Semilir angin terasa di leher Rere, rambutnya yang diikat itu membuat lehernya semakin dingin diterpa angin. Ia menyetandarkan sepeda biru putihnya di bawah pohon mangga depan rumah baru Rere. Alasan Rere pindah sekolah karena jarak rumah barunya ini dengan SMA Adiwangsa sangat jauh.
Dulu Rere, Ayah, dan Lusi tinggal di kontrakan yang tak jauh SMA Adiwangsa. Tapi beberapa bulan lalu hak waris rumah Nenek telah diberikan kepada Ayah. Jadi rumah yang saat ini Rere tinggali adalah peninggalan Neneknya. Jaraknya dekat dengan SMA Taruna Bakti hanya sekitar 3 kilo. Makanya Ayah memutuskan untuk memindahkan Rere ke SMA Taruna Bakti, Ayah merasa kasihan kepada Rere karena sudah kelas 12 jika harus menempuh jarak jauh ke sekolah.
Menghembuskan napasnya, ia berjalan ke depan rumah. Hanya satu lantai tetapi cukup luas untuk mereka bertiga. Bercat krem dan putih, dengan halaman yang luas. Rere menyungingkan senyumnya, ia merasa senang dengan rumah barunya ini terasa lebih nyaman daripada kontrakannya dulu. Namun seketika sirna mengingat kejadian tadi di sekolah.
Ia menarik handle pintu, di dalamnya Ayah terlihat sedang membereskan pernak-pernik di ruang tamu. Ayah sedang memasang foto kami bertiga di dinding. Beliau tersenyum melihat anaknya sudah pulang.
Rere mencium tangan Ayahnya. "Masih banyak ya, Yah barang-barang yang harus di beresin?" Pandangan matanya menyapu ke seluruh ruangan, terlihat jauh berbeda dari tadi pagi yang masih polos.
"Udah beres ini Re, oh ya, kata Lusi dia tadi bawa barang-barangmu ke sekolah kok sekarang kamu ngga bawa apa-apa?"
Rere mengatup bibirnya, dia menggaruk kepalanya. "Anu Yah, ehm barangnya Rere titipin di perpus. Tadi Rere kan naik sepeda jadi ngga bisa bawa pulang besok aja pas Rere naik angkot Rere bawa pulang deh. Hehe."
Gadis itu menyengir kuda membuat Ayah geleng kepala dan menjitak pelan kepala Rere. "Kamu tuh Re, besok jangan lupa bawa pulang. Di situ kan ada barang milik kakakmu, bisa-bisa kamu kena omel."
"Siap Yah, besok aku bawa pulang kok." Rere memberikan hormat kepada Ayah, persis ketika hormat upacara pagi. "Rere masuk ke dalam dulu Yah."
•••
Walaupun tubuhnya terasa lelah, itu tidak membuat Rere untuk membolos mandi. Dengan sangat malas ia menceopol rambut panjangnya dan segera meleset ke kamar mandi. Setelah keluar dari kamar mandi, ia menggosok handuk pada rambutnya yang basah.
Ponselnya yang berada di nakas, sedari tadi menyala seolah meminta Si Pemilik untuk mengeceknya. Tidak lama kemudian panggilan dari Kayla masuk.
"Rere!!!" Buru-buru Rere menjauhkan ponselnya dari telinga atau gendang telinganya akan rusak mendengar suara melengking tersebut.
"Rere, lo denger gue ngga sih."
"Iya iya ini denger." Jawab Rere cepat.
"Bagus deh gue kira salah nomor."
YOU ARE READING
Kalara
Genç KurguAgris mengejar Rere. Bukan! Bukan mengejar karena jatuh cinta. Melainkan karena mengira Rere maling buku perpustakaan. Padahal saat itu Rere hanya menitipkan barangnya di perpus dan hendak mengambilnya. Selama Rere benar, ia tidak pernah memedulikan...