"Ah kecoret."
Rere mendengkus saat pulpennya tak sengaja mencoret tulisan lainnya, jemarinya beralih mengambil tipe x dan menghapuskan. Cewek kelahiran 10 Oktober itu tampak serius menekuri ponsel dan bukunya. Dia membuka pesan demi pesan, serta mengkonfirmasi pada pelanggan stationery milik kakaknya.
"Lo serius mau konfirmasi ulang?"
Rere menoleh sekilas ke pintu kamarnya, lalu kembali pada kegiatan semula. Ia memang sedang malas untuk berbicara, lebih tepatnya ia tidak mau diganggu saat sedang fokus. Lusi yang sedang bersedekap di ambang pintu itu menghampiri adiknya.
"Emang blocknote lo itu kenapa sih Re? Hilang?" tadi setelah pulang sekolah pun Rere sudah menjelaskan bahwa ia akan merekap kembali pesanan pelanggan. Dan kakaknya itu selalu saja melemparkan pertanyaan itu.
Ia menghembuskan napas kasar. "Pokoknya jangan bahas blocknote itu lagi. Gue juga bakal tanggung jawab kok, nih udah hampir selesai gue catat pesanan pelanggan lo. Besok kita tinggal bungkus kirim terus kasih deh bayaran ke gue. Mumpung bulan Agustus belum berakhir."
Cewek yang saat ini masih bersedekap itu menghembuskan napasnya. "Yaudah kerja baik-baik, gue percaya sama lu." Lusi memegang bahu Rere sebelum keluar dari kamar adiknya. Mereka berdua memang saudara kandung dengan jarak umur 2 tahun. Bunda mereka telah meninggal sejak mereka berdua masih SD.
Dulu Lusi-lah yang berpikiran membuat ide bisnis online ini. Stationery-atau peralatan kantor/tulis. Ia memiliki hobi menggambar dan membuat lettering, kaligrafi.Berawal pelanggannya yang sedikit dan bisa ia tangani sendiri. Lama-kelamaan pelanggannya kian banyak. Membuatnya kewalahan dan butuh bantuan, akhirnya Rere yang ia percayai.
Di zaman semodern ini tentu orang tidak mau kalah dengan keadaan. Tak terkecuali Lusi dan Rere, keluarga boleh kurang mampu. Namun kemampuan untuk mencari pengalaman dan inovasi masih sama bukan? Karena Tuhan Maha Adil dalam menciptakan manusia. Selalu berdoa, belajar, dan berusahan. Begitulah prinsip kedua saudara itu.
•••
"Gimana Re seragam lo? kegedean?"
Rere menggeleng. "Pas kok buat tubuh gue." Mereka berdua berjalan di koridor kelas. Rere sudah tidak memakai seragam lamanya. Kini ia memakai seragam pramuka baru dengan bedge pramuka SMA Taruna Bakti.
Kayla pun menyadari kemurungan wajah Rere. Meski seragamnya telah berganti, Rere tidak menunjukkan raut bahagia. Gadis itu terlihat diam memikirkan sesuatu. Kayla jadi semakin bersalah karena ide konyolnya menyuruh Rere menyelinap masuk ke kamar Agris. Ia juga tahu bahwa kemarin Agris menyeret Rere ke belakang sekolah karena aksinya itu ketahuan. Berimbas Rere yang memiliki masalah dengan Agris.
Jika Kayla amati, Rere selalu bercerita bila blocknote itu berisi kenangannya di SMA Adiwangsa. Ia tidak tahu bagaimana cara orang memperlihatkan keadannya di depan umum. Yang ia lihat Rere selalu ceria dan tak pernah mengeluh telah berpindah sekolah. Kayla bisa saja menebak, mungkin Rere telah nyaman di sekolah lamanya. Dan harus menerima fakta bahwa ia harus pindah saat kelas 12 yang sebentar lagi ujian nasional. Kayla saja membutuhkan waktu lebih dari 3 bulan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Bagaimana dengan Rere.
YOU ARE READING
Kalara
Teen FictionAgris mengejar Rere. Bukan! Bukan mengejar karena jatuh cinta. Melainkan karena mengira Rere maling buku perpustakaan. Padahal saat itu Rere hanya menitipkan barangnya di perpus dan hendak mengambilnya. Selama Rere benar, ia tidak pernah memedulikan...