahku, matanya begitu tajam yang membuat tubuhku reflek menjatuhkan diri kebelakang.
"Gubraaak" kursi yang di belakang rumah tidak sengaja aku jatuhkan, tanpa kesadaran yang penuh. Aku berteriak dan bertanya kepada si anak perempuan "Siapa kamu ? kenapa kamu terus hadir dihadapanku ?".
Dia tidak menjawab dan hanya terdiam, suara gaduh dibelakang ternyata menarik perhatian orang-orang didalam rumah selain Mbak Ambar yang memang sedang sibuk dengan imajinasinya.
"Ada apa mas ?" tanya Mbak Sulis yang langsung membangunkan tubuhku, aku masih mencari anak perempuan yang tertutup barisan ketiga orang yang keluar dari rumah.
"Bapak atau ibu, saya boleh bertanya sesuatu ?" ujarku yang fokus kepada dua orang didepanku.
"Ada apa ?" balas si bapak yang kelihatan seperti orang yang merahasiakan sesuatu, sementara si ibu hanya diam dan membenarkan kembali posisi kursi yang tadi jatuh bersama tubuhku.
"Bapak tahu tentang seorang anak perempuan ?" ujarku yang mulai mencurigai ada yang ganjal antara pertemuanku dengan si anak perempuan kecil seharian ini. Entah kenapa, rasa-rasanya si bapak tahu banyak soal ini.
"Ke..na..pa kamu tahu tentang anak peree..mm..puan itu ?" ujar si ibu yang kali ini terlihat begitu panik setelah pertanyaan yang sebenarnya aku lempar kepada si bapak yang kali ini hanya terdiam seribu bahasa.
"Seharian ini, saya berjumpa dengan dia. Dan sepertinya, bapak dan ibu mengetahui siapa sosok perempuan kecil tersebut" ujarku dengan pandangan penuh curiga kepada kedua orang dihadapanku ini, sementara Mbak Sulis disamping terlihat begitu bingung.
"Kami tidak tahu, dan sebaiknya kalian keluar dari rumah kami sekarang. Bikin kisruh saja !" ujar si bapak dengan nada tinggi, sepertinya memang ada apa-apa. Sementara sosok si anak perempuan kecil tersebut tidak menunjukan sosoknya lagi.
"Baiklah, kalau kami diusir. Tapi yang perlu diketahui pak, saya hanya ingin membantu" balasku dengan menggandeng tangan Mbak Sulis untuk segera keluar dari rumah Mbak Ambar.
"Kami pulang dulu paaak..bu.." ujar Mbak Sulis sambil terus berjalan mengikuti gerakanku, tangannya memang tidak menolak aku gandeng. Mungkin karena dia sedang bingung dengan apa yang sedang terjadi.
***
"Sebetulnya, ada sih mas ?" tanya Mbak Sulis yang masih terlihat begitu bingung, aku hanya menjawab dengan menggelengkan kepala. Sementara mata tetap fokus dengan layar ponsel untuk memesan ojek online.
"Baiklah, kalau memang tidak mau menjawab, aku biar pulang sendiri saja" ujar Mbak Sulis yang kali ini membuatku mengalihkan pandangan, wajahnya terlihat begitu muram. Memang salahku, tidak membalas apa yang dia tanyakan.
"Belum saatnya mbak, aku juga tadi belum mendapatkan informasi apa-apa tho didalam ?" balasku mencoba menjelaskan kepada Mbak Sulis, namun sepertinya dia sudah kecewa dengan sikap awalku, tanpa pikir panjang. Mbak Sulis berlalu dari hadapanku menyusuri jalan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Misteri) Rumah Peninggalan Bapak
Mystery / ThrillerBurhan adalah sosok laki-laki yang baru saja menyelesaikan kuliahnya, dan kini dia sudah mendapatkan pekerjaan di Kota Solo. namun siapa sangka, hal ini malah membuatnya terjebak dalam dunia yang tidak dia inginkan. Apalagi semuanya juga berhubung...