Dengan kesusahan ia berusaha menarik handle pintu kamarnya. Ia membawa kardus itu ke atas meja belajar. Hanya satu buku yang benar-benar ia ingin baca, berwarna biru dengan animasi koya. Rere membawa blocknote itu ke atas kasurnya. Dia duduk dengan menyilakan kedua kakinya.
Pandangan matanya menoleh saat ponselnya berdering.
"Halo, Kak Ardan?"
"Re, apa kabar lo? Gimana sekolah barunya? Betah di sana?" Tanya orang di seberang sana dengan nada ramahnya.
"Baru seminggu, ya belum ada rasa-rasa betahnya sih, masih biasa aja. Tapi seneng sih, baru beberapa hari disini udah dapat teman." Ia terkekeh berusaha mencairkan suasana.
"Syukur Re kalau begitu. Soalnya lo itu nanggung banget udah kelas tiga malah pindah."
"Ya mau gimana lagi, nurut Ayah sih. Oh ya Kak gimana rasanya udah kuliah jurusan Ilmu Komunikasi?"
"Ya gitulah Re. Banyak ilmu baru yang gue pelajari, risiko lintas jurusan. Rasanya seneng banget dulu gue bisa ketrima jalur sbmptn."
Rere menyungingkan senyuman. "Kalau Haris Kak? Dia apa kabar?"
Cowok bernama Ardan itu menghela napasnya. "Udah beda fakultas Re. Paling ngobrol lewat chat. Kenapa lo ngga nyoba ngehubungin dia secara langsung?"
"Ehm kan lo tau waktu dia udah berangkat ke Depok hape gue rusak. Kartunya udah rusak nomor juga pada ngilang. Gue udah lost contact sama dia."
"Yaelah dasar cewek, kenapa dari dulu lo ngga minta ke gue nomornya Si Haris, elah Re jangan nyari rumit deh."
"Bukan gitu Kak, gue tuh ngga mau ganggu aja."
"Bener juga. Haris itu sibuk kerja sambil kuliah."
"Iya, ntar pas ada duit gue main ke kampus kalian deh buat memotivasi diri biar makin semangat belajarnya."
"Gue tunggu Re, belajar yang benar ya."
Panggilan diakhiri, Rere memang akrab dengan Ardan—kakak kelasnya dulu di SMA Adiwangsa. Angkatan setahun lebih tua dari Rere. Cowok yang saat ini tengah menempuh pendidikannya di perguruan tinggi favorit yang kampusnya terletak di Depok. Bersama dengan Haris—cowok yang membuatnya selalu takjub dengan apa yang dia buat. Mereka berdua dulu satu kelas di kelas MIPA, Rere mengenal dua kakak kelasnya itu di sebuah organisasi.
Seperti yang dia bilang tadi, bahwa ia telah lost contact dengan cowok itu. Terakhir kali ia mengetahui kabar cowok itu saat Haris gagal lolos sbmptn, Rere tidak tahu tindakan apa selanjutnya agar Haris bisa diterima di universitas. Karena setelahnya ia sudah mendapat kabar kalau Haris di terima di Jurusan Hukum dan sudah berangkat ke Depok. Saat itu ponsel Rere rusak dan ia hampir satu bulan tidak memegang ponsel.
Saat ini Rere terkadang berpikir apakah cowok itu merasa kehilangan dan akan mencari Rere? Namun faktanya, Rere selalu berharap ada pesan masuk dari cowok itu dan itu hanyalah harapan, dia tidak mencari Rere.
YOU ARE READING
Kalara
Teen FictionAgris mengejar Rere. Bukan! Bukan mengejar karena jatuh cinta. Melainkan karena mengira Rere maling buku perpustakaan. Padahal saat itu Rere hanya menitipkan barangnya di perpus dan hendak mengambilnya. Selama Rere benar, ia tidak pernah memedulikan...