Usai jam istirahat berdering, Agris langsung keluar kelas untuk menuju kantin. Menyusuri koridor kelas yang ramai oleh hiruk pikuk para siswa. Kalau ditanya Agris lebih suka membawa bekal atau makan di kantin, tentu Agris akan menjawab bahwa ia lebih menyukai bekal dari rumah. Hanya saja, Mamanya jarang ke rumah. Di rumah hanya ada Bi Ita dan Mang Udin. Masakan Bi Ita memang enak, tapi Agris lebih menyukai masakan Mamanya. Biasanya Mama jika sedang berada di rumah, beliaulah yang menyiapkan bekal untuk Agris.
"Woi Gris, gabung sini." Teriakan Irsyad yang sedang mengoper bola basket di lapangan basket, di situ juga ada Rinto dan Azjun.
Agris melambaikan tangannya. "Ngga bawa baju ganti gue!" Teriaknya membalas mereka.
"Pinjem baju baju gue aja Gris?" Goda Rinto.
"Ogah!" Tukasnya.
Ia kembali melangkahkan kakinya menuju kantin. Di sepanjang jalan tak sengaja ia melewati seorang cewek yang sempat membuatnya panik hanya karena postingan Line. Bibirnya sudah membentuk sabit, ingin menyapa dia yang berjalan lawan arah dengannya. Namun siapa sangka, ia tidak membalas sama sekali. Rere malah melengos meninggalkan Agris.
Cowok itu menatap punggung Rere yang kian mengecil.
"Gue kebangetan ya? Kok sampai dia segitunya ke gue?" Agris bermonolog dan menggeleng kepala cepat.
Kakinya dengan berat hati memasuki kantin. Membuang napasnya kasar, melepaskan topi hitam yang berada di kepalanya. Ini memang menit terakhir istirahat, maka tak heran suasana kantin sepi. Agris memakan semangkuk mi ayam dan segelas jus jeruk.
Kembali ke kelas untuk pelajaran Bahasa Indonesia. Jika di jam terakhir seperti ini tak heran siswanya ketiduran di kelas. Otak udah panas belajar dari jam tujuh pagi. Bel pulang berbunyi, semua siswa langsung menghela napas lega. Bersiap untuk pulang bertemu dengan kasur tercinta.
Agris mematikan semua lampu dan kipas angin di kelasnya. Agris bukan ketua kelas, tapi ia pasti yang berangkat paling awal dan pulang paling akhir. Ia menutup pintu, dan berabalik badan. Hingga ia merasa seseorang berlari dan menubruknya. Karena gerakan orang itu yang terlalu cepat, membuat Agris jatuh tersungkur.
"Eh maaf kak, saya ngga sengaja." Gadis itu yang juga terjatuh meminta maaf.
Namun di sinilah posisi Agris yang paling parah, ia jatuh dengan pantat dan punggung yang mendarat. Cowok itu meringis kesakitan, mencoba untuk bangkit.
"Kalau jalan hati-hati dek, lo tau kan kayak gitu bisa ngebahayain orang." Agris berusaha bangkit berdiri, meski nyeri mendera di tubuh bagian belakangnya.
Cewek itu tampak menunduk, sepertinya dia kelas 10. Terlihat dari gayanya yang kalem. "Maaf kak."
"Astaga! Ilara kamu ngapapa?" Teriak seseorang yang melewati mereka berdua. Agris membulatkan bibrnya saat Rere malah menolong cewek itu daripada Agris yang tengah meringis kesakitan.
YOU ARE READING
Kalara
Teen FictionAgris mengejar Rere. Bukan! Bukan mengejar karena jatuh cinta. Melainkan karena mengira Rere maling buku perpustakaan. Padahal saat itu Rere hanya menitipkan barangnya di perpus dan hendak mengambilnya. Selama Rere benar, ia tidak pernah memedulikan...