Diantara gerombolan cowok yang berjalan menyusuri koridor kelas itu sembari tertawa dan bergurau ria. Ada satu orang yang tetap diam meski sekitarnya terlihat ramai. Cowok itu berjalan santai sambil sesekali melirik ponselnya.
"Heh kamu!" Terdengar sebuah suara yang tidak diketahui siapa yang berkata.
Lantas cowok itu menoleh, meski ia sudah menebak pasti yang dipanggil bukanlah dirinya.
"Heh, iya kamu!" Ujar Bu Diana menunjuknya.
Ia menoleh ke sekitar memastikan apa benar ia yang dipanggil. Jari telunjukkan menunjuk dadanya, lalu Bu Diana mengangguk.
Agris meninggalkan gerombolan teman kelasnya, usai olahraga jam pertama dan kedua. Seharusnya jam ketiga ini digunakan untuk istirahat dan berganti baju. Tapi Agris yakin, jika Bu Diana sudah memanggil seperti ini maka ia akan telat masuk kelas. Entah ia akan disuruh membawakan buku, memperbaiki laptop atau hal lainnya yang menurutnya Agris bisa.
Cowok jangkung itu mendekati guru perempuan yang tubuhnya sedikit berisi itu. "Ada apa Bu?"
"Ikuti saya." Agris berjalan gontai mengikuti wanita itu yang memijakkan kakinya di lantai dua, lebih tepatnya di perpustakaan. Tempat pada bagian depannya dengan berdinding kaca itu menghadap langsung dengan taman bunga, maka jika berdiri di balkon akan sangat jelas pemandangan hijau dan penuh warna.
Sedangkan di depan balkon terdapat sebuah jembatan yang menghubungkan dengan gedung lantai dua lobi. Begitulah konsep bangunan SMA Taruna Bakti, jembatan itu dibuat agar mempercepat kegiatan siswa, mengingat sekolahan ini sangat luas dan akan melelahkan jika turun tangga berjalan ke gedung lobi lalu naik lagi ke lobi lantai dua.
"Ibu hari ini ada rapat di ruang guru dan tidak bisa menjaga perpustakaan. Tolong kamu gantikan Ibu ya."
Astaga!
Agris membulatkan bibirnya, yang benar saja menggantikan guru itu menjaga perpustakaan. Please lah! Menjaga perpustakaan? Ia bisa mati kebosanan, masih mending kalau ada yang bantuin, lah ini sendirian. Bisa-bisa ia akan sangat telat masuk kelas dan akan kena omel mati-matian dari guru Bahasa Inggris yang setelah ini mengajarnya.
Minggu lalu, ada temannya yang telat masuk 10 menit, berakhir dengan guru tersebut marah karena merasa tidak dihargai lalu ngambek tidak mau mengajar kelas. Berakhir lagi dengan mereka sekelas yang harus memohon maaf di ruang guru, bisa kebayang ngga? Dengan disaksikan banyak guru, loh!
"Ngga usah panik, Agris. Ibu sudah titipkan surat dispensasi ke kelas kamu." Sedikit membuat Agris lega tapi tetap saja, ia masih dongkol.
"Oh iya, hari ini ada buku-buku baru dari penerbit." Ia menjeda ucapanya. "Nah itu dia." Bu Diana menunjuk orang-orang yang berjalan masuk ke pintu perpus membawa kardus berisi buku-buku. "Kamu tolong awasi buku itu karena belum didata takutnya hilang atau dicuri."
YOU ARE READING
Kalara
Genç KurguAgris mengejar Rere. Bukan! Bukan mengejar karena jatuh cinta. Melainkan karena mengira Rere maling buku perpustakaan. Padahal saat itu Rere hanya menitipkan barangnya di perpus dan hendak mengambilnya. Selama Rere benar, ia tidak pernah memedulikan...